Brilio.net - Agung Hercules meninggal Kamis (1/8). Ia meninggal setelah melawan Glioblastoma, jenis kanker otak dalam setahun terakhir ini.

Seperti dikutip brilio.net dari Liputan6, glioblastoma adalah tumor ganas ini paling agresif pada orang dewasa. Meskipun dianggap sebagai kanker langka, yang mana sekitar 12.000 diagnosis baru setiap tahun, baru-baru ini ada peningkatan diagnosis.

Neuro-onkologis dan Direktur Medis Klinis MD Anderson's Brain and Spine Center, Shiao-Pei Weathers menjelaskan, seputar mitos glioblastoma. Selama menangani pasien, ia banyak melihat kesalahpahaman tentang glioblastoma.

1. Mitos: Ponsel menyebabkan glioblastoma.

Fakta: Hingga saat ini, tidak ada bukti ilmiah yang menekankan, ponsel menyebabkan glioblastoma. Beberapa penelitian berbeda gagal menemukan, bukti yang jelas tentang hubungan antara penggunaan ponsel dan kanker otak.

"Jumlah orang yang didiagnosis dengan glioblastoma sebagian besar tetap stabil selama beberapa dekade terakhir. Sementara itu, penggunaan ponsel kan terus meningkat," papar Shiao-Pei sebagaimana dikutip dari laman Anderson's Brain and Spine Center, University of Texas, Kamis (1/8/2019).

2. Mitos: Glioblastoma tidak dapat dioperasi.

Fakta: Tumor yang dianggap 'tidak bisa dioperasi sebenarnya dapat dioperasi jika Anda mencari perawatan pusat kanker dengan keterampilan yang tepat. Di pusat kanker, ahli bedah saraf telah berhasil mengoperasi banyak pasien yang mengira kanker otak mereka tidak dapat dioperasi.

"Tumor otak tertentu yang tidak dapat diangkat dengan aman bisa dilakukan dengan terapi laser interstitial (LITT). Prosedur bedah minimal invasif ini menggunakan panas termal untuk menghancurkan tumor otak dari dalam ke luar. Kemoterapi dan terapi radiasi juga termasuk bagian dari perawatan standar untuk perawatan glioblastoma," Shiao-Pei menegaskan.

3. Mitos: Glioblastoma dapat diangkat sepenuhnya dengan operasi.

Fakta: Walaupun glioblastoma bisa dioperasi, tapi kanker ini meninggalkan penyakit mikroskopis. Glioblastoma memiliki tentakel yang menjangkau luas dari tumor utama. Tentakel ini tidak terlihat oleh mata telanjang, bahkan teknologi pencitraan yang paling canggih.

"Total tumor otak yang bisa diangkat setidaknya 98 persen. Analisis di pusat kanker otak kami menunjukkan, pasien glioblastoma cenderung tetap hidup lebih lama. Namun, sel-sel kanker yang tak terlihat selalu tertinggal di otak setelah operasi. Itulah sebabnya perawatan standar untuk glioblastoma termasuk kemoterapi dan radiasi perlu diterapkan dengan sangat baik," terang Shiao-Pei.


4. Mitos: Terapi radiasi sama untuk semua tumor otak.

Fakta: Sebagian besar pasien yang menjalani terapi radiasi untuk glioblastoma menerima terapi radiasi berbasis foton, misal radioterapi intensitas-termodulasi (IMRT). IMRT menggunakan beberapa sinar-X yang terbuat dari foton pada sudut yang berbeda.

Upaya ini merawat area di mana tumor diangkat dan semua tumor tertinggal. Radiasi harus direncanakan dengan cermat dan ditargetkan untuk melindungi otak yang sehat dan normal.

"Pasien dengan jenis tumor otak lain atau yang membutuhkan radiasi untuk otak dan tulang belakang bisa menerima berbagai jenis terapi radiasi, termasuk terapi proton. Tapi sampai saat ini, terapi proton belum terbukti lebih efektif untuk glioblastoma. Beberapa uji klinis sedang berlangsung dan menyelidiki lebih jauh peran radiasi proton pada tumor otak," jelas Shiao-Pei.

5. Mitos: Diet ketogenik dapat menyembuhkan glioblastoma.

Fakta: Tidak ada diet yang dapat menyembuhkan glioblastoma. Sejumlah studi kasus mengklaim, diet keto mungkin bermanfaat bagi pasien kanker otak.

Namun, anggapan bahwa Anda dapat sembuh dari glioblastoma melalui diet adalah mitos. Peran diet dalam kanker, lanjut Shiao-Pei, khususnya pasien glioblastoma membutuhkan nutrisi, termasuk karbohidrat. Ini untuk menjaga tubuh mereka kuat selama perawatan kanker otak. Diet seimbang menjadi diet yang direkomendasikan.

6. Mitos: Idap glioblastoma berarti keluarga berisiko lebih tinggi terkena kanker otak.

Fakta: Glioblastoma adalah tumor otak yang hampir selalu berkembang secara sporadis. Ketika ada anggota keluarga yang mengidap glioblastoma, bukan berarti anak-anak atau saudara Anda lebih mungkin ikut mengidap glioblastoma atau tumor otak lainnya.

Beberapa sindrom kanker yang sangat langka, seperti Li-Fraumeni Syndrome, dikaitkan dengan peningkatan risiko mengembangkan kanker otak dan kanker lainnya, tetapi pasien ini biasanya didiagnosis dengan berbagai jenis kanker pada usia yang sangat muda.

"Mutasi gen BRCA dikaitkan peningkatan risiko berkembangnya kanker payudara dan ovarium, tetapi tidak ada hubungan yang diketahui antara mutasi BRCA dan pengembangan glioblastoma. Beberapa studi genetik sedang berlangsung dengan mengamati keluarga yang memiliki banyak kerabat yang mengidap kanker otak," tegas Shiao-Pei.

7. Mitos: Kemoterapi selalu membuat rambut rontok.

Fakta: Kemoterapi yang paling umum diterapkan pada pasien glioblastoma disebut temozolomide (TMZ). Kerontokan rambut biasanya bukan salah satu efek samping dari kemoterapi ini.

"Namun, mengobati glioblastoma dengan terapi radiasi ke otak memang dapat menyebabkan kerontokan rambut di sekitar bagian kepala tempat sinar radiasi masuk. Setelah radiasi selesai, rambut hampir selalu tumbuh kembali," tutup Shiao-Pei.