Brilio.net - “PENJARA BUKAN AKHIR SEGALANYA,” tulisan itu tersemat di dinding tebal bangunan berarsitektur Belanda di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Yogyakarta. Tulisan ini seakan memberikan pesan tersirat, bahwa lapas tak sekadar tempat hukuman bagi para pelaku kejahatan. Di tempat ini lah, warga binaannya ditempa dengan berbagai keterampilan.

Siapa sangka, di balik tebal dan tingginya tembok lapas, tempat ini juga menjadi rumah produksi bakpia yang diberi nama Bakpia Mbah Wiro 378. Menyusuri setiap sudut ruang di dalam Lapas Wirogunan Yogyakarta, terlihat beberapa Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang sedang sibuk dengan aktivitas masing-masing.

Setiap Senin, Rabu dan Jumat sore, di ruang workshop bakpia yang terletak di area dalam Lapas, tampak tujuh orang WBP tengah sibuk memproduksi bakpia. Di ruangan yang terbagi dua sisi itu, dua orang mengenakan kaus berwarna oranye sedang memanggang bakpia, sementara lainnya ada yang sedang membuat adonan dan menguliti bakpia.

Bakpia Mbah Wiro 378 © 2023 brilio.net

foto: brilio.net/Dwiyana Pangesthi

Lantaran jadi produk yang dijual di pasaran, para WBP ini tetap memperhatikan kualitas bakpia dengan menjaga higienitas. Dengan menggunakan masker, sarung tangan, dan hair cup layaknya seorang profesional, tangan-tangan mereka begitu terampil. Di ruangan berukuran sekitar 4x5 meter persegi ini, para WBP benar-benar fokus dan cekatan dalam membentuk kacang hijau.

Aroma harum kacang hijau tercium begitu kuat, apalagi saat menyaksikan bakpia yang masih dipanggang di atas alat panggang. Ketika mencicipinya, lidah pun dimanjakan dengan lembutnya bakpia. Rupanya bakpia itu benar-benar nikmat, menggambarkan tagline-nya yang tertulis pada kemasan kardus box-nya, ‘enak, gurih, dan nagih’.

Bakpia Mbah Wiro 378 © 2023 brilio.net

foto: brilio.net/Dwiyana Pangesthi

Rasa ini juga sebanding dengan kualitas bahan yang tinggi serta cara pembuatannya yang higienis. Salah satu WBP, Iswanto bercerita sudah dua tahun lebih mengikuti program pembuatan bakery di Lapas Wirogunan. Berkat program yang dihadirkan tersebut, ia dan rekan-rekannya jadi memiliki keterampilan baru yang sebelumnya tidak dikuasai.

“Dulu belum bisa, trus kita ikut pelatihan itu 2 kali yang diadakan di sini. Tapi sebelumnya udah ikut tapi ada pelatihan 2 kali trus kita pelatihan. Ya terus paham,” ujar Iswanto saat ditemui brilio.net, Kamis (14/9).