Tari SEBLANG BAKUNGAN merupakan ritual khusus dari suku Osing asli di keluarah Bakungan (Banyuwangi) yang dipercaya dapat menjaga ketentraman dan keamanan. Kata seblang sendiri berasal dari kata sebele ilang dengan arti sialnya hilang. Hingga kini, masyarakat setempat masih mempercayai dan melaksanakan ritual ini.

Ritual ini dilaksanakan selama satu minggu setelah idul adha. Ya, tentu saja ritual pada tahun ini baru saja dilaksanakan. Tenang saja bila kamu ingin menyaksikan ritual ini karena masih ada seblang Olehsari yang dilaksanakan 7 hari berturut-turut setelah hari raya idul fitri.

Berikut fakta dan mitos Tari Seblang Olehsari yang magis 1. Kandidat penari dipilih secara SUPRANATURAL

5 Fakta tari Seblang Bakungan dari Banyuwangi, terasa magisnya

Tidak sembarang orang bisa menjadi penari seblang. Mengapa? Karena pawang/dukun setempat sudah mendapat pesan dari roh halus. Tidak hanya itu saja, roh halus hanya akan menunjuk salah satu dari keturunan penari seblang yang sudah menopause.

2. Gerakan berasal dari roh halus

5 Fakta tari Seblang Bakungan dari Banyuwangi, terasa magisnya

Tidak ada penari seblang yang berlatih ataupun geladi resik dahulu. Setelah penari tidak sadar(kesurupan), matanya akan terpejam dan menari dengan sendirinya sambil di iringi 12 lagu khas Osing.

3. Konon, desa akan dilanda musibah bila melewatkan ritual ini

5 Fakta tari Seblang Bakungan dari Banyuwangi, terasa magisnya

Pernah masyarakat setempat meninggalkan ritual ini pada era-60an karena alasan politis. Akibatnya, secara magis tiba-tiba beberapa masyarakat setempat kesurupan tanpa alasan sehingga ritual ini terus dilaksanakan hingga kini.

4. Harus ikut menari bila terkena selendang

5 Fakta tari Seblang Bakungan dari Banyuwangi, terasa magisnya

Di pertengahan ritual, biasanya penari akan melemparkan selendangnya secara acak. Jika terkena selendang tersebut, anda harus ikut menari bersamanya atau anda akan terus diikuti.

5. Adol kembang penolak bala

5 Fakta tari Seblang Bakungan dari Banyuwangi, terasa magisnya

Akhir ritual ditutup dengan adol kembang pada tengah malam. Saat ritual ini, penonton akan saling berebut mendapatkan berbagai bibit tanaman dan killing(baling-baling) yang diletakkan diatas panggung. Mereka percaya, benda-benda tersebut mampu menolak bala.