Brilio.net - Kalau membahas soal Jember, tentu yang ada dibenak kita adalah kreativitas dari para masyarakatnya dalam pembuatan baju karnaval. Ya, beberapa tahun terakhir, Jember memang selalu menggelar acara Jember Fashion Carnaval (JFC) yang selalu menjadi pusat perhatian para wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Melihat hal itu, jelang acara Jember Fashion Carnaval (JFC) 2017 pada 9-13 Agustus mendatang, Kementerian Pariwisata akan tetapkan Jember sebagai Kota Karnaval.

"Sudah 16 tahun JFC 2017 menginspirasi banyak karnaval di Tanah Air,” kata Menteri Arief Yahya seperti dikutip di laman Facebook Kementerian Pariwisata, Kamis (8/6).

Karena itu, Menpar Arief akan mengeluarkan Surat Keputusan untu mengangkat Jember go international. Dari sisi cultural value, kreativitas JFC itu sudah layak dijadikan magnit untuk mendatangkan wisatawan mancanegara.

“Semua orang mengakui, Jember Fashion Carnaval itu berkelas dunia!” aku Arief Yahya.

"Hanya saja, commercial value-nya atau financial value-nya masih belum terlalu menarik. Belum bisa dikapitalisasi dengan baik. Dengan menaikkan status, menjadi event dunia, berstandar internasional, ini akan mengangkat JFC dan Kota Jember itu sendiri,” jelas dia.

Jember © 2017 brilio.net

Menteri Arief menyebut, semangat yang harus dijaga adalah “Indonesia Incorporated.” Bangsa ini harus bersatu, mensinergikan seluruh kekuatan, memperkuat semua lini.

“Begitupun di Jember Fashion Carnaval. Jika ingin bersaing di level global harus menyatukan langkah menuju satu cita-cita. Karenanya Kota Jember harus diset menjadi Kota Karnaval,” tuturnya.

Kemasan acaranya, fasilitasnya harus berstandar dunia, tidak lagi terkotak-kotak oleh birokrasi yang sempit. Bagi Arief Yahya, hal itu perlu dilakukan lantaran cultural value Indonesia sudah terkenal hingga ke seluruh dunia.

"Kreasi kostum karnaval Indonesia memang bagus-bagus. Dari Jember Carnaval, Banyuwangi Ethno Carnaval, Malang Carnival, Batik Solo Carnaval, nama-namanya sudah mendunia. Jadi persiapannya harus sungguh-sungguh," ujar Menpar Arief Yahya.

Jika dipetakan, lanjut Menpar Arief Yahya, daya tarik industri pariwisata Tanah Air bersumber pada 60% budaya, 35% alam, dan 5% meetings, incentives, conferences, and exhibitions (MICE). Festival ini, ungkapnya, secara tidak langsung juga bisa membangkitkan gairah MICE di Jember.

“Jika dihubungkan dengan airlines, Jember sudah sukses menjadi bandara perantara. Jumlah hotel baru sudah ada sekitar 35 unit. Selanjutnya, Jember perlu mengembangkan destinasi-destinasi lainnya karena dunia sudah mengenal JFC. Agustus selalu ramai sekali, lalu kembali sepi sehingga JFC perlu menyiasati untuk menjual paket-paket wisata lainnya,” jelas pria asal Banyuwangi ini.

Presiden JFC Dynand Fariz mengapresiasi usulan Menpar Arief Yahya yang akan menjadikan Kota Jember menjadi Kota Karnaval. Menurutnya, menyandang nama Kota Karnaval akan menjadikan Kota Jember lebih kreatif dan lebih bersemangat dalam bersaing di skala internasional.

"Karenanya perhelatan berskala international yang memasuki tahun ke-16 ini mengusung tema ‘Victory’ yang artinya kemenangan. Alasan diangkatnya tema ini tidak lain karena di umur 16 tahun, telah menorehkan banyak kemenangan di tingkat dunia," jelas Dynand.

Prestasi JFC memang cukup mentereng, seperti Best National Costume Miss International 2014 di Tokyo, Jepang, Best National Costume Miss Supranational 2014 di Warsawa, Polandia, Best National Costume Miss Universe 2014 di Florida, USA Best National Costume Miss Supranational 2015 di Warsawa, Polandia, Best National Costume Miss Grand International 2016 di Las Vegas Amerika Serikat dan Best National Costume Miss Tourism International 2016 di Malaysia.

Bahkan, sebagai kiblat fashion art wear JFC hanya kalah dengan Notting Hill (USA) dan (Reunion) France pada International Carnaval de Victoria 2016 di Seychelles-Afrika.

"Banyak sekali yang sudah kami raih, kurang lebih ada sekitar 12-13 penghargaan dan itu semua dari best and best kami ambil jadi tema untuk inspirasi tahun ini," ujar Dynand.

Dynand mengungkapkan, tiap perhelatan JFC selalu menyedot perhatian wisatawan asing. Bahkan para kontestan dengan wajah ceria dan penuh kreasi di catwalk jalanan kerap menjadi daya tarik media asing untuk meliput.

Jumlah media, fotografer, dan pecinta hobi fotografi yang mendaftar untuk melakukan peliputan JFC tahun ini sudah mencapai ratusan. Pada JFC tahun 2015 sebanyak 3.711 fotografer baik domestik maupun mancanegara. Meningkat dari tahun 2014 sebanyak 3.073 media dan fotografer dalam dan luar negeri.

"JFC selalu bisa menarik banyak media untuk meliput, termasuk media asing yang sangat banyak. Yang pasti atmosfer festival ini tak kalah dengan Rio Carnival, Rio de Janeiro, Brazil dan Oktoberfest di Munchen, Jerman,” pungkasnya.