Brilio.net - Kalau kamu menyaksikan dua laga semifinal AFF Cup 2016 antara Indonesia melawan Vietnam lewat layar kaca, kamu pasti nggak asing dengan komentator yang memandu jalannya laga panas tersebut. Kata-kata heboh seperti 'Ahaii', 'cantik sekali Kurnia Meiga' hingga yang paling bikin ngakak, ' Indonesia diserang 7 hari 7 malam' yang kemudian menjadi trending di media sosial. Sosok di balik itu semua adalah Hadi Gunawan.

Bung Ahay, begitu ia dikenal, adalah seorang wartawan yang sekarang menjadi produser olahraga di stasiun televisi RCTI. Ia mulai naik daun sebagai komentator ketika memandu pertandingan Timnas Indonesia melawan Filipina pada tahun 2013 lalu. Ketika itu ia mempopulerkan kata 'Ahay' yang jadi ciri khasnya hingga kini.

Kepada brilio.net, Kamis (8/12), dia mengungkapkan rahasia kata-kata nggak biasa yang heboh yang sering dia keluarkan ketika menjadi komentator sepak bola. Apa yang ia katakan selama menjadi komentator itu bukan untuk terlihat beda dengan yang lain.

Hadi Gunawan Facebook.com/HadiGunawan

"Itu hanya kata-kata spontan saja untuk menggambarkan situasi pertandingan yang ada," ujarnya.

Ia merasa wajar saja bila ada orang yang nggak suka dengan gayanya tersebut. Ia menyadari betul dalam apapun yang dikerjakan pasti ada yang akan suka maupun tidak suka, termasuk ketika dia menjadi komentator dua laga semifinal AFF Cup 2016 yang kemudian banyak dikomentari oleh banyak orang, bahkan dibuat meme-memenya.

"Ya nggak nyangka aja karena saya nggak mempersiapkan kata-kata itu, saya santai saja (terhadap tanggapan pemirsa). Yang penting kita membawakan reportase dengan benar, fair dan menguasai data dan teknis yang baik karena komentator di Indonesia dituntut untuk menguasai keduanya," tambahnya lewat sambungan telepon.

Hadi Gunawan Facebook.com/HadiGunawan

Lebih lanjut ia mengaku, dalam memandu pertandingan, khususnya pertandingan sepak bola, komentator-komentator yang menjadi referensinya adalah dari televisi Amerika Latin dan Arab. Seperti diketahui, komentator-komentator yang berasal dari negara-negara di kawasan tersebut memang terkenal dengan bahasanya yang terkesan heboh.

"Kalau dulu komentator terkesan flat nggak menggebu-gebu nadanya, maka saya biasa membawakan pertandingan dengan tempo yang lebih cepat. Nggak seperti orang-orang pidato yang begitu formal," pungkasnya.