Ada banyak hal yang biasa kita lakukan untuk mencegah diri dari penyebaran Covid-19 yang sedang marak terjadi, contohnya dengan melakukan social distancing (menjaga jarak), memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta melakukan kegiatan vaksin.

Apa itu vaksin? Vaksin adalah produk biologi yang berisi senyawa antigen berupa mikroorganisme yang telah diolah sedemikian rupa sehingga aman digunakan, apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu (Kemenkes,2021). Vaksin juga merupakan salah satu upaya yang tepat guna mencegah penyakit dan menjaga kondisi tubuh.

Indonesia saat ini telah menggunakan tiga jenis vaksin, yaitu SinoVac, AstraZeneca, dan Sinopharm. Vaksin SinoVac dan Sinopharm termasuk ke dalam golongan Inactivated Vaccine karena menggunakan virus utuh dari SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19. Sedangkan vaksin AstraZeneca menggunakan vektor adenovirus simpanse, yang artinya menggunakan virus yang biasanya menginfeksi simpanse dan dimodifikasi secara genetik sehingga cocok untuk manusia.

Angka kasus Covid-19 di Indonesia telah mengalami kenaikan yang sangat tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kenaikan kasus ini dimulai sejak pascalebaran 2021 hingga sekarang. Melansir data Kawal Covid-19, tercatat sejak hari Jumat (2/7/2021) jumlah kasus saat ini sudah mencapai 2.228.938 jiwa terkonfirmasi positif Covid-19, 267.539 jiwa dalam perawatan, 1.901.865 jiwa sembuh dan 59.534 jiwa meninggal dunia. Dalam kasus ini, Indonesia telah menempati urutan ke-4 se-Asia dan urutan pertama se-ASEAN. Sebanyak 60 wilayah di Indonesia sudah memasuki zona merah Covid-19. Adapun empat provinsi di Indonesia yang juga mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang sangat tinggi yaitu provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Beberapa pakar dan institusi kesehatan di seluruh dunia, termasuk WHO (World Health Organization) menyatakan telah menemukan adanya mutasi virus SARS-CoV-2, penyebab adanya Covid-19. Varian atau jenis virus penyebab penyakit Covid-19 yang baru ini dinamai dengan menggunakan nama Yunani, yaitu varian Alpha, Beta, Gamma, dan Delta. Studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Cell, pada hari Kamis (2/7/2020), juga menunjukkan bahwa mutasi virus baru ini lebih cepat dan mudah menular di antara manusia dibandingkan dengan virus sebelumnya. "Saya pikir data menunjukkan bahwa ada satu mutasi yang benar-benar membuat virus dapat bereplikasi lebih baik dan mungkin memiliki viral load yang tinggi," kata Anthony Fauci, spesialis penyakit menular asal Amerika Serikat, saat berkomentar di Journal American Medical Association.

Di Indonesia sendiri telah muncul virus varian Alpha, Beta dan Delta. Apa perbedaan dari ketiga varian tersebut?

Pertama, varian Alpha pertama kali ditemukan di London dan beberapa bagian wilayah Inggris pada bulan September 2020. Studi awal mengungkapkan bahwa tingkat penularan varian tersebut 40%-90% lebih mudah menular, sehingga memicu peningkatan kasus yang cukup tinggi. Kedua, varian Beta pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada awal Oktober 2020. Varian ini dianggap lebih mudah menginfeksi orang-orang yang berusia muda, karena tingkat penularannya 30%-100% lebih mudah menular. Kabar buruknya lagi, virus ini tidak bisa dilawan dengan vaksin, khususnya vaksin AstraZeneca. Yang terakhir, varian Delta pertama kali terdeteksi di India pada bulan Oktober 2020. Varian ini mampu menghindari respons dari imun tubuh, bahkan vaksin pun dianggap tidak efektif untuk melawannya. Varian delta diprediksi akan menjadi virus yang paling dominan di dunia.

Akibat lonjakan kasus yang sangat tinggi dan munculnya ketiga varian virus ini, pemerintah langsung mengadakan program vaksinasi secara cepat untuk mencegah penyebaran Covid-19 di berbagai pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, dll. Vaksin yang digunakan dalam program ini adalah vaksin SinoVac, AstraZeneca, dan Sinopharm. Vaksin yang digunakan tersebut telah lulus BPOM dan juga telah diakui oleh WHO (World Health Organization). Kegiatan vaksinasi ini dilakukan sebanyak dua kali dengan jarak 28 hari antara vaksin tahap pertama dengan vaksin tahap kedua.

Melansir data Kawal Covid-19, sejak hari Sabtu (3/7/2021), situasi vaksinasi dosis 1 atau vaksinasi tahap pertama telah tercatat 31.090.765 dosis telah diberikan kepada tenaga kesehatan, lansia, dan petugas publik. Sekitar 77,055% dari 40.349.049 penduduk telah divaksin tahap pertama. Sedangkan situasi vaksinasi dosis 2 atau vaksinasi tahap kedua (akhir) telah tercatat 13.830.517 dosis telah diberikan kepada tenaga kesehatan, lansia dan petugas publik. Sekitar 34,277% dari 40.349.049 penduduk telah divaksin tahap akhir.

Vaksin saat ini memang sangat dibutuhkan untuk melawan wabah Covid-19 yang tidak ada habisnya ini. Dengan keberadaan program vaksinasi sebagai upaya yang tepat untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 ini, kita bisa ikut berkontribusi untuk mengurangi angka kasus Covid-19 agar tidak semakin melonjak tinggi dengan melakukan kegiatan vaksinasi.

Namun, walaupun sudah ada program vaksin di Indonesia, kita sebagai penduduk harus tetap taat mengikuti protokol kesehatan walaupun sudah melakukan vaksinasi agar kita bisa terus menjaga kesehatan dan terhindar dari Covid-19. Mari ikuti kegiatan vaksinasi dan tetap ingat dengan 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.