Sementara itu Jay Akhmad justru menyoroti bahwa problem demokrasi adalah minimnya literasi demokrasi yang dipraktekkan pada masyarakat. Akibatnya, masyarakat terjebak dalam berbagai gimmick politik tanpa menyadari substansinya.

Gusdurian dan PolGov UGM adakan diskusi publik Brilio

foto: brilio.net/Ikhlas Alfaridzi

"Demokrasi kita itu minus literasi. Sehingga banyak orang khususnya anak muda terjebak dalam berbagai gimmick politik tanpa substansi. Kasusnya, di beberapa tempat malah terjadi normalisasi politik uang dan politik transaksional," ujar Jay Akhmad dalam salah satu pernyataannya, Kamis (18/1).

Sementara Okky Madasari turut menekankan, bahwa diantara banyaknya tantangan demokrasi yang bisa disoroti, faktor ketimpangan ekonomi adalah yang paling fundamental untuk dikritisi. Okky menilai, iklim demokrasi di Indonesia notabene dikuasai oleh segelintir orang yang punya modal dan kekayaan yang besar.

"Mereka yang punya uang paling bisa mengatur algoritma, dan konten-konten yang tersaji di media sosial," jelas Okky, Kamis (18/1).

Selain itu, Okky juga turut menyoroti tindak intoleransi yang masih terjadi di masyarakat menjadi salah satu tantangan masa depan demokrasi di Indonesia.

"Tindakan persekusi masih sering terjadi, bahkan aparat negara turut menjadi pelakunya," tandas Okky, Kamis (18/1).

Gusdurian dan PolGov UGM adakan diskusi publik Brilio

foto: brilio.net/Ikhlas Alfaridzi

Diskusi yang dihadiri oleh banyak kalangan seperti mahasiswa, aktivis, dan akademisi. Para hadirin pun terlibat dalam sesi tanya jawab yang kemudian ditanggapi oleh pembicara membuat diskusi ini menjadi interaktif.