Siapa yang tak mengenal kompos? Kompos adalah salah satu jenis pupuk yang dihasilkan dari penguraian sampah organik dengan bakteri Em 4 menjadi pupuk yang alami dan terbilang aman karena tidak mengandung bahanbahan kimia berbahaya. Pembuatannya sendiri banyak menggunakan campuran kotoran hewan serta sampahsampah anorganik. Namun dilihat dari ketersediaan, banyak orang memilih sampah daundaun untuk dijadikan pupuk kompos.

Sekarang ini sedang gencargencarnya digiatkan mengenai industri 4.0. Salah satu pihak yang sedang menggiatkannya adalah IPB atau Institut Pertanian Bogor yang terletak di daerah Bogor. Pihak dari rektor sendiri sedang menggiatkan mahasiswanya untuk membuat sebuah value atau yang lebih dikenal dengan creating value untuk mewujudkan industri 4.0 di bidang agromaritim.

Menanggapi tantangan dari rektor IPB, Dr. Arif Satria, SP, M.Si, makamuncullahsebuah gagasan untuk membuat Portable Kompos Makeragar memudahkan petani dalam membuat pupuk yang alami dan baik untuk tanaman yang sedang dibudidayakan. Dengan adanya alat ini diharapkan dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk membeli pupuk dan lebih memilih pupuk buatan sendiri yang dampaknya tidak terlalu merusak lingkungan.

Skemaalat.

Skema alat yang digunakan adalah lebih seperti sebuah tabung berukuran kecil yang dilengkapi dengan sensor suhu untuk mengetahui suhu di dalam tabung. Pada pembuatan pupuk kompos sendiri suhu optimal untuk bakteri dapat berkembang adalah sekitar 30 derajat celcius tanpa udara. Artinya bakteri pengurai sampah organik untuk pengomposan dapat tumbuh dengan baik dengan tambahan suhu sebesaar 30 derajat celcius. Tak lupa di dalam tabung diberi penghangat otomatis, jadi ketika suhu di dalam tabung kurang dari 30 derajat maka penghangat akan hidup dan bilamana melebihi dari 30 derajat maka penghangat akan mati secara otomatis. Sedangkan pada bagian luar tabung diberi indikator kaca atau led untuk memberitahu bilamana kompos sudah jadi.

Untuk tenaga penggeraknya digunakan baterai yang dapat diisi ulang sehingga dapat digunakan di mana pun dan kapan pun. Sebagai tambahan untuk mengetahui apakah kompos sudah jadi atau belum, diberi tambahan sensor pendeteksi bau. Ketika bau sudah tidak tercium lagi maka kompos sudah jadi.

Cara kerja.

Cara kerja alat ini cukup mudah karena para petani hanya tinggal memasukkan sampah organik ke dalam tabung ataupun mencampurnya dengan kotoran hewan dengan catatan tabung tidak diisi terlalu penuh untuk menyisakan sedikit ruang.Jika sudah, tabung ditutup dan alat tinggal dinyalakan tombol on-nya. Secara otomatis alat akan menyesuaikan suhu di dalam tabung agar tetap stabil. Setelah alat berjalan maka hanya tinggal menunggu sampai kompos jadi atau sampai indikator led menyala yang menandakan bahwa kompos sudah jadi.

Kelemahan.

Kelemahan dari alat ini adalah masih belum ditemukannya sensorsensor yang mendukung untuk pembuatan alat ini. Namun tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan pengembangan sensorsensor tersebut atau mungkin menggantinya dengan hal lainyang dapat menggantikan fungsi dari sensor tersebut. Selain itu belum tentu juga para petani mau menggunakan alat ini bilamana mereka sudah terbiasa membuat pupuk dengan cara mereka sendiri. Dan bisa jadi cara yang mereka gunakan jauh lebih baik dibandingkan menggunakan alat. Namun juga tidak menutup kemungkinan alat ini bisa melebihi ekspektasi dari para petani mengenai pupuk kompos.

*Benediktus Kevin, Ridwan Siskandar