Literasi adalah penentu awal dalam mengenalkan pendidikan pada anak usia dini. Dilansir dari Legalera.id, menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Data dari survei 3 tahunan BPS juga mencatat bahwa tingkat minat baca anak-anak indonesia hanya 17,66%. Itu artinya dari seribu orang hanya ada satu yang memiliki minat baca, dan hanya baru sampai "minat baca".

Anak-anak adalah harapan bangsa di masa depan, mereka layak untuk mendapatkan pendidikan di usia dini. Tak heran jika anak-anak pasti memiliki rasa keingintahuan yang besar. Mereka akan sering bertanya kepada orang tuanya tentang semua hal yang mereka rasakan seperti melihat, memegang ataupun mendengar. Sehingga faktor lingkungan keluarga menjadikan proses awal dalam pengembangan karakter anak.

Sebagai orang tua harus bisa mengajarkan anak untuk mengenal literasi sejak dini di rumah, karena sebagian anak banyak menghabiskan waktunya di rumah dibandingkan sesekali mereka bermain di luar. Hal yang harus orang tua manfaatkan adalah waktu ketika di rumah bisa mengajarkan sang anak untuk mengenal abjad, menceritakan sebuah dongeng, dan menonton animasi pendidikan berbasis musik.

Lakukan hal-hal kecil seperti mengenalkan nama-nama hewan, buah-buahan, sayur-sayuran, benda dan lain-lain. Atau orang tua bisa menyiapkan sesuatu seperti buku-buku dongeng serta ruangan kecil yang bisa dijadikan tempat bermain sekaligus belajar. Meskipun anak tidak akan langsung paham, tetapi anak memiliki potensi yang baik dalam mencerna segala materi.

Biasanya anak terobsesi dengan video animasi yang menunjukkan berbagai karakter lucu sehingga membuat anak jadi semangat. Maka dari itu sebagai orang tua pun harus mengetahui apa yang anak inginkan, ataupun orang tua bisa membuatkan animasi sendiri untuk belajar mengenal huruf dan juga supaya anak tidak cepat jenuh. Biasakan juga untuk belajar memegang buku, karena kebanyakan anak setelah memegang buku mereka akan melemparnya dan hanya dijadikan mainan saja. Tetapi sebagai orang tua yang mendidik tidak dianjurkan untuk marah atau menegur sang anak berlebihan karena anak akan merasa tidak nyaman dan berujung tidak mau untuk membaca lagi.

Pada usia dini, anak sangat mudah dikendalikan maka patutlah ajarkan sedikit membaca, menulis, menggambar. Dari sana orang tua akan tahu di mana letak kemampuan anak. Untuk menanamkan literasi anak juga, orang tua harus ekstra sabar dalam hal ini, karena tidak mungkin dalam beberapa kali anak akan langsung paham. Dengan penuh kesabaran dan ikhlas anak pun akan mengerti pada orang tuanya. Juga dengan kepercayaan orangtua terhadap anaknya akan menghasilkan akhir yang manis dari sebuah sabar itu.

Jadi, sebagai orang tua harus tidak pantang menyerah dan tidak lelah untuk mendidik dan mendukung segala kegiatan anak dan memahami apa yang anak inginkan agar anak bisa tumbuh berkembang dengan baik, karena pada usia dini anak memiliki karakter yang aktif dalam segala hal untuk mencoba sesuatu. Namun, jika anak melakukan hal yang tidak boleh dilakukan, orang tua bisa menegurnya supaya anak tidak mengulangi hal yang seharusnya tidak patut untuk dilakukan.

Tanamkan literasi pada anak di usia dini meski hanya abjad saja, juga setelahnya beri pujian atas keberhasilan sang anak. Selain menjadikan anak yang pandai juga mengurangi populasi anak krisis literasi.