Brilio.net - Ragam destinasi wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta seiring waktu semakin bertambah. Terbaru, hadir destinasi wisata yang unik dan menarik, membawa kita pada perjalanan bernuansa yang berbeda bak merasakan jaman batu purba, bernama Paleo Stone Age.

Destinasi ini tidak terletak di jalur wisata, seperti halnya kawasan pantai selatan Jawa. Paleo Stone Age bisa kamu temukan di kawasan Betoro Lor, Karangasem, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul.

Kamu akan membutuhkan waktu kurang lebih dua jam perjalanan untuk sampai di Paleo Stone Age dari kota Yogyakarta. Di tempat tersebut kamu akan merasakan pengalaman berpetualang ke zaman prasejarah. Tempat ini memungkinkan para pengunjung untuk mengeksplorasi dan merasakan kehidupan di zaman batu purba dengan lebih dekat. Di tempat ini kamu juga bisa melihat dan merasakan bagaimana cara manusia prasejarah melakukan kegiatan sehari-hari mereka.

Tak hanya itu saja, kamu juga bisa belajar mengenai cara hidup yang dilakukan oleh nenek moyang kita di masa lalu. Mulai dari cara membuat alat-alat dari batu, cara mereka berburu, bertahan hidup, dan berbagai aspek sejarah lainnya. Selain itu, kamu juga bisa melihat replika kehidupan di gua, seperti fosil-fosil hewan yang hidup di zaman batu. Selain itu, tempat tersebut juga dilengkapi dengan restoran.

Kisah di Balik Paleo Stone Age.

liputan paleo stone age berbagai sumber

foto: Brilio.net/Devi Aristya Putri

Tak hanya memiliki konsep zaman batu, tempat wisata yang didirikan oleh Wiwid Marsudiana ini berawal dari idenya yang muncul tanpa diduga-duga.

Menurut penuturannya ketika di temui di Paleo Stone Age, ia menceritakan bahwa tujuan awal bukan untuk mendirikan tempat wisata, melainkan untuk memberdayakan warga sekitar dan mengangkat nama Desa Ponjong agar memiliki destinasi yang berbeda dari wisata sebelumnya, yang berfokus pada pengembangan pantai.

"Selain destinasi, orang-orang di sekitar sini bisa ikut kerja di sini, misinya itu sebenarnya," jelas Wiwid ketika ditemui di Betoro Lor, Karangasem, Kec. Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, beberapa waktu lalu.

Selain itu, adanya Paleo Stone Age ini diharapakan bisa membuka lowongan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.

Hal ini pun dibenarkan oleh salah satu karyawannya yang bernama Setu. Menurutnya, adanya Paleo Stone Age ini sangat membantu warga. "Semuanya masyarakat sini, ada tujuh pekerja di sini. Bagian masak dua orang, pramusaji tiga orang, sama yang jaga malam ada dua orang," kata Setu.

Konsep On The Spot yang hasilnya bikin mata takjub.

liputan paleo stone age berbagai sumber

foto: Brilio.net/ Devi Aristya Putri

Tak hanya memiliki keunikan pada latar belakang berdirinya saja, Paleo Stone Age ini memiliki perjalanan konsep ide yang antimainstream.

Selain tujuannya yangn membuat kita takjub, konsep awal dari proses pembangunan Paleo Stone Age ini cukup antimainstream lho. Bebatuan yang tak bisa diolah itu justru memberikan ide pada Wiwid yang ingin menjadikan bekas tambang batu kapur tersebut menjadi hunian idamannya, lengkap dengan kamar dan ruang bermain anak-cucu.

"Saya senang tempat ini ya udah saya beli dan bikin kayak gini," jelas Wiwid sambil menyeruput secangkir kopi.

Setelah mengamati lokasi tersebut, akhirnya dia menentukan untuk dibuat resto, sekaligus hotel dua kamar, yang dilengkapi dengan kamar mandi bernuansa batu alam.

"Ini punya pribadi. Untuk perizinan kita ada. Kalau tambang kan nggak ada izinnya, mereka cari batukapur ya cari aja, nggak perlu izin. Ini saya cuma beli bekas tambang, diubah menjadi resto dan tempat wisata," ucapnya.