Brilio.net - Kesuksesan Borobudur Writers & Culture Festival (BWCF) kembali terlihat pada tahun ini. Acara yang sudah diselenggarakan ke delapan kalinya, semakin menarik perhatian para pegiat literasi. Tak hanya ajang diskusi bagi para penulis, BWCF 2019 juga memperluas jangkauan mereka dengan mengikutsertakan unsur kebudayaan Indonesia.

Borobudur Writers Culture Festival 2019 © 2019 brilio.net

foto: brilio.net/rizka mifta

Dengan mengusung tema Tuhan dan Alam, BWCF 2019 mengajak masyarakat membaca ulang Panteisme, Tantrayana dalam Kakawin dan manuskrip-manuskrip kuno Nusantara. BWCF pada tahun 2019 diikuti sebanyak 150 peserta yang terdiri dari penulis, aktivis budaya, para pekerja kreatif, dan keagamaan lintas iman. Acara yang berlangsung di kompleks Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah ini diselenggarakan selama 3 hari, yaitu 21-23 November 2019.

Borobudur Writers Culture Festival 2019 © 2019 brilio.net

foto: brilio.net/rizka mifta

Kemeriahan acara ini diisi dengan kegiatan workshop, simposium, ceramah, dan pertunjukan sastra. Salah satu seniman yang tampil pada acara ini adalah Godi Suwarna. Selain membacakan puisi, seniman kelahiran Tasikmalaya ini juga merasa BWCF 2019 adalah 'Lebaran' untuk para sastrawan.

Ia juga mengapresiasi kaum milenial yang saat ini dia pandang memiliki minat semakin tinggi kepada dunia sastra. Godi juga merasa sastra saat ini juga perlu mengikuti perkembangan zaman agar lebih mudah diterima berbagai pihak

Borobudur Writers Culture Festival 2019 © 2019 brilio.net

foto: brilio.net/rizka mifta

"Sekarang sudah berubah ya, tidak (melulu) teks seperti ini. Mereka kan saat ini lebih minat ke gambar. Ya gimana caranya, sastra harus bisa melawan kayak gitu. Mungkin sekali-sekali penyair itu bikin klip puisi gitu, misalnya. Jadi bisa lebih masuk ke anak ABG, milenial zaman sekarang, jadi pesannya harus sampai gitu. Mungkin juga kolaborasi dengan banyak pihak di bidang seni," ungkap Godi Suwarna di tengah sesi diskusi.

Borobudur Writers Culture Festival 2019 © 2019 brilio.net

foto: brilio.net/rizka mifta

Hal senada juga diutarakan Menejer Festival BWCF 2019, Yessy Apriati, bahwa kaum milenial sudah menjadi target sejak beberapa tahun sebelumnya. Bahkan perkembangan baik juga semakin terlihat pada tahun 2019. "Dari tahun kemarin sudah mulai. Bahkan tahun lalu kita ada program bincang buku dengan penulis-penulis yang mendapatkan residensi di luar negeri. Itu ada penulis-penulis yang memang punya banyak pemuja dari kaum milenial. Dan tahun ini kita juga membuka," ujar dia.

Pada hari ketiga, BWCF 2019 ditutup dengan pertunjukan seni yang ditampilkan oleh para seniman di antaranya adalah, D Zamawi Imran, Abdul Hadi WM, Fitri Setyaningsih, Misbach Bilok dan lain-lainya.