Menciptakan anak yang sempurna menjadi salah satu agenda terpenting kebanyakan orang tua zaman sekarang. Anak-anak mereka harus menjadi yang terbaik dan kalau memungkinkan dalam segala hal. Para orang tua berusaha ekstra keras agar anak-anaknya dapat dikategorikan sebagai anak-anak kelas atas, bukan anak-anak kelas menengah apalagi kelas bawah. Itulah ambisi kebanyakan orang tua zaman sekarang. Dalam upaya membentuk anak seperti itu, mau tidak mau model pengasuhan yang diberlakukan juga harus khusus. Bukan masanya lagi, menurut kebanyakan orang tua, anak-anak dibiarkan untuk terlalu banyak bermain dan menghabiskan waktu bersama dengan teman-temannya. Ambisi orang tua yang melahirkan begitu banyak dan tingginya tuntutan bagi anak-anak akan berdampak dalam kehidupan anak-anak tersebut.

Cara-cara yang secara khas digunakan oleh orang tua dalam mengasuh dan mendidik anaknya disebut dengan pola asuh (parenting), yang mana telah dikenal terdapat beberapa pola asuh yang lazim diterapkan oleh orangtua. Santrock (2002) mengatakan yang dimaksud dengan pola asuh adalah cara atau metode pengasuhan yang digunakan oleh orang tua agar anak-anaknya dapat tumbuh menjadi individu-individu yang dewasa secara sosial. Santrock (2006) menyatakan bahwa terdapat empat tipe pola asuh orang tua, yaitu:

1. Pola asuh demokratis.

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak tetapi orang tua tetap dapat mengendalikan anak dengan tegas. Orang tua yang demokratis memandang hak dan kewajiban yang dimiliki oleh anak atau pun orang tua adalah sama, bersikap rasional dan selalu mendasari tindakannya pada rasio pemikiran.

2. Pola asuh otoriter.

Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang menetapkan aturan-aturan yang jelas kepada anak, di mana terdapat unsur ancaman. Bentuk pola asuh ini menekan pada pengawasan orang tua atau kontrol yang ditunjukkan pada anak sehingga menjadi anak yang penurut dan selalu menaati peraturan dari orang tua.

3. Pola asuh permisif.

Pola asuh permisif adalah pola asuh yang di mana orang tua memberikan kebebasan sebanyak mungkin kepada remaja untuk mengatur dirinya, remaja tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak kontrol oleh orang tua.

4. Pola asuh penelantar.

Pola asuh penelantar adalah pola asuh di mana anak dan orang tua tidak banyak berinteraksi, orang tua biasanya memberikan waktu maupun biaya yang tidak mencukupi kebutuhan sang anak.

Selain empat gaya pengasuhan tersebut, terdapat satu gaya pengasuhan yang jarang dibahas dalam berbagai teori tetapi tanpa disadari sering dilakukan oleh orang tua, yaitu push parenting. Push parenting adalah istilah yang digunakan untuk menyebut suatu pola asuh yang terlalu menekan hak anak, cenderung menetapkan target-target, tuntutan-tuntutan, standar-standar yang sangat mungkin melewati batas kemampuan fisik maupun psikologis anak. Sejatinya, push parenting merupakan salah satu bentuk dari pengasuhan otoriter karena orang tua hanya mendukung keinginan anak yang sesuai dengan keinginan mereka.

Apa dampak Push Parenting terhadap perilaku anak?

1. Tuntutan yang diberikan orang tua kepada sang anak dapat menghambat tingkah laku sosial dan masalah pendidikan maupun keseharian anak.

2. Apabila tuntutan orang tua semakin tinggi terhadap anak, anak-akan merasa takut, panik, dan putus asa jika mengalami kegagalan dan mengecewakan orang tua.

3. Anak akan merasa stres ketika orang tua terus memaksa dan menekannya untuk melakukan sesuatu tanpa henti. Dampak yang akan muncul, seperti sakit kepala atau sakit perut. Selain itu, perasaan tertekan yang anak rasakan akibat push parenting dapat membuat perilakunya berubah. Anak menjadi mudah marah, membangkang, dan sulit untuk diatur.

4. Dapat mengancam kesehatan anak karena anak berubah menjadi miniatur serta korban pemaksaan ambisi orang tua.

5. Anak dapat menjadi rendah diri, konsep dirinya negatif, terganggunya aspek perkembangan sosial-emosionalnya, dan terlebih lagi, anak dapat kehilangan kesempatan untuk mengembangkan jiwa kemandirian serta kemampuannya dalam menyelesaikan masalah (problem solving).

Push parenting adalah tren pengasuhan anak yang sangat menjebak orang tua karena berpotensi besar untuk merenggut masa kanak-kanak anak-anak mereka. Pola pengasuhan yang menuntut anak secara berlebihan, yang katanya demi kebahagiaan anak, yang terjadi justru adalah sebaliknya, mengorbankan keindahan dan keceriaan masa kanak-kanak anak-anak itu.