Brilio.net - Batik sebagai kekayaan etnis menjadi jalan hidup bagi Deny Farid Yusman (38). Sejak 2008, pria asli Jogja ini tinggal di Pontianak dan mendirikan Usukamang Production, yakni perkumpulan seniman untuk mengembangkan batik Dayak.

Deny memang mengenyam pendidikan formal di dunia seni budaya. Ia sarjana sains terapan bidang kuliner. Lulus kuliah, berkarir menjadi Head Chef di sejumlah hotel. Namun, kesenangannya pada batik membuatnya mengubah arah hidupnya.

"Saya jatuh cinta sama batik dan budaya Dayak. Makanya saya ke Pontianak untuk lebih menekuni batik tulis bermotif asli Dayak. Sejak 2008 saya bersama teman-teman mendirikan perkumpulan Usukamang Production, yang isinya seniman-seniman kontemporer, lukis, pahat, tari, dan lain-lain, yang juga ada pecinta batik," jelasnya.

 

Proses menggambar motif batik

batik © 2016 brilio.net

 

Lewat Usukamang yang bertempat di Jalan Purnama 2 Pontianak, Deny pun mengakomodir sejumlah seniman yang membutuhkan wadah berkarya. Untuk urusan batik, Deny terbilang cukup militan. Baginya bisnis nomor kesekian dalam urusan batik, sedangkan edukasi dan arti sebenarnya dari batik itu yang utama baginya.

"Selain sosialisasi soal batik, saya dan kawan-kawan juga melakukan pemberdayaan batik. Contohnya di Kalbar, ada banyak corak dan teknik pembuatan yang membuat saya semakin jatuh cinta terhadap budaya di sini," katanya.

Deny menekankan, banyak orang saat ini keliru tentang batik yang dikira hanya motif kemudian corak. Padahal menurutnya, batik itu adalah teknik dan metode yang semua daerah memiliki kekhasan tersendiri.

 

Salah satu motif batik karya Usukamang Production

batik © 2016 brilio.net

 

Selain sering menghasilkan karya seni di rumah produksi Usukamang bersama seniman lain, Deny juga mengajak sejumlah seniman untuk bekerja di ranah even.

"Beberapa event besar seperti Pesparawi, MTQ, kemudian event budaya, desain panggung dan hiasan panggung kita yang pegang. Kita memang konsen menampilkan motif adat asli Kalimantan Barat, yang dimodifikasi apik tanpa mengurangi esensi dari bentuknya," terangnya.

Deny memang asli Jogja, namun baginya hal itu tak membuatnya canggung. Karena baginya seni itu menyatukan keragaman. Meski di komunitasnya banyak seniman yang berasal dari tradisi dan budaya berbeda, namun mereka bisa bersatu menghasilkan karya batik yang khas dayak.