Mahasiswa tingkat akhir kerap disibukkan dengan skripsian yang cukup melelahkan. Untuk menghasilkan hasil akhir skripsi yang bagus, diperlukan kerja keras dari otak dan badan untuk dapat menyelesaikanskripsi dengantepat waktu. Namun, tak sedikit dari mahasiswa yang menjadi stress. Seperti dilansir dari Bengkulutoday, terdapat 6 mahasiswa yang nekat bunuh diri karena skripsinya yang tak kunjung selesai.

Diantaranya adalah Mahasiswa Universitas Sriwijaya di Sumatera Selatan, Universitas Kapuas di Kalimantan Timur, Mahasiswa di Jakarta Selatan, Mahasiswa Universitas Sumatera Utara, Mahasiswa STIKES Kendal, dan Mahasiswa Universitas Veteran Bangun Nusantara di Jawa Tengah. Mahasiswa tersebut rata-rata tewas dengan cara gantung diri di kamar kos maupun di kontrakannya dikarenakan depresi ataupun stres akibat memikirkan skripsi yang tak kunjung selesai (Author, 2018).

Akibat dari stres dan depresi bisa membuat seorang mahasiswa nekat melakukan aksi bunuh diri ini baiknya menjadi perhatian bagi keluarga, sesama mahasiswa, dan juga dosen pembimbing yang sedang menjalani proses penyelesaian skripsi untuk dapat mendukung mahasiswa terkait. Selain support, strategi coping juga dapat dilakukan untuk mengatasi stress. Apasih strategi coping itu?

Coping adalah segala usaha individu untuk mengatur tuntutan lingkungan dan segala konflik yang muncul, mengurangi ketidaksesuaian/kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi baik yang berasal dari individu maupun lingkungan dengan sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi stress. Jadi, dapat disimpulkan bahwa coping stress merupakan suatu bentuk upaya yang dilakukan individu untuk mengatasi dan meminimalisasikan situasi yang penuh akan tekanan (stress) baik secara kognitif maupun dengan perilaku (Nihayah, 2013). Terdapat juga 3 bentuk coping, yaitu:

1. Appraisal-Focused Coping Strategies.

Ketika menghadapi stres, perasaan adalah aspek yang paling awal memberikan respon. Biasanya respon yang muncul membuat individu menjadi tidak nyaman. Salah satu cara untuk meredakannya adalah dengan menerimanya dan menenangkan diri.

2. Emotion-Focused Coping Strategies.

Strategi coping stress jenis ini digunakan saat individu ingin mengubah emosi negatif menjadi positif atau menenangkan keadaan diri dari tekanan stres yang melanda. Contohnya saat diberi tugas yang sangat banyak dari dosen, lalu kamu mengubah persepsi kesal menjadi lebih positif. Kamu bisa mengubah mindset-mu bahwa dengan diberikan tugas yang banyak nantinya kamu jadi lebih menguasai materi yang sedang diberikan. Strategi ini cukup ampuh ketika kamu menghadapi keadaan yang tidak bisa kamu kontrol sumber stresnya.

3. Problem-Focused Coping Strategies.

Selanjutnya, coping ini berfokus pada masalah di mana seseorang yang menggunakan coping ini langsung mencari solusi agar permasalahan yang dihadapi bisa segera selesai. Solusi yang digunakan harus menggunakan cara yang efektif dan efisien. Contohnya membuat daftar tugas apa saja yang harus dikerjakan dalam satu hari dan menentukan lama pengerjaannya. Berbicara kepada HRD perusahaan jika mengalami banyak tuntutan pekerjaan atau mendapat perlakuan tidak pantas. (Diandrio, 2019).

Nah, sudah tahu kan apa itu strategi coping dan bentuk-bentuk strateginya? Strategi coping tersebut bisa kamu pakai keseluruhan atau hanya beberapa saja, tergantung kebutuhan dan strategi mana yang membuatmu nyaman. Jadi, tidak ada lagi alasan stress dikarenakan tugas yang banyak atau skripsi yang sulit hingga menyebabkan kematian. Jadi, siap mulai mengendalikan stresmu?