Tidak terasa sudah setahun berlalu kita hidup berdampingan dengan Covid-19 yang mengakibatkan destinasi wisata yang ada di Mangunan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, tutup total selama tiga bulan terakhir dari awal penyebaranCovid-19 pada Maret 2020 lalu. Beberapa akses jalan menuju kawasan wisata ditutup total yang mengakibatkan suasana jalanan begitu sepi. Padahal dalam empat tahun terakhir, destinasi wisata yang ada di Mangunan ini dikunjungi lebih dari 2,5 juta wisatawan setiap tahunnya. Akan tetapi selama pandemi Covid-19 ini terjadi, masyarakat sekitar dan pengelola wisata tak tinggal diam begitu saja.

Segala upaya dilakukan demi meningkatkan kualitas kawasan wisata. Mereka mulai membenahi fasilitas yang ada, mulai dari kebutuhan protokol kesehatan dalam menghadapi masa New Normal pandemi Covid-19. Upaya yang dilakukan di antaranya adalah memasang wastafel untuk cuci tangan, serta menyediakan handsanitizer di beberapa titik, dan mengganti ornamen yang sudah lapuk dimakan usia.

Tidak hanya itu saja, berbagai kawasan destinasi wisata juga menambah fasilitas yang cukup memakan biaya besar seperti membangun jembatan-jembatan kayu serta panggung kesenian juga diperbaiki sehingga lebih terlihat menawan. Tak hanya itu sejumlah plakat dibuat demi memudahkan pengunjung untuk menuju ke lokasi destinasi wisata.

Sejak mulai dikembangkan menjadi destinasi wisata pada awal tahun 2015, Desa Mangunan di Kecamatan Dlingo, Bantul, Yogyakarta ini terus berbenah. Kawasan ini bukan lagi kawasan yang identik dengan kesan ketertinggalan seperti pendidikan rendah, susah diakses, dan keterbatasan. Hingga kini di kawasan Mangunan sudah ada 10 titik kawasan destinasi wisata yang dikelola masyarakat. Kegiatan menyadap getah pinus sudah dilarang dan digantikan dengan pengelolaan hutan berbasis pelestarian.

Terbukti berbagai sektor ekonomi masyarakat tumbuh pesat. Dalam empat tahun terakhir, ada 400 usaha baru yang muncul, mulai dari rumah makan, homestay, transportasi, shuttle, pedagang kuliner, hingga bengkel.

Salah satu menu kuliner khas mangunan yakni tiwul yang kini menjadi makanan favorit bagi para wisatawan. Terbukti dalam empat tahun terakhir sebelum pandemi Covid-19, makanan tradisional ini bisa meraup keuntungan hingga Rp500 juta dalam setahun. Itu merupakan bukti bahwa makanan tersebut sangat digemari oleh berbagai kalangan.

Tak hanya dari sektor kuliner, sektor transportasi pun juga tidak kalah dengan tiwul tersebut. Terbukti di setiap libur akhir pekan atau bahkan libur panjang, rombongan penyewa mobil jeep padat dengan para wisatawan yang ingin merasakan sensasi berkeliling di berbagai destinasi wisata dengan menggunakan transportasi jeep. Mereka bisa meraup keuntungan pada saat akhir pekan tidak kurang dari Rp3 juta. Hal ini dikarenakan banyak sekali wisatawan yang berminat dengan alat transportasi tersebut.

Untuk saat ini di era New Normal, para pelaku usaha tersebut mengupayakan agar usaha mereka tidak gulung tikar. Berbagai cara pun telah dilakukan agar usahanya tetap berjalan. Mulai dari buka sampai malam hingga menyebarkan brosur-brosur pendukung. Dan sampai saat ini para pelaku usaha tersebut masih berjalan walaupun tidak semeriah satu tahun terakhir sebelum pandemi Covid-19 mulai menyerang.

Dengan berbagai upaya yang dilakukan, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas yang ada di kawasan destinasi wisata Mangunan agar ke depannya menjadi lebih baik dan tetap konsisten di era New Normal pandemi Covid-19 saat ini.

Oleh: Rengga Wijaya Dewatama, Progran Studi ManajemenFakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta