Indonesia tak hanya kaya akan sumber daya alam, namun juga kaya akan bahasa. Setiap suku punya bahasa daerah plus logat (aksen) ketika berbicara menggunakan bahasa Indonesia.

Di antara beragam logat daerah ada kata yang sama namun memiliki makna yang berbeda. Hal initerkadang memunculkan kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Salah satu contohnya adalah kata "kita" yang punya makna berbeda dalam logat masyarakat Sulawesi Utara, Makassar, dan pengertian dalam bahasa Indonesia secara umum.

Bagaimana perbedaan makna kata "kita" tersebut dan penggunaannya?Ini penjelasannya.

1. "Kita" versi logat orang Sulawesi Utara.

3 Perbedaan makna kata 'kita' di Sulawesi Utara, Makassar, dan KBBI

Bagi orang Sulawesi Utara (Manado, Minahasa, Sanger, dan Mongondow), kata "kita" berarti "saya". Jadi, kalau orang Sulawesi Utara berbicara pakai kata "kita", yang ia maksudkan adalah "saya".

Contoh, Kita suka babaca artikel di Brilio". Maksudnya adalah "Saya suka membaca artikel di Brilio."

Jadi apabila kamu berkunjung ke Sulawesi Utara jangan lupa kalau kata "kita" maksudnya adalah "saya".

2. "Kita" versi logat Makassar.

3 Perbedaan makna kata 'kita' di Sulawesi Utara, Makassar, dan KBBI

Sebaliknya, bagi orang Makassar, kata "kita" berarti "kamu". Jadi, penggunaan "kita" dalam logat Makassar merupakan kebalikan dari "kita" dalam logat Sulawesi Utara.

3. Kata "kita" versi umum dalam Bahasa Indonesia.

3 Perbedaan makna kata 'kita' di Sulawesi Utara, Makassar, dan KBBI

Kita dalam KBBI berarti mencakup orang yang diajak bicara, termasuk yang berbicara. Maksudnya, antara kamu dan aku, itulah kita.

Dalam KBBI kata "kita" pun bisa berarti "saya" layaknya "kita" dalam logat Sulawesi Utara.

Belajar dari penggunaan kata "kita".

Ada cerita yang menggambarkan perbedaan makna kata "kita" bagi orang Makassar dan Sulawesi Utara. Suatu hari ada dua sekawan yaitu Utat dari Mongondow (Sulawesi Utara) dan Daeng dari Makassar.Daeng mengajak Utat makan bareng. Mabar (makan bareng) yuk, tapi kita yang bayar. Mendengar hal itu Utat pun senangdan tanpa pikir panjang mengiyakan ajakan Daeng. Ia berpikir Daeng akan mentraktirnya.

Mereka pun sampai di kantin, memesan makanan, menikmatinya dengan lahap dan kenyang. Selesai makan tiba-tiba Utat berkata, Adoh, kanyang eee. Bayar jo Daeng (Sudah kenyang, silakan dibayar saja, Daeng).Mendengar ucapan Utat, Daeng pun bingung lantas berkata, Aduh, Utat, saya lagi tak ada uang ini.

Eh, bae-bae dulu kua, jang main sedu bagitu (Serius, jangan bercanda), ucap Utat yang kaget. Tadi, kaubilang nanti kaubayar (tadi, kamu bilang kamu yang akan bayar). Tambah Utat.

Mendengar itu Daeng pun ikut terkejut lantas berkata, Eh, saya bilang kita yang bayar. Jadi, bukan saya, tapi kita.

Iyo, tadi kamu bilang, 'Kita yang bayar'. Jadi, kamu yang bayar. Ujar Utat.

Eh, maksudmu bagaimana Utat? Kenapa jadi kacau begini? Sanggah Daeng.

Kesalahpahaman pun terjadi di antara kedua sahabat tersebut.Keduanya memaknai kata"kita" secara berbeda.Sebab Daeng orang Makassar, makna kata kita yang dimaksudnya adalah kamu. Sehingga yang dimaksud Daeng dengan "kita yang bayar" adalah "kamu yang bayar".

Sedangkan menurut Utat yang merupakan orang Mongondow, Sulawesi Utara, kata "kita" yang ia pahamiberarti "saya". Sehingga kalimat "kita yang bayar" dipahami Utat dengan "saya yang bayar".

Perbedaan arti kata "kita" dalam logat orang Sulawesi Utara, Makassar, dan bahasa Indonesia sesungguhnya termasuk gambaran kecil kalau Indonesia merupakan negeri yang kaya bahasa. Sehingga kalau bicara dengan orang yang berbeda suku, meski satu bangsa tetap harus hati-hati. Maksudhati-hati di sini bukannya malah menjadi kaku dan menghilangkan kehangatan berkomunikasi. Namun, kamu harus cermat agar tak ada kesalahpahaman komunikasi sebab setiap suku punya budaya komunikasinya masing-masing.