Pahlawan selalu diidentikkan dengan orang yang telah berjasa kepada bangsa ini, mulai dari ikut melawan penjajah seperti Pangeran Diponegoro, Patimura, memperjuangkan kemerdekaan seperti Bung Karno hingga mewujudkan reformasi.

Pahlawan-pahlawan tersebut juga berasal dari daerah yang berbeda-beda. Mungkin tidak banyak yang tahu, sejatinya masyarakat Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat juga punya pahlawan nasional meskipun hingga kini belum diserahkan gelar tersebut.

Bagi masyarakat Sintang, tentu namanya sudah tidak asing lagi, dia adalah Pangeran Kuning. Tokoh Mangkubumi atau Panglima di Keraton Al Mukaramah Sintang yang terkenal keras dalam menolak masuknya penjajah Belanda ke Kabupaten Sintang di massa itu.

Bahkan, tak hanya ketika masih hidup. Pangeran Kuning disebut-sebut tetap membenci Belanda hingga setelah wafat sekalipun. Hal itu ditunjukkan dengan kabar berputarnya makam Putra Kecamatan Kayan Hulu tersebut ketika ada turis asing khususnya dari Belanda yang datang.

Situs resmi wilkipedia mencatat kedatangan Belanda ke Kabupaten Sintang terjadi sekitar bulan Juli 1822. Saat itu pasukan Belanda dipimpin oleh JH Tobias, saat itu Kerajaan Sintang dipimpin oleh Sultan Ahmad Qamaruddin.

Dengan alasan akan membantu Kerajaan Sintang jika terjadi ancaman dari Kerajaan luar, akhirnya Raja Sintang mempersilahkan pasukan Belanda tinggal di Sintang. Kesempatan tersebut yang dipergunakan oleh Tobias untuk meminta tanah dari Kesultanan Sintang dengan tujuan untuk membuat benteng alias Loji.

Karena ternyata tanah yang diminta sangat luas, permintaan tersebut jelas ditolak oleh sang raja. Belanda pun melancarkan politik pecah belah atas penolakan tersebut. Hingga akhirnya kesepakatan awal antara Tobias dan Raja Sintang terdengar hingga kerajaan-kerajaan kecil yang ada di sekitar Sintang seperti Kayan. Mereka langsung mendesak Raja Sintang membatalkan kesepakatan tersebut.

Berawal dari sepenggal kisah itulah, perlawanan Pangeran Kuning dimulai hingga akhir hayatnya. Tak hanya perlawanan fisik kepada Belanda dengan cara perang Gerilya, Pangeran Kuning bahkan rela menanggalkan jabatan Patih Mangkubumi yang disandangnya karena merasa politik yang dijalankan Kerajaan Sintang sudah tidak lagi sejalan apa yang ia inginkan.

Untuk mengenang gigihnya perlawanan Pangeran Kuning tersebut, sejak 2009 lalu Pemkab Sintang berinisiatif membangun Tugu Pangeran Kuning, yang berlokasi persis di depan Makorem 121/ABW Sintang. Selain itu, pemerintah pun terus mengusulkan agar nama Pangeran Kuning dinobatkan menjadi Pahlawan Nasional, meskipun hingga kini belum ada titik terang persoalan tersebut.