Brilio.net - Di kalangan milenial boleh jadi nama Amir Hamzah begitu asing. Tapi lain lagi di mata para penyuka sastra. Pria bernama lengkap Tengkoe Amir Hamzah Pangeran Indra Poetera ini adalah begawan sastra yang pernah dimiliki Indonesia.

Sastrawan angkatan Poedjangga Baroe dan Pahlawan Nasional Indonesia ini dikenal lewat sejumlah karyanya yang fenomenal. Salah satunya adalah kumpulan puisi berjudul Njanji Soenji (Nyanyi Sunyi) yang diterbitkan dalam Poedjangga Baroe edisi November 1937.

Namun kisah hidup pria keturunan bangsawan Kesultanan Langkat, Sumatera Utara ini penuh ironi, termasuk kisah romansa “kasih tak sampai”  yang dialaminya. Semasa menempuh pendidikan di Solo, Amir menjalin kasih dengan seorang puteri Jawa, Iliek Sundari.

Di tengah kemesraan, Amir kehilangan ibunya, disusul sang ayah setahun kemudian. Biaya studinya lalu ditanggung Sultan Mahmud, sang Sultan Langkat. Paman Amir sekaligus raja Kesultanan Langkat ini sejak awal tak menyukai aktivitas Amir di dunia pergerakan.

Apa yang dikerjakan Amir dianggap bisa membahayakan kesultanan. Untuk menghentikan aktivitas Amir di dunia pergerakan, ia memanggil Amir pulang ke Langkat untuk dinikahkan dengan putrinya, Tengku Puteri Kamaliah. Amir bisa saja menolak tapi ia sadar betapa telah berhutang budi pada Sultan Mahmud. Amir dan Iliek akhirnya dipaksa menyerah, menerima kenyataan bahwa cinta kasih mereka harus berakhir. Meski keduanya masih kuat saling mencintai.

Pernikahan Amir dan Tengku Puteri Kamaliah adalah pernikahan yang dipaksakan demi kepentingan politik. Keduanya terpaksa harus menjalani pernikahan itu meski saling tahu bahwa masing-masing tak saling mencintai. Kerinduan dan kehilangan Amir pada Iliek Sundari tetap kuat membekas.

Sementara diam-diam pula ternyata istri Amir, Tengku Puteri Kamaliah, mengetahui kisah cinta kasih Amir dan Iliek Sundari. Ia turut merasakan kesedihan cinta yang tak sampai itu. Pada puterinya, Teungku Tahura ia berniat mengajak Iliek Sundari ke Mekkah naik haji bertiga bersama Amir. Bahkan, jika Amir ingin tetap menikahi Iliek Sundari, ia merelakannya.

Nyanyi Sunyi Revolusi © 2019 brilio.net

Tapi sebelum semua tercapai, suasana Revolusi Kemerdekaan membawa ketidakpastian politik yang mengakibatkan kerusuhan di seluruh Langkat. Atas hasutan segolongan laskar rakyat dengan agenda politik mereka, meletuskan kerusuhan sosial. Istana Langkat diserbu dan dijarah. Begitu pula dengan nasib Amir.

Ia diculik, ditahan dan disiksa di sebuah perkebunan, lalu dipenggal. Seperti perpisahan Amir dan Iliek Sundari, juga pernikahan Amir dan Tengku Puteri Kamaliah yang penuh kepentingan politik kolonial, demikian pula dengan kematiannya, yang diwarnai kekacauan dan kepentingan politik.   

Nah kisah hidup pria berjuluk “Raja Penyair Pujangga Baru” inilah yang rencananya bakal dipentaskan dalam sebuah pertunjukan teater bertajuk Nyanyi Sunyi Revolusi garapan Titimangsa Foundation yang didukung Bakti Budaya Djarum Foundation pada 2 dan 3 Februari 2019.

Bertempat di Gedung Kesenian Jakarta, pertunjukan ini tak hanya menampilkan kisah tragis, tapi juga perjuangan revolusioner sang “dewa sastra” Indonesia, termasuk kisah romansa yang ada di dalamnya. Berikut tujuh fakta pementasan Nyanyi Sunyi Revolusi yang berhasil dirangkum Brilio.net.

1. Menampilkan aktor dan aktris ternama

Nyanyi Sunyi Revolusi © 2019 brilio.net Para pemain, Sri Qadariatin, Prisia Nasution, dan Lukman Sardi

Nggak tanggung-tanggung lho. Pementasan ini bakal menampilkan sederet aktor dan aktris ternama seperti Lukman Sardi yang akan berperan sebagai Amir Hamzah. Lalu ada Prisia Nasution yang akan memerankan Tengku Tahura, anak tunggal Amir Hamzah. Kemudian ada Sri Qadariatin yang akan memerankan tokoh Iliek Sundari, kekasih Amir Hamzah di Tanah Jawa dan Dessy Susanti yang memerankan Tengku Kalimah, isteri Amir Hamzah di Tanah Langkat.

2. Sosok Amir Hamzah, salah satu pelopor Bahasa Indonesia

Nyanyi Sunyi Revolusi © 2019 brilio.net

Dalam pandangan Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian, Amir Hamzah merupakan salah satu tokoh penting dalam perkembangan bahasa Indonesia. Kecintaannya pada bahasa Indonesia dapat dilihat dari dukungannya kepada Sumpah Pemuda dan komitmennya untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai pertemuan dan kehidupan sehari-hari.

“Kiprah Amir Hamzah inilah yang harus disebarluaskan kepada generasi saat ini, bahwa bahasa Indonesia melalui proses tidak mudah untuk menjadi bahasa pemersatu seperti yang kita kenal saat ini. Melalui pementasan ini, harapan kami masyarakat Indonesia menjadi lebih bangga pada bahasanya dan khazanah sastra Indonesia,” ujar Renitasari.

3. Kecintaan Happy Salma dengan karya-karya Amir Hamzah

Nyanyi Sunyi Revolusi © 2019 brilio.net Happy Salma, produser pementasan dari Titimangsa Foundation

Pementasan ini sendiri nggak lepas dari kegemaran sang produser, Happy Salma terhadap karya-karya puisi Amir Hamzah. Menurut Happy, puisi Amir Hamzah penuh dengan kesenduan, tetapi juga sangat kuat mengungkapkan banyak lapisan baru dalam karya puisi pada jamannya.

Menurutnya, selain sebagai penyair, Amir Hamzah juga punya peran besar dalam lahirnya republik. Saat masih sekolah di AMS Solo, Amir sudah aktif bersama teman-teman sekolahnya dalam berbagai perkumpulan pemuda seperti Jong Sumatera. Amir juga tergabung juga dalam perkumpulan ‘Indonesia Moeda’ yang menyuarakan kesadaran nasionalisme melawan kolonialisme Belanda.

“Meski berprestasi, jalan hidup Amir sesungguhnya sangat tragis. Kesedihan cinta yang diputuskan oleh politik kolonial yang bersembunyi di balik adat, juga kematiannya yang menyedihkan di tengah revolusi kemerdekaan,” ujar Happy saat konferensi pers Nyanyi Sunyi Revolusi baru-baru ini di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta.

4. Riset yang cukup panjang

Nyanyi Sunyi Revolusi © 2019 brilio.net

Untuk pementasan ini, Happy mesti melakukan riset naskah pentas mengenai sosok Amir Hamzah salah satunya dari buku karya mendiang Nh Dini berjudul Amir Hamzah, Pangeran dari Seberang. Pementasan ini juga sebagai bentuk hormat Titimangsa Foundation untuk penulis kebanggaan Indonesia yang baru saja berpulang.

Kisah hidup Amir Hamzah ini diceritakan sangat apik dalam karya seorang Nh Dini. Penulisan naskah pementasan ini juga bersumber salah satunya dari buku karyanya. Selain itu ada riset juga dari macam-macam sumber. Penulisan naskahnya sendiri memakan waktu 1,5 sampai 2 tahun.

“Saya selalu mengagumi tulisan Nh Dini. Kekaguman pada Amir Hamzah dan Nh Dini inilah yang mendorong saya untuk berupaya mewujudkan cita-cita ini. Setahun lalu, genap sudah harapan saya bahwa kisah Amir Hamzah akan dipentaskan dengan dukungan dari Bakti Budaya Djarum Foundation,” ucap Happy.

5. Sebuah peristiwa budaya yang wajib ditonton

Nyanyi Sunyi Revolusi © 2019 brilio.net

Happy mengatakan, pertunjukan ini sangat penting untuk ditonton karena ini adalah peristiwa budaya yang harus dirayakan oleh siapapun. Jadi sayang sekali bila dilewatkan.

“Pertunjukan ini bisa mengingatkan kita semua di tengah populernya bahasa zaman now, ingatkan ada perjuangan yang cukup besar hingga bahasa Indonesia bisa digunakan hingga saat ini,” kata Happy.

6. Penulis naskah dan sutradara yang piawai

Nyanyi Sunyi Revolusi © 2019 brilio.net Penulis naskah Ahda Imran (kiri) dan sutradara Iswadi Pratama

Naskah pementasan ini ditulis Ahda Imran dan didukung kreator-kreator yang sudah sangat berpengalaman dan berdedikasi di bidangnya. “Kekuatan karya Amir Hamzah terletak pada estetika bahasa yang merdu, menggali kata dari berbagai khazanah bahasa lama, terutama Melayu, tapi dengan makna yang lebih segar, baru dan sesuai dengan semangat jaman saat itu, ketika modernisme kian tumbuh jadi kesadaran dalam sastra dan budaya. Sajak-sajak Amir memberi darah baru pada yang lama,” ujar Ahda.

Disutradarai Iswadi Pratama, sutradara Teater Satu Lampung yang karya terbarunya banyak dipentaskan bersama Teater Satu di Jepang dan Australia. Ia pernah menyutradarai Perempuan di Titik Nol dan Buried Child karya Sam Shepard yang dinobatkan sebagai pertunjukan teater terbaik Indonesia versi majalah Tempo tahun 2008. Selain itu, pementasan ini juga didukung tim artistik yang solid yaitu Iskandar Loedin sebagai Penata Artistik, Retno Damayanti sebagai Penata Kostum, Aktris Handradjasa sebagai Penata Rias dan Jaeko sebagai Penata Musik.

7. Harga tiket

Nah buat kamu yang penasaran ingin menyaksikan pertunjukan ini, harga tiketnya cukup terjangkau kok, mulai dari Rp 250 ribu sampai Rp 600 ribu dapat dipesan di sini