Pernahkah kamu berada pada hubungan yang tidak akan dapat disatukan karena keadaan dan berakhir dengan saling menyayangi tanpa memiliki? Mungkin karena kalian saling menyayangi namun tak mengindahkan pacaran dan belum siap untuk menikah? Atau kalian memang tak bisa bersatu karena perbedaan tempat ibadah atau waktu maupun dunia? Mungkin kalian dapat menjalin hubungan platonik sebagai jalan tengahnya.

Namun dalam menjalin hubungan ini kalian harus mengesampingkan perasaan dan nafsu. Karena hubungan platonik sendiri merupakan hubungan yang diakibatkan oleh keterikatan emosional yang diakibatkan oleh kecocokan pandangan hidup, cara berpikir, dan lain sebagainya tanpa adanya hasrat seksual dan perasaan ingin memiliki.

Lain halnya dengan istilah friendzone yang sering kali kita dengar. Di dalam friendzone atau zona pertemanan, ada salah satu pihak yang mengharapkan adanya hubungan percintaan. Namun, sering kali pihak yang memiliki perasaan menyembunyikan perasaannya demi menjaga keharmonisan pertemanan.

Berbeda dengan hubungan platonik yang berjalan dengan baik tanpa rasa baper ataupun rasa ingin memiliki, dalam friendzone kalian saling mengasihi dan menyayangi tanpa syarat saling mencintai. Sederhananya hubungan persahabatan antar lawan jenis. Hubungan ini sering kali dianggap mustahil oleh sebagian orang karena sering kali romatisme berawal dari kenyamanan pertemanan. Tak ayal pamor istilah cinlok atau cinta lokasi yang berarti hubungan percintaan yang terjadi karena sering bertemu di tempat yang sama sering kali kita dengar dalam dunia pergosipan. Tempat yang dimaksud bisa saja ruang. Sebuah ruang yang di dalamnya terdapat cara berpikir yang sama, cara memandang hidup sama, maupun cara berekspresi yang sama.

Sebagian orang yang mengalami cinlok ini kemungkinan besar disebabkan karena pengaruh kehidupan sosial mereka. Karena budaya cie-cie begitu akrab bagi kita. Tak dapat dipungkiri bahwa kata cie-cie dapat menyugesti seseorang untuk memercayai lingkungannya dan membuatnya GR alias gede rasa kemudian berguman hmm..mungkin dia tertarik sama aku. Mungkin dia bersikap seperti ini karena mencintaiku bersamaku. Tapi aku saja yang tidak peka. Karena sebenarnya semua hubungan berasal dari hubungan platonik sebelum merambah ke percintaan.

Meski banyak orang yang menyangkal bahwa hubungan antar lawan jenis tanpa adanya ketertarikan dan perasaan yang mendalam, bukan berarti tidak patut dicoba kan? Jika di antara kalian ada tembok penghalang yang membatasi hubungan, bukankah lebih baik untuk sekadar dapat melihatnya dari jendela yang terpampang di tembok itu daripada menghancurkan tembok tersebut untuk berada di sisinya? Karena menghancurkan tembok bukan perkara yang mudah. Bahkan salah satu dari kalian mungkin akan tertimpa reruntuhan tembok itu. Tembok yang ada di sini dapat diartikan sebagai persoalan yang membuat kalian tidak dapat bersama. Sedangkan jendela ialah pembatas antara kalian berdua. Karena persahabatan seyogyanya memiliki batasan agar salah satu di antaranya tidak ada yang terbawa perasaan ketika bersama.

Bagaimana menurut kalian? Apakah hubungan platonik merupakan jalan terbaik bagi kalian yang tidak bisa bersama namun tidak ingin kehilangan dan saling menjauhi satu sama lain. Atau mungkin lebih baik terjebak dalam friendzone yang mempunyai hasrat terpendam dan cemas menunggu perasaan yang berbalas?