Brilio.net - Yogyakarta kembali 'panas'. Setelah beberapa waktu kemarin ada kejadian pembubaran dari pihak kepolisian dan organisasi masyarakat (ormas) agama terhadap acara Lady Fest dengan tudingan sebagai komunis dan tak memiliki izin kegiatan, dan pembubaran Aliansi Jurnalis Independen (AJI) saat perayaan World Press Freedom Day 2016 yang rencananya disertai pemutaran perdana film Pulau Buru Tanah Air Beta karya Rahung Nasution, kali ini kembali terjadi kasus serupa.

Berdasarkan informasi yang beredar di media sosial, seorang netizen bernama Aloysius Bram menunjukkan kegeramannya atas penggerebekan yang dilakukan oleh aparat kepolisian dan ormas Islam terhadap perhelatan pameran seni rekan sejawatnya.

Dalam status media sosialnya itu, Aloysius menyatakan pihak aparat dan ormas tersebut salah 'serang' terhadap galeri seni Independent Art-Space and Management (I AM) (I AM). Di I AM sendiri sedang berlangsung pameran seni bertajuk 'IDOLA REMAJA NYENI', yang diselenggarakan dari 19 Mei sampai 30 Mei 2016.

foto: istimewa

foto: istimewa


Tapi siapa sangka, pada malam hari Senin (30/5), pihak Kepolisian Sektor Kraton Yogyakarta dan Ormas dari Kalimasada serta warga di sekitar Galeri I AM mendatangi galeri yang terletak di Nagan Lor 25 Patehan, Kraton, Kota Yogyakarta ini. Pihak kepolisian pun mengangkut karya-karya seni I AM karena diduga memuat unsur pornografi dan menyebarkan LGBT.

Tak berselang lama setelah peristiwa tersebut, pihak I AM memberikan pernyataan terbuka dan penjelasan mengenai runtutan peristiwa tersebut.

Berikut dikutip brilio.net dari akun Facebook IAM Project, Rabu (1/6), KLIK NEXT.


2 dari 2 halaman

 

foto: facebook.com/iamjogja

Menanggapi peristiwa pengangkutan karya seni yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Sektor Kraton, Yogyakarta dan Ormas dari Kalimasada serta warga di Galeri Independent Art-Space and Management (I AM) pada Selasa, 31 Mei 2016 dini hari,

Kami manajemen Independent Art-Space and Management (I AM) merasa perlu untuk memberikan pernyataan terbuka serta catatan kronologis kepada publik mengenai aksi sepihak tersebut.

Dengan ini kami menyatakan bahwa:

1. I AM tidak mengetahui dan terlibat pada kegiatan ‘PERAJAAN IDAHOT 2016 JOGJAKARTA’, yang digagas oleh PLU Satu Hati dan disinyalir menjadi alasan utama dari kedatangan pihak Kepolisian, Ormas (beberapa berpakaian FUI), dan Warga pada Senin, 30 Mei, di malam hari.

2. I AM telah menempati rumah yang berlokasi di Jl. Nagan Lor no.25 sejak tahun 2012 dan tidak mempunyai hubungan dengan lembaga yang mengontrak rumah (dengan alamat yang sama yang berlokasi di belakang gedung I AM) sebelumnya yakni PLU Satu Hati yang telah pindah sejak 2013

3. Kami telah memberitahukan sebelumnya mengenai aktivitas pembukaan pameran seni pada tanggal 19 Mei 2016 kepada pihak Kepolisian dan warga (RT / RW) di wilayah Nagan Lor kecamatan Kraton dan setelah itu tidak ada aktivitas keramaian lain yang dilakukan

4. Seluruh lukisan dan mural dari pameran berjudul “Idola Remaja Nyeni” yang berlangsung di I AM dari tanggal 19 hingga 30 Mei 2016 tidak mengandung muatan pornografi yang disebut oleh Ormas menjadi alasan tambahan yang spontan muncul untuk mendasari pengangkutan karya seni tersebut.

5. Kami mengakui bahwa pada Selasa 31 Mei, dini hari, polisi telah mengangkut lukisan dari pameran tanpa memberikan surat keterangan dan jaminan keamanan dari Ormas, dan setelah melalui negosiasi yang dibantu oleh LBH Yogyakarta karya baru dikembalikan kepada kami.

6. Melalui desakan warga, kami melakukan penghapusan mural di tembok halaman rumah pada Selasa 31 Mei, pada siang hari, karena dianggap dapat menimbulkan keresahan Ormas dan warga.

Demikian pernyataan dari kami. Kami juga berharap supaya pihak Kepolisian dan publik umum untuk memperhatikan segala informasi yang didapat serta tidak segera menaruh kepercayaan dan ketakutan pada Ormas yang tidak bertanggung jawab serta membelokkan argumentasi dalam aksi sepihak tersebut.

Kami juga menyampaikan banyak terima kasih kepada Bpk. Gunawan Donny sebagai pemilik rumah, segenap kawan-kawan dan tim LBH Yogyakarta yang telah membantu dalam memberikan informasi dan melakukan negosiasi dengan pihak kepolisian dan warga.


Salam,
I AM

Hemmm... siapakah yang terlalu punya pikiran curiga? Apakah seni tak memiliki suaranya sendiri untuk berekspresi? Atau apakah masyarakat terlalu takut terhadap sesuatu yang belum tentu kebenarannya? Menurut kamu gimana?