Kejadian bunuh diri tidak dapat disepelekan oleh orang lain dengan mengatakan bahwa hanya karena cinta, karena uang, dan karena hal sepele lainnya membuat seseorang nekad untuk mengakhiri nyawanya. Bunuh diri telah banyak terjadi di negara maju karena tingginya tingkat stress yang dialami. Seperti halnya rasa nyeri, kemampuan beradaptasi seseorang terhadap stress tidak bisa disamakan antara individu satu dengan lainnya. Bisa jadi karena faktor masa lalu yang buruk atau pola asuh dapat berdampak pada proses adaptasi seseorang di masa depan.Karena itu ada baiknya orang tua saat ini berfokus pada bagaimana cara mendidik anak agar kuat menghadapi hidup, tidak hanya pandai dalam mata pelajaran.

Mungkin kamu pernah mengalami stress berat sampai mengalami gangguan fisik seperti badan lelah, sulit tidur, nafsu makan berkurang, dan sebagainya. Bila dibiarkan, sering kali stress dapat menngarah pada depresi, selanjutnya depresi dapat mengarahkan orang pada risiko bunuh diri.

Hal ini bukan lagi hal yang wajar. Dalam ilmu kesehatan jiwa, orang yang sudah mencapai tahap risiko bunuh diri termasuk dalam kategori gangguan jiwa.Berikut adalah ciri-ciri orang dengan risiko bunuh diri.

1. Membicarakan keinginan bunuh diri.

Pembicaraan secara implisit (Saya berharap tidak dilahirkan) atau eksplisit (Saya ingin mati saja) mengenai kematian ataupun melukai diri sendiri.

2. Mencari cara mematikan untuk bunuh diri.

Mencoba mendapatkan racun, pistol, pisau, ataupun mencari tempat tinggi yang dapat digunakan untuk percobaan bunuh diri.

3. Putus asa akan masa depan.

Mengutarakan perasaan tidak berdaya dan putus asa, merasa terjebak, merasa hidup tidak akan jadi lebih baik di masa depan.

4. Membenci dan menghujat diri sendiri.

Adanya perasaan malu, bersalah, dan menjadi beban bagi orang lain.

5. Mengatur segala hal untuk ditinggalkan.

Membuat wasiat dan memberikan benda kesayangan kepada orang terdekat.

6. Mengucapkan perpisahan.

Kedatangan tidak terduga, mengucapkan selamat tinggal seolah tidak akan bertemu lagi.

7. Menarik diri dari orang lain.

Meningkatnya keinginan untuk sendiri.

8. Perilaku merusak diri sendiri.

Meningkatnya penggunaan NAPZA, menyetir secara ugal-ugalan, tidak mau makan, dan perilaku membahayakan lainnya.