Brilio.net - Sebagian ilmuwan baru-baru ini menemukan lokasi udara terbersih di dunia, bebas dari pencemaran yang disebabkan oleh segala aktivitas manusia. Tempat itu terletak di atas Southern Ocean (SO) atau Samudera Selatan, daerah yang mengelilingi Antartika.

Dalam studi ini, para peneliti di Colorado State University mengidentifikasi wilayah atmosfer yang tetap tidak berubah oleh aktivitas manusia, terutama kadar bioaerosol di Samudera Selatan.

Cuaca dan iklim memang saling berhubungan, dan menghubungkan setiap bagian dunia dengan wilayah lain. Ketika perubahan iklim terjadi dengan cepat, itu brarti karena aktivitas sehari-hari manusia, para ilmuwan dan peneliti berjuang untuk menemukan sudut bumi yang tidak terpengaruh oleh manusia dan memiliki udara yang bersih.

Profesor Sonia Kreidenweis dan timnya menduga kuat bahwa udara di atas Samudera Selatan adalah udara yang paling tidak terpengaruh oleh manusia dan debu dari benua dunia.

Dilansir brilio.net dari liputan6.com pada Sabtu (6/6), para ilmuwan kemudian menemukan bahwa lapisan udara perbatasan, yang memberi makan awan yang lebih rendah di atas Samudera Selatan bebas dari partikel aerosol yang terjadi akibat aktivitas manusia. Biasanya aerosol ini tercipta dari bahan bakar fosil, produksi pupuk, dan pembuangan air limbah. Polusi udara sendiri penyebabnya adalah aerosol, lalu menjadi bentuk partikel dan gas padat dan cair yang tersuspensi di udara.

Para peneliti memutuskan untuk mempelajari apa saja yang menjadi komposisi di udara, dan dari mana asalnya, dengan menggunakan metode bakteri di udara sebagai alat diagnostik untuk menyimpulkan sifat-sifat atmosfer yang lebih rendah.

Para ilmuwan dan penulis pendamping penelitian Thomas Hill menjelaskan bahwa aerosol yang mengendalikan sifat-sifat awan SO (Samudera Selatan) sangat terkait dengan proses biologis laut, dan bahwa Antartika tampaknya terisolasi dari penyebaran mikroorganisme ke selatan dan pengendapan nutrisi dari benua selatan.

"Secara keseluruhan, ini menunjukkan bahwa SO adalah salah satu dari sedikit tempat di bumi yang telah sedikit dipengaruhi oleh kegiatan antropogenik," tambahnya.

Para ilmuwan pun sudah mengambil sampel udara di tingkat batas laut dari bagian atmosfer yang memiliki kontak langsung dengan laut, dengan menaiki kapal riset yang bergerak ke selatan ke tepi es Antartika dari Tasmania, Australia. Para ilmuwan juga memeriksa komposisi mikroba di udara, yang ditemukan di atmosfer dan seringkali tersebar hingga ribuan kilometer oleh angin.

Menggunakan sekuensing DNA, pelacakan sumber dan angin lintasan ilmuwan dan penulis Jun Uetake menemukan bahwa asal-usul mikroba berasal dari laut.

Dari komposisi bakteri mikroba, para peneliti menyimpulkan bahwa aerosol dari tanah dan aktivitas manusia, seperti polusi atau emisi tanah yang disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan, tidak berpindah ke selatan dan ke udara.

Para juga ilmuwan mengatakan bahwa hasilnya menunjukkan perbedaan yang nyata dengan semua penelitian lain dari lautan baik di belahan bumi utara dan subtropis, dan menemukan bahwa sebagian besar mikroba berasal dari benua yang melawan angin.

Dalam penelitian tersebut, dalam jurnal Prosiding National Academy of Sciences, para ilmuwan menggambarkan daerah itu sebagai tempat yang 'benar-benar bersih'.

Polusi udara sudah menjadi krisis kesehatan global, dan akibat polusi ini telah mengakibatkan  tujuh juta orang meninggal setiap tahunnya, demikian menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa polusi udara meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan kanker paru-paru.

Sekitar 80% orang yang tinggal di daerah perkotaan sebenarnya hidup di kualitas udara yang kurang baik bila berpedoman pada data WHO, dan negara-negara tersebut juga memiliki orang-orang berpenghasilan rendah.

Namun, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian, polusi udara dapat melintasi batas geografis, dan mempengaruhi orang yang berada ratusan mil dari tempat asal polusi tersebut berasal.