×
Sign in

Hello There

Sign In to Brilio

Welcome to our Community Page, a place where you can create and share your content with rest of the world

  Connect with Facebook   Connect with Google
Review film: Social Animals, melihat 'Pelakor' dari sisi pelaku

0

Film

Review film: Social Animals, melihat 'Pelakor' dari sisi pelaku

Agar tak berat sebelah dalam memandang wanita yang mencintai laki orang.

Disclaimer

Artikel ini merupakan tulisan pembaca Brilio.net. Penggunaan konten milik pihak lain sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Silakan klik link ini untuk membaca syarat dan ketentuan creator.brilio.net. Jika keberatan dengan tulisan yang dimuat di Brilio Creator, silakan kontak redaksi melalui e-mail redaksi@brilio.net

Padika

07 / 06 / 2018 21:30

Kita sepakat dulu deh untuk mengubah kepanjangan pelakor, dari perebut laki orang menjadi pecinta laki orang. Ini penting agar istilah ini tak terlampau biar gender dan negatif.

Kalian tahu kan, cinta itu sering tak rasional. Kita tak bisa memilih jatuh cinta kepada siapa. Cinta itu sering datang tanpa disangka, tanpa terjelaskan mengapa-mengapanya. Tetapi tak semua cinta harus berlanjut menjadi hubungan berkomitmen.

Itu sebabnya, seorang perempuan bisa jatuh cinta kepada lelaki suami perempuan lain, tetapi tak mesti menjalin hubungan. Cinta itu emosional, relasi itu rasional.

Selama ini, kita seringkali menghakimi pelakor dengan kacamata tunggal mempersalahkan pelaku, terutama di perempuan. 

“Heh, tak punya hati. Apakah tak bisa mencintai lelaki lain saja.”

Loading...

Pernahkah kita mencoba mengganti kacamata? Atau mungkin sekedar tabbayun mencari tahu duduk perkaranya.

Theresa Bennet, seorang pembuat film telah mulai mencobanya. Pada 1 Juni lalu, di mana Theresa merilis video on demand film pertama yang disutradarainya. Judulnya 'The Social Animals'.

Kalian jangan keliru dengan film dokumenter 'Blake Heal', 'The Social Animals' yang rilis sebelumnya, tidak terpaut jauh, yaitu pada Maret 2018.

'Social Animals' milik Theresa ini menceritakan hubungan antara karakter perempuan utama Zoe (diperankan Noel Wells) dengan Paul (diperankan Josh Radnor) yang merupakan suami Jane (diperankan Aya Cash).

Paul dan Jane adalah pasangan suami-istri yang telah memiliki tiga anak yang masih kecil-kecil.

Jane berkerja sebagai pengacara yang workaholic. Jane terpaksa sebenarnya. Ia harus bekerja keras karena menjadi penopang ekonomi keluarga. Maklum, Paul membuka usaha rental video yang sudah hampir bangkrut.

Kecapaian bekerja membuat Jane tidak bergairah meladeni Paul sebagaimana pasangan suami-istri di malam hari. Sudah tiga bulan mereka tidak berhubungan suami istri.

Paul dan Jane juga jadi sering cekcok. Kadang untuk hal sepele seperti perabot yang dibeli atau cara menggantung handuk di kamar mandi.

Paul pun tertekan dan lebih sering menghabiskan waktu di tokonya.

Suatu ketika Zoe, perempuan lajang pengelola salon waxing dari seberang jalan bertandang basa-basi ke toko rental video Paul. Sekedar ngobrol-ngobrol sebentar.

Zoe sudah pernah melihat Paul sebelumnya, yaitu ketika keduanya menghadiri acara pernikahan teman.

Seperti Paul, usaha salon wax Zoe juga diambang kebangkrutan, kalah bersaing melawan usaha serupa yang lebih modern yang baru saja berdiri, tak jauh dari salon Zoe.

Zoe adalah perempuan lajang usia 30-an tahun. Ia seorang liberal dalam makna senang gonta-ganti kawan cowok dalam hubungan sesaat. Meski begitu, Zoe tidak pernah jatuh cinta.

Suatu ketika Paul mengajak Zoe tonton film di balkon atap tokonya. Mereka menonton film berjudul 'Working Girl yang merupakan film jadul tahun 1988. Film tersebut sempat masuk nominasi peraih Oscar untuk sejumlah kategori.

Setelah menonton film, Paul dan Zoe makan bareng di taman foodtruck. Beberapa hari kemudian Paul membuatkan Zoe CD kompilasi lagu-lagu kesukaan Zoe.

Membuatkan CD kompilasi atau mixtape adalah cara orang tua zaman old melakukan pendekatan kepada cowok atau cewek yang ditaksir.

Perasaan senasip oleh usaha yang menjelang bangkrut, dan kebersaman dalam tonton film dan makan bareng, serta cd kompilasi yang dibuatkan Paul membuat Zoe mulai jatuh cinta.

Sayangnya, dalam sebuah acara syukuran kelahiran anak teman, Zoe kembali bertemu Paul. Kali ini bersama istri dan anak-anak Paul.

Zoe sadar akan risiko hubungannya dengan Paul. Ia tidak ingin menjadi perempuan jahat dan karena itu memutuskan untuk menghidari Paul.

Paul sendiri tidak berniat selingkuh. Ia hanya mencintai Jane, mencoba bertahan dalam hubungan yang kemarau panjang kering kerontang. Padahal Jane pernah sarankan Paul untuk menjalin hubungan sampingan dengan perempuan lain. Sebuah affair yang diizinkan istri.

Yang menjengkelkan, ternyata di sisi lain, Jane telah bersikap jahat dan mengkhianati Paul. Ia menyewa gigolo dan beberapa kali berhubungan dengan lelaki penjaja sex itu.

Suatu ketika, Paul mengunjungi Jane di kantornya, membawa bunga. Begitu Paul buka pintu ruangan kerja Jane, istrinya sedang berselingkuh dengan pria bayarannya.

Jane mencoba beralasan bahwa hubungannya “just sex, not love” dan ia melakukannya karena stres oleh perasaan gagal sebagai istri dan ibu yang baik.

Baiklah, cukup sampai di sini dulu soal isi film-nya. Kelanjutannya sila kalian tonton sendiri ya.

Sejatinya 'Social Animals' adalah film komedi. Tetapi mungkin karena Theresa Bannett hendak menyuarakan pembelaan diri pelakor dan lelaki beristri yang mencintai perempuan lain, alih-laih tertawa, kita justru berpikir dan kerab merasa kesal—terutama melihat kelakuan Jane—sepanjang menonton film ini.

Nah, jadi cobalah kakak-kakak tonton dulu 'Social Animals' ini agar mendapatkan persepsi lain dalam menilai kasus perselingkuhan.





Pilih Reaksi Kamu
  • Senang

    0%

  • Ngakak!

    0%

  • Wow!

    0%

  • Sedih

    0%

  • Marah

    0%

  • Love

    0%

Loading...

RECOMMENDED VIDEO

Wave white

Subscribe ke akun YouTube Brilio untuk tetap ter-update dengan konten kegemaran Milenial lainnya

-->
MORE
Wave red