Di dalam kehidupan sehari-hari yang modern ini, banyak orang secara terus-menerus terpapar oleh bising yang berpotensi mengganggu fungsi pendengaran. Earphone adalah alat yang digunakan untuk mendengarkan musik dari telepon genggam dan perangkat audio lainnya. Earphonedapat mengubah energi listrik menjadi gelombang suara. Alat ini biasanya digunakan untuk mendengarkan suara dan berbicara dengan perangkat komunikasi atau komputer. Semakin meningkatnya teknologi audio visual dan telekomunikasi saat ini, penggunaan earphone untuk mendengarkan musik dari telepon genggam dan perangkat audio lain meningkat.

Hal ini dapat menimbulkan bising yang apabila terdengar secara terus dapat mengganggu fungsi pendengaran. Gangguan pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss) adalah gangguan pendengaran yang disebabkan karena terkena oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang lama. Sebuah survey yang dilakukan oleh American Speech Languageand Hearing Association (2006) menemukan bahwa remaja lebih banyak menggunakan perangkat dengar pribadi dengan volume keras dan dalam waktu yang lama.

Secara global World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pada tahun 2000 terdapat 250 juta (4,2%) penduduk dunia menderita gangguan pendengaran, 75 sampai 140 juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Data Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1994-1996 juga menunjukkan morbiditas yang tinggi, penyakit telinga yaitu 18,5%, prevalensi gangguan pendengaran yaitu 16,8%, sedangkan ketulian didapatkan pada 0,4% populasi dan paling tinggi pada kelompok usia sekolah (7-18 tahun).

Dari hasil WHO Multi Center Study pada tahun 1998, Indonesia termasuk empat negara di Asia Tenggara dengan prevalensi gangguan pendengaran yang cukup tinggi (4,6%), tiga negara lainnya yaitu Sri Langka (8,8%), Myanmar (8,4%), dan India (6,3%).

Berdasarkan data RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) 2013 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, didapatkan prevalensi. Gangguan pendengaran usia 5 14 tahun dan 15 24 tahun masing masing 0,8% serta prevalensi ketulian pada usia yang sama yaitu masingmasing 0,04%. Berdasarkan provinsi, prevalensi gangguan pendengaran tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Timur (3,7%), Sulawesi utara (2,4%) dan terendah di Banten (1,6%), sedangkan prevalensi ketulian tertinggi ketulian ditemukan di Maluku (0,45%), Sulawesi Utara (0,12%), terendah di Kalimantan Timur (0,03%).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Laoh (2015), pengetahuan risiko penggunaan earphone didapatkan 63,3 % responden tidak mengetahui risiko penggunaan earphone yang terlalu sering, sedangkan 36,7% responden mengetahui risiko penggunaan earphone terlalu sering.

Apakah earphone berbahaya?

Luisa Dillner pernah menulis artikel berjudul Will Headphones Damage My Hearing yang diterbitkan The Guardian menyampaikan bahwa kekuatan pemutar musik pribadi dapat mencapai 95 hingga 105 dB. Lebih dari itu, kekuatan suara setara dengan suara gergaji. Artinya, mendengarkan musik dalam waktu 15 menit menggunakan headphone pada volume maksimum bisa merusak pendengaran. Suara-suara keras dapat menyebabkan kehilangan pendengaran dengan merusak stereocilia: rambut-rambut kecil yang berada di atas sel-sel rambut di telinga bagian dalam. Suara bising membuat stereocilia bergetarmengubah tegangan dalam sel-sel rambutyang kemudian mengirim pesan kimia melalui saraf ke otak. Memukul stereocilia dan merusak pendengaran Anda, tulis Dillner dalam artikel itu.

Adapun beberapa bahaya yang harus diwaspadai ketika menggunakkan earphone,
di antaranya:

1. Kerusakan permanen pada telinga

2. Kehilangan pendengaran di usia 20-an

3. Kerusakan otak

4. Ambang pendengaran

5. Infeksi telinga

6. Radiasi

7. Cedera vokal

8. Kuman

9. Telinga lembap

10. Hilangnya konsentrasi

Bagaimana cara mencegahnya?

1. Pakai headset atau headphone boleh saja, tapi atur volumenya

2. Pilih headphone, jangan earphone

3. Kecilkan suaranya dan kurangi durasinya

4. Ikuti pedoman 60/60. WHO menyarankan penggunaan headset, headphone, dan semacamnya
60:60, artinya 60% volume hanya boleh didengarkan selama satu jam.

5. Gunakan earphone dengan fitur noise-cancelling

6. Jangan pernah mendengarkan musik dengan volume maksimal

7. Jangan tunda periksa telinga

8. Minum vitamin C