Setiap orang pernah berfantasi, mulai dari fantasi yang menyenangkan, menyedihkan, dan menakutkan. Nah, apa sih yang di pikiran kamu saat mendengar kata fantasi? Umumnya orang akan menjawab fantasi itu adalah berkhayal. Tapipenulis akan membahas lebih rinci dalam Ilmu Psikologi.

Dalam Ilmu Psikologi fantasi adalah jiwa untuk membentuk tanggapan atau bayangan baru. Melalui kekuatan fantasi, manusia bisa melepaskan diri dari situasi yang dihadapinya dan situasi yang akan terjadi. Fantasi bisa terjadi secara disadari, misalnya seorang pelukis sedang menciptakan lukisan dengan kemampuan fantasinya dan secara tidak disadari, misalnya seorang anak membawakan berita yang tidak sesuai dengan kenyataannya, tapi ia tidak ada maksud untuk berbohong. (Abu Ahmadi, 2009)

Menurut Yanto Subiyanto (1980), mengatakan bahwa fantasi merupakan sebuah kemampuan dalam bentuk tanggapan-tanggapan ataupun sebuah bayangan baru.Menurut Ahmadi (2009), fantasi adalah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan baru. Sedang menurut Julianto Simanjutnak (2007), fantasi merupakan kemampuan dari fungsi jiwa dalam psikologi yang dapat membentuk suatu tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang lama.

Fantasi dan berpikir itu berbeda, di mana fantasi adalah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan atau bayangan baru yang dibentuk belum ada dan tidak terikat pada realitas. Sedangkan berpikir adalah kita berusaha untuk menemukan sesuatu yang sudah ada tetapi belum diketahui dan terikat kepada realitas.

Fantasi juga memungkinkan kita mengikuti pengarang atau pencerita dalam ceritanya, merasakan apa yang dirasakan, dan mengikuti apa yang diciptakan. Dengan demikian kita dapat membedakan fantasi, yaitu sebagai berikut.

1. Fantasi menciptakan atau kreatif, yaitu fantasi yang menciptakan hal-hal baru. Fantasi ini biasanya lebih banyak dimiliki oleh seniman, anak-anak, dan para ilmuwan yang mencetuskan teori-teori baru.

2. Fantasi terpimpin, merupakan jenis fantasi yang dituntut oleh pihak lain. Misalnya, seorang yang melihat film dapat mengikuti apa yang dilihat dan dapat berfantasi tentang keadaan atau tempat dalam perantara film itu.

Fantasi juga memiliki keburukan, yaitu orang dapat meninggalkan kenyataan, lalu masuk dalam fantasi. Hal ini berbahaya karena orang terbawa hidup dalam alam yang tidak nyata dan dapat menimbulkan kedustaan, takhayul, dan sebagainya.

Menurut Abu Ahmadi (2009) ada cara untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan individu untuk berfantasi, pada umumnya digunakan tes fantasi. Tes yang sering digunakan untuk mengetes fantasi adalah sebagai berikut.

1. Tes TAT.

Tesini berwujud gambar dan disuruh bercerita tentang gambar.

2. Tes kemustahilan.

Tes yang berbentuk gambar atau cerita yang mustahil terjadi dan disuruh mencari kemustahilannya.

3. Heilbronner Wirsma Test.

Tes yang berbentuk gambar yang makin lama akan makin sempurna.

4. Tes Rosrchah.

Tes yang berbentuk gambar dan disuruh berpendapat dengan gambar tersebut.

Nah, jadi fantasi juga mempunyai peran penting. Sebab fantasi manusia bisa menjangkau ke depan dan dengan fantasi manusia juga dapat menambah bayangan dan tanggapan sehingga akan menambah bahan apersepsi yang ada pada individu.