Lini media sosial terakhir ini dihebohkan dengan aksi seorang mahasiswa, Zaadit Taqwa, yang menjabat sebagai Ketua BEM Universitas Indonesia 2018 setelah mengacungkan 'kartu kuning' ke Presiden Jokowi dalam acara Dies Natalis ke-68 Universitas Indonesia. Satu dari tiga tuntutan Zaadit bersama BEM UI yang paling menjadi sorotan adalah soal kasus gizi buruk dan campak di Asmat, Papua, yang sudah menelan korban meninggal dunia hinga 71 orang. Terlepas dari siapa yang benar dan salah baik Presiden Jokowi maupun Zaadit sudah memiliki tujuan baik untuk memperhatikan Papua.

Presiden Jokowi sudah melakukan berbagai cara untuk mengatasi permasalahan gizi buruk di Asmat, Papua. Pemerintah telah mengirimkan tim Kementerian Kesehatan bersama TNI dan Polri, untuk melakukan bantuan dan menerjunkan tim kesehatan, karena sulit dijangkau, terlebih wilayahnya di hutan belantara. Upaya relokasi yang tidak dapat dilakukan karna adat tradisi. Pemerintah pun membuat solusi pembangunan infrastruktur sebagai pembuka akses daerah yang terisolasi hutan belantara.

Jika akses sudah terbuka, tahap selanjutnya membangun pertanian di wilayah-wilayah tersebut, untuk mengatasi persoalan pangan dan menahan masyarakat di sana untuk berpindah-pindah tempat tinggal. Kemudian tahapan ketiga yang merupakan penanganan jangka pendek, memberikan vaksinasi kepada masyarakat di Kabupaten Asmat.

Banyak cibiran yang menghujam kepada Presiden Jokowi tentang infrastruktur. Ia tetap bersikukuh bila percepatan pembangunan infrastruktur pada daerah tertinggal adalah jalan satu-satunya untuk membangun ekonomi dan kesejahteraan daerah. Kehadiran Jokowi ke Tanah Papua sudah berkali-kali. Ini bentuk perhatian pemerintah pada Papua. Presiden Jokowi terinspirasi dengan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang sangat peduli dengan Papua semasa memimpin pemerintahan.

Bagi orang Papua, Gus Dur adalah penjelmaan Kasih Karunia Tuhan yang menghantarkan bangsa Indonesia dari suasana yang serbachaosmenjadi negara yang aman, sejuk, serasi dan damai. Dan Gus Dur mampu mengantarkan orang Papua dari segala bentuk penindasan yang telah menelan korban ribuan jiwa. Gus Dur pun mendapatkan sebutan sebagai Bapaknya Orang Papua.

Akan tetapi, membela Papua sangatlah berat karna risikonya dibenci oleh orang-orang yang punya mata tapi silau harta. Bila Gus Dur masih hidup di jaman sekarang mungkin akan mengatakan Milea, Membela Papua itu berat. Kamu nggak akan kuat, biar aku saja.

Lantas, kebijakan apa saja yang membuat Gus Dur begitu dicintai oleh warga Papua hingga saat ini beliau telah tiada?

1. Mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua

4 Fakta Gus Dur tentang Papua ini bikin ingat sosoknya yang plural

Pada 1 Januari 2000 Gus Dur mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua. Dulu, semasa Orde Baru, tabu jika orang Papua menyebut diri mereka sebagai orang Papua. Jauh dalam hati mereka adalah Papua.

Akan tetapi mereka enggan menyebut Papua karna takut diidentikan dengan gerakan separatis yang diincar oleh pemerintahan orde baru, yakni Organisasi Papua Merdeka (OPM).

2. Memberi motivasi hingga warga Papua meneteskan air mata

4 Fakta Gus Dur tentang Papua ini bikin ingat sosoknya yang plural

Menurut pengurus Lembaga Kajian Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PBNU, Eman Hermawan, mengatakan bila masyarakat Papua, sampai saat ini masih ingat betul kata demi kata dari Gus Dur saat berkunjung ke Papua.

"Mata saya memang tidak bisa melihat, tapi hati saya bisa merasakan air mata dan penderitaan orang Papua, maka dari itu wahai orang Papua, hari ini ku kembalikan harga dirimu sebagai bagian utuh dari Negara Kesatuan Republik Indonesia Ucap Gus Dur.

Mendengar kata-kata itu membuat warga Papua meneteskan air mata, karna baru kali ini ada presiden Indonesia yang memperlakukan warga Papua dengan cara manusiawi dan bukan melalui jalan-jalan kekerasan.

Gus Dur ingin menunjukkan kepada Indonesia bahwa Papua bukanlah sebuah pulau yang mencekam yang selalu diwarnai dengan aksi teror separatis. Warga Papua juga ingin merasakan kedamaian dan kesejahteraan seperti warga negara Indonesia lainnya.

3. Mendukung tokoh-tokoh masyarakat Papua untuk menggelar Kongres Nasional Rakyat Papua

4 Fakta Gus Dur tentang Papua ini bikin ingat sosoknya yang plural

Kebijakan Gus Dur untuk Papua menimbulkan kontroversi politik, dengan keberanian yang luar biasa, bukan hanya memberi izin berjalannya kongres, melainkan juga memberi bantuan dana bagi tokoh-tokoh masyarakat Papua untuk menggelar Kongres Nasional Rakyat Papua II yang dihadiri 5000 peserta, didengar oleh ratusan ribu orang melalui siaran radio.

Dalam pertemuan tersebut, mereka dengan terbuka membicarakan lagi perlunya menuntaskan pemutarbalikan sejarah Papua. Mereka juga membahas pentingnya menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM di Papua serta pengabaian hak-hak dasar, terutama dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya rakyat Papua.

Gus Dur akan memperjuangkan hasil kongres tersebut asalkan jangan lepas dari NKRI.Dalam kongres yang digelar di Jayapura itu juga ditetapkan berdirinya Presidium Dewan Papua yang diketuai oleh Theys Hiyo Eluay. Sungguh tragis, Theys meninggal dunia secara misterius pada tanggal 10 November 2001.

Ia ditemukan di dalam mobil Kijang, terperosok ke jurang di kawasan Koya, dekat perbatasan dengan Papua Nugini. Anehnya, sopirnya tidak ditemukan dan mobil dalam kondisi kuncioff.

4. Gus Dur rela dilengserkan karena Freeport dan masa depan Papua

4 Fakta Gus Dur tentang Papua ini bikin ingat sosoknya yang plural

Peristiwa pada bulan Maret tahun 2000 silam tersebut diceritakan Adhie M. Massardi, yang saat itu menjadi Juru Bicara Presiden. Saat itu, bekas Menlu Amerika Serikat, Henry Kissinger datang menemui Gus Dur di Istana. Dia datang dan menyampaikan intimidasi kepada Gus Dur agar mau perpanjang Kontrak Karya Freeport yang dibuat di zaman Soeharto.

Tapi, Gus Dur melawan dan menegaskan tidak akan menggadaikan masa depan Papua. Pasalnya, Gus Dur akan mengeluarkan kebijakan untuk meninjau kembali Kontrak Karya yang pernah dibuat di zaman rezim sebelumnya agar menguntungkan warga Papua supaya cita-cita Kongres Rakyat Papua II yang meliputi hak-hak dasar, seperti bidang pendidikan, ekonomi, sosial, dan budaya rakyat dapat tercapai

Freeport marah bukan hanya soal renegosiasi, Freeport juga marah karena Gus Dur mengusulkan Ketua Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme Papua, Tombenal, untuk menjadi Komisaris Freeport. Freeport jelas menolak karena Tombenal terkenal keras dan selalu melawan perusahaan asal Amerika Serikat itu akibat limbah yang dibuang ke wilayahnya.

Diam-diam Freeport melakukan gerilya menemui politisi yang bermarkas di parlemen Senayan saat itu. Upaya penghasutan dan adu domba pun mulai dilakukan demi melawan Gus Dur. Sejak itulah, mulai muncul perlawanan keras dari parlemen yang berakhir dengan pemakzulan pada Gus Dur.

Dengan lengsernya Gus Dur, Pemerintah Indonesia pun mengabulkan keinginan Kissinger. Bahkan berbagai perusahaan asing dengan mudah memperoleh izin mengeksplotasi sumber daya alam Indonesia. Taktik semacam ini juga dimainkan oleh Freeport di era Jokowi. Freeport mengadudombakan eksekutif dan legislatif dengan kasus Papa Minta Saham. Masalah ini mencuat setelah Jokowi ingin memperbaharui kontrak Freeport.