Brilio.net - Penyebaran wabah Corona atau Covid-19 semakin hari menunjukkan peningkatan. Angka ini terus melaju dan menimbulkan kepanikan bagi warga dunia. Bahkan beberapa negara telah melakukan berbagai bentuk pencegahan penyebaran virus tersebut. Di beberapa negara juga telah melakukan lockdown.

Terbaru Presiden Jokowi juga memberikan imbauan pada masyarakat Indonesia untuk kerja di rumah. Hal tersebut merupakan salah satu untuk mencegah penyebaran virus meluas. Bahkan aktivitas pendidikan di beberapa wilayah diubah dengan cara belajar di rumah. Tak hanya itu banyak juga tindakan preventif yang dilakukan berbagai pihak seperti membatalkan konser, seminar, pertandingan olahraga bahkan wisuda.

Dalam hal membantu membatasi penyebaran virus Corona, karantina mandiri dan isolasi diri pada orang yang terinfeksi dan berpotensi terinfeksi sangat membantu. Tetapi, menurut beberapa ahli, itu mungkin tidak cukup untuk tindakan pencegahan yang lebih luas, maka di situlah konsep jarak sosial sangat dibutuhkan.

Berikut penjelasannya seperti yang dilansir brilio.net dari health.com, Senin (16/3).

 

Apa yang dimaksud dengan "Jarak Sosial"?

<img style=

foto: Merdeka.com

 

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), jarak sosial didefinisikan sebagai "keluar dari kerumunan, menghindari pertemuan massal, dan menjaga jarak (sekitar 6 kaki atau 2 meter) dari yang lain jika memungkinkan."

Organisasi itu menambahkan pula bahwa, dalam hal kerumunan yang dimaksud tersebut termasuk ruang publik yang ramai seperti pusat perbelanjaan, bioskop, dan stadion.

Meskipun begitu, sulit bagi kebanyakan orang untuk mengetahui apa arti sebenarnya "jarak sosial" dan mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari mereka. Pertanyaan seputar pergi bekerja, toko kelontong, dan bahkan pergi ke gym banyak yang muncul. Tetapi, langkah-langkah seperti ini untuk orang sehat tidak harus secara drastis dilakukan, seperti memutuskan sama sekali tidak meninggalkan rumah.

"Bagi kebanyakan orang, menjaga jarak sosial berarti tidak melakukan perjalanan yang tidak penting, berusaha untuk mengingat seberapa banyak kontak yang mereka miliki dengan orang lain, bekerja dari jarak jauh, dan tidak menghadiri pertemuan massal atau mengambil bagian dalam kegiatan yang mungkin membuat mereka terkena virus," kata pakar penyakit menular Amesh A. Adalja, MD, sarjana senior di John Hopkins Center for Health Security, mengatakan pada seperti yang dilansir pada Health.

Namun, rekomendasi itu sedikit berubah jika kamu adalah bagian dari populasi lansia atau yang sistem kekebalannya terganggu. Dalam kondisi seperti itu, Dr. Adalja mengatakan mungkin bijaksana untuk sedikit lebih ketat membatasi kontak dengan orang lain seperti menghabiskan lebih banyak waktu di rumah dan membatasi kontak dengan orang lain lebih jauh.

Namun secara keseluruhan, Dr. Adalja mengatakan bahwa hal itu adalah untuk mengetahui risiko kesehatan pribadi kamu sendiri dan menggunakan akal sehat. "Berhati-hatilah saat kamu keluar dan waspadai risiko paparan yang Anda hadapi," katanya.

 

Apa bedanya dengan isolasi diri dan karantina mandiri?

<img style=

foto: AFP Photo/Chaideer Mahyuddin

 

Pada dasarnya, ketiga istilah ini jarak sosial, isolasi diri, dan karantina mandiri membahas satu hal: membatasi kontak pribadi dan sosial, tetapi pada tingkat yang berbeda.

Menurut CDC, isolasi diri memisahkan orang sakit dari mereka yang tidak sakit, dan itu bisa terjadi di bawah pengawasan medis atau tidak. Karantina mandiri, di sisi lain, mengacu pada memisahkan dan membatasi pergerakan mereka yang belum sakit, tetapi telah terpapar virus untuk melihat apakah mereka menjadi sakit.

Prosedur untuk mereka yang mengisolasi diri atau mengkarantina diri untuk Covid-19 adalah serupa, yang menurut CDCyaitu untuk tinggal jauh dari masyarakat umum dan bahkan membatasi kontak dengan yang tinggal bersama dengan mereka yang tidak terinfeksi virus.

CDC juga merekomendasikan mereka yang mengisolasi diri atau mengkarantina diri untuk memantau gejalanya dengan hati-hati (dan tetap berkomunikasi dengan dokter kamu jika gejalanya memburuk), istirahat yang cukup dan tetap terhidrasi, cuci tangan atau sering gunakan pembersih tangan sesuai petunjuk, hindari berbagi barang-barang pribadi dengan orang lain di rumah kamu, bersihkan permukaan rumah tangga secara teratur, dan bahkan cobalah untuk membatasi diri ke satu ruangan dan tidur sendirian, jika kamu sakit.

Meskipun masyarakat umum yang sehat disarankan untuk tidak memakai masker, mereka yang sakit dengan Covid-19 dan berada di sekitar orang harus melindungi orang lain dengan mengenakan masker.

"Meskipun penting untuk menganggap serius virus Corona, dan mengambil tindakan yang sesuai untuk kesehatan kamu sendiri dan kesehatan orang lain, sesuai saran otoritas kesehatan masyarakat, penting juga untuk menghindari panik dan menjaga segala sesuatunya dalam perspektif," kata Adam Splayer, MD, seorang ahli jantung bersertifikat.

"Kamu hanya bisa hidup dalam gelembung dan semua virus, termasuk coronavirus, masih akan ada ketika Anda mengudara," tambahnya.

Jadi sekali lagi, lindungi diri kamu dan orang lain secara masuk akal yaitu dengan mencuci tangan kamu, jangan menyentuh wajah kamu (terlalu banyak), jauhi orang lain jika kamu sakit, dan batasi situasi yang membuat kamu merasa tidak nyaman pada saat ini. Pada dasarnya, menurut Dr. Splayer: "Jadilah cerdas, aman, dan hati-hati."

 

Apa itu Lockdown?

<img style=

foto: Merdeka.com/Iqbal Nugroho

 

Dalam istilah bahasa Inggris, lockdown atau kuncian merupakan situasi di mana orang tidak diizinkan masuk atau meninggalkan gedung atau area secara bebas karena sebuah keadaan darurat.

Lockdown merupakan protokol darurat yang biasanya mencegah orang meninggalkan suatu area. Protokol ini biasanya hanya bisa diajukan oleh seseorang dalam posisi otoritas seperti pemimpin negara atau daerah.

Dalam kasus Covid-19, lockdown dilakukan untuk mengunci akses masuk dan keluar sebuah daerah atau negara untuk mencegah penyebaran Covid-19. Lockdown mengharuskan sekolah, tempat umum, transportasi umum, bahkan industri ditangguhkan sementara.

Protokol lockdown juga meminta masyarakat untuk tetap berada di rumah dan membatasi segala aktivitas di ruang publik. Upaya lockdown akibat Covid-19 pertama dilakukan oleh pemerintahan China, khususnya di Provinsi Hubei.

Lockdown juga dilakukan di Korea Selatan tepatnya di Daegu. Negara lain juga menyusul penerapan kebijakan lockdown ini seperti di Italia, Denmark, Filipina, dan Irlandia.