Komisi Ekonomis dan Sosial untuk Kawasan Asia Pasifik PBB (UNESCAP) dan ASEAN mengungkap penelitian terbaru mereka tentang potensi kekeringan ekstrem di negara-negara Asia Tenggara. Sebanyak 66 juta orang di kawasan ini sudah mengalami kekeringan selama kurun 30 tahun terakhir.

Armida Alisjahbana, Wakil Sekretaris Jenderal PBB dan Sekretaris Eksekutif ESCAP mengatakan kepada South China Morning Post bahwa, "periode kering berkepanjangan tak bisa dihindari, tetapi penderitaan manusia yang mengalaminya bisa kita kurangi. Intervensi di saat yang tepat dapat mengurangi dampak kekeringan, melindungi komunitas miskin, dan menciptakan masyarakat lebih harmonis."

Dalam laporan ESCAP yang berjudul "Bersiap untuk Tahun-tahun Kering: Melawan Kekeringan di Asia Tenggara," mengungkap pemerintah dan pemangku kebijakan cenderung mengabaikan bencana kekeringan ini dibandingkan bencana-bencana lain. Kekeringan dianggap sebagai masalah lokal dan liputan media tidak banyak. Padahal, dampak dari bencana kekeringan ini sangat merugikan dan bisa mematikan.

Kerugian dan penderitaan dari bencana ini akan dirasakan oleh negara-negara yang mengandalkan pertanian sebagai sektor utama. Dampaknya adalah persediaan makanan berkurang dan pertanian gagal. Akhirnya, akan terjadi ledakan arus urbanisasi.

Dalam laporan ESCAP, Vietnam utara dan selatan akan sangat terdampak. Begitu juga empat daerah di Indonesia, yakni Sulawesi Selatan, Kalimantan, Jawa Tengah, dan Papua. Bencana ini berpotensi meluas ke daerah-daerah lain. Seluas 96 persen kawasan ASEAN akan terpengaruh kekeringan sepanjang tahun 2071 hingga 2100 mendatang.