Brilio.net - Indonesia terpilih menjadi tuan rumah gelaran Annual Meeting International Monetary Fund–World Bank Group (AM IMF-WB) 2018 yang dilaksanakan di kawasan Nusa Dua, Bali sejak 8-14 Oktober 2018. Sekadar informasi nih, gelaran ini adalah ajang tahunan yang diselenggarakan Dewan Gubernur IMF dan WBG.

Pertemuan ini dilaksanakan setiap tahun sekali pada awal Oktober di kantor pusat IMF-WBG di Washington DC, Amerika Serikat selama dua tahun berturut-turut. Kemudian untuk tahun berikutnya, pertemuan ini dilaksanakan di salah satu negara anggota terpilih.

Pavilon Indonesia © 2018 brilio.net

Sidang tahunan ini merupakan forum pertemuan terbesar bidang ekonomi, keuangan, dan pembangunan di tingkat global, yang mempertemukan pihak pemerintah (Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral) dari 189 negara, dan pihak non pemerintah yang menguasai sektor keuangan dan ekonomi dunia.

Di sela pertemuan para partisipan dalam acara ini, ada spot menarik yang cukup menyedot perhatian yakni Indonesia Pavilion. Pasalnya di tempat ini disajikan berbagai karya seni dan kerajinan khas Indonesia yang begitu unik dan eksotik. Seluruh karya mengagumkan ini dibuat para mitra Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Indonesia Pavilion sendiri merupakan pameran yang menampilkan banyak hal menarik tentang Indonesia dari segi pembangunan, bisnis, proyek-proyek strategis nasional, wisata hingga kekayaan seni budaya, serta kerajinan tangan khas Indonesia, termasuk kuliner.

Berikut karya seni atau kerajinan dan kuliner yang mampu menyedot perhatian pengunjung di acara tahunan ini yang berhasil dirangkum Brilio.net.

1. Pesona Tenun Maumere

Pavilon Indonesia © 2018 brilio.net

Warna-warni tenun Maumere yang terbentang cantik di gerai UMKM milik penenun Rosvita begitu memikat hati pengunjung. Maklum di tepat ini dipamerkan berbagai corak dan motif tenun khas Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang didominasi warna merah, biru, nila dan hitam.

Asal Sobat Brilio tahu nih, tenun Maumere memiliki lebih dari 20 motif, yaitu motif klasik dan modern. Dari sekian banyak motif, yang sangat disukai banyak orang salah satunya klasik Wastra. Kain ini memiliki filosofi yang mendalam, yaitu sebagai simbol kesuburan seorang perempuan.  “Ini motif tradisional yang biasa dipakai oleh perempuan di atas usia 50 tahun,” terang Rosvita sembari menunjukkan Kain Wastra yang dimaksud.

Selain itu, jenis tenun motif Dala Mawarane juga disenangi banyak orang. Tenun yang didominasi warna biru dan merah ini merupakan simbol keutuhan sebuah keluarga atau suku.

“Saya sangat bangga bisa hadir di ajang ini, karena ini merupakan kesempatan saya untuk memperkenalkan tenun kepada masyarakat mancanegara. Saya berharap, setelah pameran ini, produk-produk tenun dari NTT semakin go international,” ujarnya.

2. Kipas cantik khas Bali dari Limbah

Pavilon Indonesia © 2018 brilio.net

Kipas khas Bali buatan UMKM milik AAA Mas Utari N SH (47) ini membuat decak kagum para pengunjung. Pasalnya kipas yang didominasi warna-warna cerah ini memiliki ragam corak yang unik. Menariknya, kipas ini berbahan dasar limbah. “Ya, kipas yang kami buat bahannya memang banyak memanfaatkan limbah, seperti kawat, kaleng bekas, oli pelumas dan sisa-sisa kain,” kata Utari.

Dari limbah tersebut, perempuan yang akrab disapa Gung Mas ini menyulapnya menjadi kipas ramah lingkungan berbentuk kipas lebar. Dibantu lebih dari 50 karyawan Gung Mas mengaku mampu memproduksi sekitar 300 kipas ramah lingkungan per hari.

Selain kipas ramah lingkungan, ia juga memproduksi model kipas eksklusif, yaitu kipas kayu berbahan kain Wastra dan kipas kayu lukisan. Untuk kipas jenis ini ia memanfaatkan sisa kain kebaya, batik atau kain tradisional lain yang sudah tidak terpakai.

Jenis kipas ini diproduksi rata-rata 100 kipas per hari, karena membutuhkan waktu agak lama, mengingat dipengaruhi tingkat kerumitan dan feel dalam proses pembuatannya. Untuk harga kipas yang diproduksinya, Gung Mas mematok harga Rp 15.000 hingga Rp 2 juta.

3. Batik yang mendunia

Pavilon Indonesia © 2018 brilio.net

 

Sudah bukan rahasia lagi jika batik sebagai karya asli Indonesia sudah go international dan digemari banyak orang di seluruh dunia. Salah satu perajin yang ikut berpartisipasi dalam Indonesia Pavilion pasangan suami isteri asal Lasem, Jawa Tengah yakni Sugiyarto (53) dan Jumiaty (46).

Pasutri ini memproduksi batik dengan pewarna alam. Mereka memproduksi Batik Lasem dengan motif seperti Sekar Jagat (Bunga Sejagat) yang memiliki motif berbagai bunga, Batik Baganan yang memiliki motif Kawong Mata Dua, Kawong Bunder, Gitaran, Kawong Rambutan, Kawong Melati dan Sidomukti.

Oh iya, pasutri ini merupakan Mitra Binaan salah satu Bank BUMN yaitu BNI.  Jumiaty selama enam tahun telah menjual Batik Warna Alam dengan kisaran harga Rp 100.000 hingga Rp 1 juta per kain.

“Kami mengucapkan terima kasih, karena sudah diikutsertakan di acara ini. Harapan kami, dengan hadir di sini, semua pengunjung, termasuk para delegasi dapat mengetahui Batik Indonesia sehingga dapat go international,” ujar Jumiaty.

4. Nikmatnya nyeruput teh premium asli Indonesia

Pavilon Indonesia © 2018 brilio.net

Tak hanya menikmati beragam karya seni dan kerajinan tangan, pengunjung juga bisa mencicipi berbagai jenis teh premium yang diluncurkan Teh Sila yang memiliki beragam jenis teh asli Indonesia beraroma dan rasa khas dengan keunikannya masing-masing. Levare Black Tea misalnya, memiliki aroma yang bisa membuat penikmatnya merasa rileks dan tenang, sedangkan Silver Needle, aromanya bikin penikmatnya merasa bahagia dan damai.

“Teh Sila sudah meluncurkan 11 jenis teh, tetapi kini ditambah lagi dengan tiga jenis teh terbaru, sehingga totalnya menjadi 14 jenis teh,” jelas pemilik sekaligus pendiri Tea Sila House, Iriana Ekasari.

Dari sekian banyak jenis teh yang diluncurkan, Silver Needle yang merupakan white tea-nya Sila, paling banyak digemari konsumen. Nggak heran jika jenis teh ini pernah menjuarai kompetisi teh di Perancis. Keistimewaan Silver Needle, tak hanya nikmat dan memiliki aroma yang khas, tetapi juga tinggi antioksidan, sehingga sangat tepat untuk gaya hidup sehat lho.

“Kami ikut hadir di Indonesia Pavilion pun merupakan upaya untuk mengedukasi masyarakat sekaligus membuka peluang bagi pemasaran teh premium Indonesia di masa datang, bahkan sudah ada pula beberapa hotel yang minta kami datang ke tempat mereka, tapi belum sempat kami penuhi,” ungkap Iriana bangga.