Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, baru-baru ini mengusulkan penggunaan serangga sebagai alternatif lauk dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan pemerintah. Menurut Dadan, program ini perlu disesuaikan dengan potensi sumber daya lokal yang ada di setiap daerah agar lebih beragam dan berkelanjutan.
"Kalau ada daerah-daerah tertentu yang terbiasa makan serangga, itu bisa menjadi menu di daerah tersebut," ucap Dadan dalam acara Rampinas PIRA di Jakarta, Sabtu (25/1).
Dadan menambahkan bahwa Program MBG tidak memiliki standar menu nasional, melainkan standar komposisi gizi nasional. Ia menjelaskan bahwa serangga merupakan salah satu sumber protein yang potensial bagi beberapa daerah.
Pemanfaatan serangga sebagai bahan makanan bukanlah hal baru. Di banyak negara, serangga telah menjadi bagian dari kuliner tradisional. Selain kaya protein, serangga juga mengandung nutrisi penting lainnya, seperti vitamin B12 dan zat besi, yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.
Namun, wacana ini menuai pro dan kontra di masyarakat. Beberapa pihak melihat serangga sebagai solusi inovatif untuk ketahanan pangan, sementara yang lain meragukan penerimaan sosial dan keamanan konsumsi serangga. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan efektivitas dan penerapan ide ini dalam program MBG secara nasional.
Dadan Hindayana, seorang akademisi dengan latar belakang pendidikan yang kuat di bidang entomologi, menyelesaikan studi sarjana di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan melanjutkan pendidikan magister di Universitas Bonn, Jerman. Sebelum menjabat sebagai Kepala BGN, ia aktif sebagai dosen di IPB dan memiliki rekam jejak akademik yang mengesankan dengan berbagai publikasi ilmiah.
Saat ini, Dadan juga menjabat sebagai Ketua di Sekolah Tinggi Pertanian dan Kewirausahaan (STPK) Banau, Maluku Utara, dan memiliki hobi bermain golf. Ia telah menerbitkan beberapa jurnal pada tahun 2023 dan aktif dalam penelitian tentang serangga.
Serangga seperti jangkrik, belalang, dan ulat sagu dikenal sebagai sumber protein alternatif yang kaya nutrisi. Di berbagai negara, konsumsi serangga telah menjadi bagian dari tradisi kuliner. Budidaya serangga juga lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan ternak konvensional, menjadikannya solusi berkelanjutan untuk kebutuhan protein global di masa depan.
Wacana integrasi serangga ke dalam menu MBG bertujuan untuk memanfaatkan potensi sumber daya lokal dan kebiasaan konsumsi masyarakat. Program MBG telah dilakukan di 31 provinsi di Indonesia, dengan target penerima manfaat yang terus meningkat. Namun, penerimaan sosial dan edukasi masyarakat menjadi tantangan utama dalam penerapan ide ini.
Serangga seperti jangkrik dan ulat sagu telah terbukti aman dikonsumsi dan kaya akan gizi. Untuk mengolahnya, serangga harus dibersihkan dan dimasak dengan baik. Tantangan terbesar adalah memastikan penerimaan sosial dan standar higienis dalam pengolahannya.
Recommended By Editor
- 5 Resep camilan lezat untuk anak, mudah dibuat dan disukai si kecil
- Demi program Makan Bergizi Gratis, pemerintah pangkas anggaran IKN? Begini kata Istana
- 5 Resep sate rumahan yang mudah dibuat dan bikin ketagihan
- Viral siswa mengadu ke Prabowo, protes menu lengkuas besar di Makan Bergizi Gratis
- Deddy Corbuzier marah anak sekolah keluhkan makan gratis, momen anaknya tak suka tahu gejrot viral
- Semprot siswa yang sebut makan siang bergizi gratis tak enak, pernyataan Deddy Corbuzier tuai kritikan
- Penyebab 40 siswa SD keracunan makanan bergizi gratis, human eror?