Dunia saat ini sudah memasuki era digital. Semua kegiatan sehari-hari hampir dapat dilakukan secara daring. Di mana setiap apa yang dilakukan masyarakat zaman sekarang tidak terlepas dari genggaman gadget dan internet.

Internet seolah mampu mengontrol produktivitas seseorang. Sebagai contoh menggunakan kendaraan online untuk bepergian atau berpindah-pindah ke tujuan yang diinginkan dengan titik yang sesuai, penggunaan aplikasi komunikasi hingga melakukan video call karena terhalang jarak yang sangat jauh, dan berbelanja secara online.

Media sosial dianggap sebagai hiburan di saat penat dengan aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Namun tidak sedikit penggunaan media sosial menjadi salah satu strategi pencarian penghasilan untuk keberlangsungan hidup.

Menurut Abdurrahman & Sanusi (2015), strategi dijelaskan dengan cermat agar pebisnis dapat mengkaji produk yang ditawarkan seluruhnya sampai tujuan yang diinginkan tercapai. Setiap pelaku bisnis, UMKM, perusahaan kecil maupun besar akan menggunakan aplikasi sosial sebagai salah satu cara atau media untuk mengiklankan produk jasa ataupun produk barang yang ditawarkan kepada konsumen. Beragam teknik yang dilakukan dalam membuat konten di media sosial adalah hal penting yang dilakukan, karenamedia sosial terbukti memegang peranan penting dalam Integrated Marketing atau IMC (Siswanto, 2013).

Shimp (2000) menyatakan bahwa IMC merupakan suatu prosedur pemutakhiran serta mengaplikasikan berupa model desain komunikasi yang persuasif yang ditujukan kepada konsumen dan calon konsumen secara berkala. Salah satu tujuan dari promosi di media sosial ialah untuk menarik konsumen untuk membeli atau menggunakan produk yang dipromosikan. Mangold dan Faulds (2009) berpandangan terhadap definisi bahwa media sosial mencampurkan atribut alat IMC konvensional (badan usaha yang berkomunikasi dengan konsumen) dengan bentuk word-of-mouth yang sangat diperluas (konsumen berkomunikasi satu sama lain) di mana manajer pemasaran tidak dapat meninjau konten dan frekuensi.

Oleh karenanya, dengan perkembangan era teknologi serta perkembangan lapangan pekerjaan para pelaku bisnis di media sosial membutuhkan orang yang dapat memaksimalkan periklanannya sehingga masyarakat yang menggunakan media sosial disuguhkan berbagai konten menarik di dalamnya. Secara tidak langsung konten-konten persuasif yang menarik perhatian tersebut dapat menghipnotis masyarakat untuk melihat lebih rinci hingga mencari tahu, bahkan mencoba produk yang ditawarkan tersebut.

Suatu konten juga dapat terlihat mudah dibuat namun sulit untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan. Contohnya adalah konsumen atau calon konsumen yang tertarik mencoba produk yang ditawarkan tersebut. Pembuatan konten di media sosial akan ditangani oleh seseorang yang memiliki jobdesk ahli di bidangnya, atau biasa yang disebut dengan Social Media Specialist atau ahli media sosial.

Social Media Specialist merupakan sebuah pekerjaan yang melibatkan gawai dan teknologi masa kini di mana satu orang dan/atau tim yang bersangkutan akan mengontrol atas keseluruhan atau sebagian isi konten perusahaan via media sosial.Seorang Social Media Specialist lebih baik memiliki sifat dapat memengaruhi atau influence. Sikap ini mampu menjadi dasar konten yang dibuat akan memengaruhi masyarakat yang melihat kontennya.

Menurut Elli (2007), ada tiga faktor yang harus dimiliki untuk memengaruhi, biasa disebut dengan 3R. Pertama reach, yaitu kemampuan untuk menyusun, membuat dan mengirimkan konten kepada audiens. Kedua relevance, yakni kekuatan pada sebuah merek/brand atau koneksi. Ketiga resonance, yaitu kemampuan yang dapat mengarahkan perilaku audiens untuk mengikuti apa yang diinginkan pembuat konten.

Ketiga faktor di atas tidak mudah untuk dilakukan dan dicapai. Ada teknik-teknik yang perlu dilakukan agar konten yang dibuat mampu memenuhi faktor 3R tersebut.

Social Media Specialist selain memiliki tanggung jawab dalam pembuatan konten, juga punya fungsi sebagai admin untuk mengolah media sosial yang ditangani. Akun media sosial yang digunakan harus diolah dengan hati-hati karena berhadapan langsung dengan warganet atau netizen. Dunia online pergerakannya sangat cepat, untuk itu jika sekali saja melakukan kesalahan dapat berdampak besar pada akun tersebut, bahkan perusahaannya.

Social Media Specialist pun diharapkan memiliki kemampuan benchmarkingyang menurut Lahat dan Soham (2013) menyatakan bahwa benchmaking merupakan suatu pembelajaran yang dilakukan berdasarkan pada pendekatan kepada suatu perusahaan yang berfungsi sebagai pengidentifikasian dan pengadaptasian strategi yang ada dengan cara terbaik bagi perusahaan guna meningkatkan sistem performa perusahaan.

Tahapan benchmarking.

Menurut Andersen & Pettersen dalam Paulus & Devie (2013), benchmarking sendiri terdapat lima tahapan yang biasa disebut pula sebagai benchmarking wheel.

1. Perencanaan.

Menentukan suatu perusahaan dan performanya yang kemudian membandingkannya dengan perusahaan terpilih untuk menjadikannya sebagai perusahaan benchmarking.

2. Pencarian.

Sebuah aktivitas pencarian suatu badan usaha yang sangat berpeluang tinggi sebagai mitra untuk bekerja sama dalam proses benchmarking.

3. Pengobservasian.

Merupakan pengumpulan beragam informasi terkait strategi kesuksesan perusahaan benchmark sebagai tolok ukur performa perusahaan. Pengumpulan informasi ini didasarkan pada hasil wawancara yang berkesinambungan dengan badan usaha mitra benchmark.

4. Analisis.

Penjabaran data yang telah terkumpul dari badan usaha terpilih untuk digunakan sebagai tolok ukur performa badan usaha guna membandingkannya dengan performa perusahaan tersebut. Hasil penjabaran informasi yang telah terkumpul dan didapatkan lalu dipergunakan sebagai landasan penyusunan dan pengubahan performa badan usaha.

5. Adaptasi.

Menetapkan dan mengembangkan rancangan pengubahan performa badan usaha agar memiliki performa yang mirip seperti badan usaha terpilih sebagai tolak ukur performa badan usaha benchmarking.

Menjadi seorang media spesialis tentunya tidak mudah, dilihat dari pernyataan sebelumnya bahwa seorang Social Media Spesialist harus mampu mengikuti langkah-langkah tertentu dalam pekerjaannya. Seorang Social Media Specialist tentunya perlu memenuhi kriteria atau job specification-nya.

Hasil dari wawancara kepada narasumber (Ade, ex Social Media Specialist Bogor Daily), seorang Social Media Specialist setidaknya memiliki syarat berikut ini.

1. Telah menempuh pendidikan D3 (diploma) dalam bidang komunikasi, jurnalistik atau yang setara.

2. Memiliki pengetahuan dasar tentang jurnalistik, copywriting, digital marketing, serta hubungan masyarakat.

3. Mampu berpikir secara kreatif dan akurat.

4. Mampu bekerja multitasking.

5. Mampu menganalisis dan mencari data secara detail dan cepat.

6. Berpengalaman di bidang yang sama ataupun fresh-graduated.

7. Memiliki rasa ingin tahu.

Pekerjaan Social Media Specialist walaupun serba digital dan mudah karena internet, namun aslinya tidak semudah yang dibayangkan. Tuntutan untuk memperkenalkan brand perusahaan kepada masyarakat luas harus disesuaikan dengan pemasaran yang tepat. Dengan demikian jika ingin menjadi seorang Social Media Specialist harus memiliki pengalaman bekerja dengan sekurang-kurangnya satu tahun di bidang yang sama.

Jika seorang sudah pernah berpengalaman di bidang yang sama pasti ia akan lebih dipercaya oleh perusahaan untuk menjadi spesialisnya. Sebab pengalaman yang dimiliki telah terbukti mampu melewati berbagai masalah, tantangan, dan goals yang dicapai. Apabila banyak goals yang telah dicapai dengan baik dan mampu melewati masalah secara lancar, dapat diindikasikan seorang telah berhasil dan mampu dalam pekerjaan yang dijabatnya.

Kesimpulan.

Social Media Specialist di era ini salah satu pekerjaan yang banyak yang diincar oleh perusahaan. Haltersebut karenapada era sekarang adalah era digital yang mana menjadi salah satu strategi pemasaran juga oleh berbagai perusahaan, khususnya yang memasarkan produknya di media sosial ataupun platform online yang dapat diakses oleh netizen.

Selain itu, keahlian mengedit ataupun membuat poster dengan aplikasi pun telah melekat pada masyarakat milenial sekarang ini serta keahlian untuk memersuasi netizen dengan 3R dan melakukan benchmarking yang dapat dipelajari. Dengan pengemasan iklan yang menarik dan keahlian yang baik oleh Social Media Specialist dalam mempersuasi netizen diharapkan para Social Media Specialist dapat lebih memajukan perusahaan dan membantu memasarkan produk-produk yang dijual oleh perusahaan, baik yang berupa barang ataupun jasa.

*Oleh:Brigita Pramudita Wahyudanti, Dita Yuni Sari, Laila Meiliyandrie Indah Wardani /Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana