Kios kecil tanpa penunggu.

Kira-kira seperti itulah definisi sederhana dari sebuah vending machine. Secara umum mesin ini memang tidak populer di Indonesia. Ada banyak faktor penyebab. Seperti misalnya kebiasaan vandalisme orang Indonesia yang potensial merusak sebuah vending machine. Itulah mengapa vending machine di Indonesia hanya ada/ditempatkan di lokasi dimana kemungkinan vandalisme termasuk kecil; seperti misalnya di lobby gedung, halte bus TransJakarta atau di pusat perbelanjaan.

Itupun jumlahnya sangat sedikit. Yang mana mengurangi fungsi dasar dan krusial sebuah vending machine sebagai "kios instan" yang idealnya tersedia di berbagai titik lokasi tanpa harus ada di keramaian.

Vending Machine, si kios tanpa penunggu

Sebenarnya sejak kapan mesin otomatis ini ada dan beroperasi?

Ternyata sudah sangat lama jika dilihat dari generasi awal konsep vending machine. Menurut berbagai catatan yang ada, vending machine pertama kali beroperasi di jaman Yunani Kuno dengan mesin yang dikreasikan oleh ahli matematika pada masa itu: Hero of Alexandria. Itu sekitar abad pertama Kekaisaran Romawi Mesir.

Konon mesin tersebut diletakkan di dalam kuil Mesir, di operasikan dengan uang koin dan produk yang dikeluarkan adalah Air Suci.

Vending Machine, si kios tanpa penunggu

Ribuan tahun sesudahnya, mesin vending mulai populer untuk produk yang lebih consumer need seperti tembakau. Vending machine yang mengeluarkan tembakau ini bisa ditemui di beberapa bar London, Inggris tahun 1615.

Sekitar 200 tahun kemudian, pemilik sebuah toko buku dan penerbitan bernama Richard Carlile menempatkan vending machine yang mengeluarkan surat kabar sebagai produknya. Beberapa tahun kemudian (tepatnya tahun 1867) tercatat adanya mesin vending serba otomatis yang mengeluarkan perangko pos sebagai produk. Komersialisasi vending machine dimotori oleh perusahaan bernama Sweetmeat Automatic Delivery Company yang lahir tahun 1887 disana.

Vending Machine, si kios tanpa penunggu

Geliat bisnis vending machine merambah ke Amerika Serikat.

Di tahun 1888, perusahaan permen karet Thomas Adams Gum Company memperkenalkan vending machine versi mereka ke publik Amerika. Dipasang di jalur kereta subway New York dan berisikan permen karet rasa Tutti-Frutti. Mesin ini dioperasikan dengan koin dan laris manis di pasaran.

Vending Machine, si kios tanpa penunggu

Dunia semakin ketagihan dengan vending machine.

Di Paris, Perancis mesin vending disana mulai menjajakan minuman anggur dan minuman beralkohol botolan lain. Itu terjadi di tahun 1890an. Vending machine yang menjual minuman soda dalam bentuk gelasan mulai beredar di tahun 1920an.

Sementara mesin yang menjual rokok (sigaret, bukan tembakau lintingan seperti tahun 1600an) diciptakan oleh seorang penemu berkebangsaan Amerika Serikat bernama William Rowe.

Vending Machine, si kios tanpa penunggu

Namun karena banyak disalah gunakan oleh kelompok di bawah umur (yang tidak boleh minum alkohol dan merokok), lama kelamaan vending machine yang menjual rokok semakin menghilang di Amerika Serikat. Tapi mesin yang sama masih bisa ditemukan di negara seperti Jepang, Italia, Jerman maupun Republik Ceko.

Vending Machine, si kios tanpa penunggu

Negara Jepang pasca Perang Dunia Kedua merupakan negara dengan jumlah konsumsi dan pengguna vending machine yang sangat besar.

Terutama pasca tahun 2006, saat vending machine yang memiliki scanner/pemindai pembaca digital untuk kartu kredit mulai dipopulerkan. Hal ini ikut menyebabkan perubahan barang yang dapat dijual di dalam vending machine.

Tidak lagi hanya barang yang berharga recehan namun bisa pula barang senilai ribuan bahkan jutaan.

Vending machine modern seperti yang ada di Jepang memang memiliki berbagai kelebihan teknologi yang mendukung fungsinya sebagai kios tanpa penunggu.

Selain sensor pembaca kartu kredit, vending machine disana juga memiliki sensor NFC/Near-field Communication dan RFID/Radio-frequency Identification. Sensor-sensor ini menggantikan fungsi koin dan uang cash/kontan saat bertransaksi dengan vending machine.

Sama seperti saat kita melintasi gerbang tol otomatis yang mendukung RFID. Sistem pembayaran yang sama diterapkan di vending machine juga.

Vending Machine, si kios tanpa penunggu

Vending machine di Jepang juga dikenal menjual beragam produk konsumen; yang beberapa terdengar ajaib. Misalnya saja umpan untuk memancing. Atau pizza. Alat kontrasepsi. Hingga benda-benda mahal yang lebih sering di jual di toko retail biasa seperti iPad, kamera digital dan smartphone.

Vending Machine, si kios tanpa penunggu

Semua barang tadi ada dijual di vending machine Jepang.

Dengan jumlah populasi vending machine sekitar 5,5 juta unit, satu mesin melayani sekitar 23 orang di Jepang. Sangat banyak! Dan mesin-mesin ini tidak hanya ada dan diletakkan di tempat dimana populasi manusia ramai atau padat. Di pelosok-pelosok Jepang juga mudah untuk menemukan sebuah vending machine. Penjualan terbanyak memang masih dikuasai produk-produk konsumen yang pasaran seperti minuman maupun makanan. Tapi tidak akan aneh saat menemukan vending machine di Jepang yang menjual pakaian dalam, misalnya.

Vending Machine, si kios tanpa penunggu

Dengan rasio kerusakan mesin vending akibat vandalisme paling rendah sedunia, tak heran kalau saat ini Jepang menjadi konsumen terbesar vending machine.

Sementara di Indonesia, hal serupa sepertinya tidak akan mungkin terjadi. Tidak hanya karena mentalitas vandalisme yang masih kuat, di Indonesia juga konsep kios rokok atau kedai minimarket masih jadi opsi utama pengusaha retail. Daripada meng-invest uang ke vending machine, mereka lebih memilih jalur tadi.

Sehingga sampai kapan-pun, vending machine di Indonesia sepertinya tidak akan pernah populer seperti di negara lain.