Literasi media diperlukan seluruh lapisan masyarakat untuk terhindar dari kesalahpahaman, salah satunya dengan literasi media sosial. Media sosial digemari berbagai kalangan di Indonesia. Berbagai upaya pun dilakukan untuk mencanangkan literasi media sosial, salah satunya dengan kampanye anti hoaks.

Anti hoaks adalah suatu tindakan penolakan terhadap berita bohong yang sifatnya merugikan. Mahasiswa, terlebih jurusan Ilmu Komunikasi kerap menyalurkan aspirasinya terhadap fenomena hoaks di sosial media. Terlebih Ilmu Komunikasi sendiri juga melingkupi hubungan kepada sesamadan juga berkaitan erat dengan media serta segala persoalannya.

Perkembangan teknologi informasi menekankan literasi media ke arah digital karena cepatnya arus informasi yang kerap menimbulkan keresahan. Literasi media adalah kemampuan menyaring dan memilah informasi yang diperoleh secara cerdas dan bijak.

Selain mengubah cara berkomunikasi, perkembangan teknologi juga mengubah cara promosi industri barang dan jasa. Terdapat kasus-kasus penipuan melalui media online atau social media terkait bisnis jual beli karena kurangnya literasi media promosi.

Gerakan anti hoaks Facebook cukup sering dilakukan. Sebab selain sebagai media untuk berkomunikasi, Facebook kerap kali digunakan untuk bertransaksi. Diharapkan masyarakat pun ikut serta mewujudkan gerakan anti hoaks Indonesia yang telah menjadi isu penting di era digital.

Sebagai bentuk perwujudannya,beberapawaktu lalu mahasiswa Ilkom Udinus telah melaksanakan gerakan tersebutdengan menjadi salah satu pelopor gerakan anti hoaks di Semarang. Gerakan tersebut bermula dari tugas kuliah dan menjadi sebuah kampanye menarik saat Car Free Day. Beberapa mahasiswa berkeliling menyuarakan upaya mencegah hoaks serta terdapat dua ikon sebagai peraga hoaks dan anti hoaks. Beberapa orang pun diwawancaraterkaittanggap mengenai hoaks. Meskipun kegiatan tersebut cukup baik, namun masyarakat masih kurang antusias.

Kesadaran masyarakat Semarang hingga hari ini terhadap hoaks masih kurang. Topik seputar hoaks belum menjadi sesuatu yang menarik. Rendahnya minat terhadap topik hoaks dapat menunjukkan rendahnya literasi media di Semarang. Meskipun Semarang terbilang sebagai kota yang cukup kondusif, bukan berarti penyebaran hoaks tidak ada. Justru kelengahan masyarakat membuat hal tersebut menjadi permasalahan di waktu mendatang jika tidak disadari sedari dini.