Menangisadalah salah satu bentuk respons fisik atas emosi seseorang. Namun, sebagian dari kita mungkin terlalu malu memperlihatkan kesedihan dan air mata di depan orang lain. Ad Vingerhoets, profesor psikologi klinis dari Universitas Tilburg di Belanda mengatakan,menangisterbagi atas dua komponen, yakni wujud rasa tertekan atau rasa tidak nyaman dan produksi air mata. Saat kita menangis, sebuah stimulus emosional masuk ke otak dan memicu air mata keluar dari kelenjar lakrimal yang berada tepat di atas mata kita. Seiring waktu, alasan seseorang menangis berubah. Bila bayi menangis kebanyakan karena rasa tidak nyaman secara fisik, saat dewasa bisa berbeda alasannya. Terlepas dari hal ini, ada sebagian kita yang ingin menyembunyikan air mata dari orang lain,entah karena malu atau alasan yang lainnya (Pratiwi, 2018).

Wade & Tavris (2008) menjelaskan bahwa emosi adalah situasi stimulasi yang melibatkan perubahan pada tubuh dan wajah, aktivasi pada otak, penilaian kognitif, perasaan subjektif dan kecenderungan melakukan suatu tindakan, yang dibentuk seluruhnya oleh peraturan yang terdapat pada suatu budaya. Emosi seseorang berhubungan dengan lingkungan di dasarkan pada pengalaman dengan lingkungan (Rohman, 2009).

Alasan emosional yang memicu timbulnya keinginan untuk menangis dan mengeluarkan air mata tentu beragam. Namun semuanya bertujuan untuk mengembalikan emosi yang sempat terpuruk ke kondisi normal. Bahkan, menangis merupakan aktivitas dan respons emosional yang menyehatkan karena dapat membantu kita mengeluarkan senyawa kimia negatif dari dalam tubuh.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. William H. Frey II, biochemist di St Paul-Ramsey Medical Centre di Minnesota, Amerika Serikat, yang mengungkap lebih jauh tentang hal ini. Disebutkan, senyawa kimia yang keluar karena dipicu emosi atau stres, berbeda dengan jenis air mata yang keluar karena faktor pemicu dari lingkungan sekitar, seperti iritasi. Air mata yang keluar karena dorongan emosi mengandung hormon protein seperti prolactin, adrenocorticotropic, dan leucine enkephalin. Hormon tersebut dikenal sebagai penghilang rasa sakit alami, yang semuanya merupakan respons asli tubuh terhadap kondisi stres. Air mata yang dikeluarkan saat adanya dorongan emosi atau tekanan mental dapat membantu penyaluran emosi yang lebih sehat.

Pria cenderung lebih malu untuk mengeluarkan emosi berupa tangisan dibandingkan wanita. Kebanyakan pria terlihat lebih reaktif secara psikologis terhadap konflik dibandingkan wanita, namun kedua gender terkadang memiliki perbedaan persepsi. Padahal, pria dan wanita memiliki kemampuan yang sama untuk merasakan emosi, mulai dari cinta, duka, hingga kematian. Pria cenderung mengekspresikan emosinyadengan meluapkan amarahnya, berbeda dengan wanita yang memang cenderung menangis, menunjukkan perasaan takut, sedih, rasa bersalah, dan kesepian (Wade & Tavris, 2008). Padahal tidak ada salahnya untuk meluapkan emosi dengan cara menangis. Selain dapat membuat lega, meluapkan emosi dengan menangis juga dapat mengeluarkan senyawa kimia yang ada dalam tubuh akibat adanya stres dalam tubuh.