Secara umum, kesehatan manusia dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kesehatan tubuh dan kesehatan mental. Banyak orang yang memprioritaskan kesehatan fisik sebagai suatu bentuk yang wajib untuk dipenuhi, namun masih mengesampingkan kesehatan mental. Kesehatan mental sendiri tidak dapat dilihat begitu saja gejalanya sebagaimana yang ada di kesehatan fisik.

Menurut WHO, kesehatan mental adalah kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya. Menurut pengertian ini, kita dapat menyimpulkan bahwa kesehatan mental merupakan kesehatan yang mencakup perasaan, pikiran, emosi, dan hati individu. Kesehatan mental ini berkaitan dengan bagaiamana seorang individu dapat mengendalikan dirinya untuk merespons sekitarnya yang kemudian akan berpengaruh pada tindakan dan perilaku individu tersebut terhadap orang lain dan lingkungan.

Kesehatan mental memang menjadi topik yang paling banyak diperbincangkan akhir-akhir ini, karena semakin banyak orang yang menyadari pentingnya kesehatan mental bagi individu. Akan tetapi, hal ini bukan berarti tidak ada lagi orang yang menyepelekan kesehatan mental. Kebanyakan orang tidak paham tentang kesehatan mental, karena biasanya yang sering kita temui adalah istilah stres yang digunakan untuk setiap gangguan mental.Ketika seseorang berada dalam tekanan dan sebetulnya membutuhkan bantuan profesional, orang lain merespons hal tersebut sebagai hal biasa dan hanya menggunakan kata stres. Padahal, stres yang disepelekan ini bisa berujung membahayakan individu tersebut apabila tidak segera ditangani. Apabila seorang individu tidak mampu untuk mengelola stres tersebut, dampaknya tidak hanya terhadap mental, namun juga bisa merugikan fisik. Sebab, adanya gangguan pada mental akan membuat seseorang terbebani secara pikiran yang berujung pada menurunnya produktivitas kerja, menimbulkan sakit fisik, dan mengalami gangguan ketenangan.

Gangguan mental sering kali terjadi pada remaja berusia lebih dari 15 tahun. Menurut data tahun 2018 dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), ada 19 juta penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional. Gangguan mental yang paling banyak dialami merupakan depresi. Sebagaimana yang telah diungkit di awal bahwa gangguan mental bisa menjadi berbahaya ketika dibiarkan, gangguan mental dapat berujung pada menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri.

Pada tahun 2016, Badan Litbangkes memperoleh data bahwa dalam setahun, ada sekitar 1.800 orang yang melakukan tindakan bunuh diri, dan 47,7% berada di usia produktif. Suatu hal yang sangat disayangkan ketika kita melihat bahwa walaupun angka-angka ini nyata dan terlihat dengan jelas bahwa gangguan mental menjadi isu yang penting, masih banyak orang-orang yang mengesampingkan kesehatan mental.

Masih banyak orang yang melihat bahwa gangguan mental merupakan hal yang aneh, sehingga tidak jarang orang menyembunyikan keadaan diri mereka dan tidak berani untuk menceritakan hal tersebut kepada orang lain. Padahal, bercerita dan lebih terbuka kepada orang lain pun menjadi salah satu bentuk untuk menjaga kesehatan mental individu. Adanya paradigma bahwa gangguan mental merupakan hal aneh menjadi suatu hal yang seharusnya dihilangkan dari masyarakat. Apabila masyarakat terus memiliki mindset bahwa gangguan mental merupakan hal yang aneh, tingkat rasa peduli dan kesadaran akan kesehatan mental pun akan semakin berkurang.

Semua orang harus sadar betul bahwa kesehatan mental juga berhubungan dengan kesejahteraan individu. Ketika seorang individu dapat mengelola stresnya dengan baik, kebahagiaan individu terpenuhi, mereka dapat mengatur dengan baik pemikiran-pemikiran baik dalam diri mereka, serta membatasi pemikiran buruk yang timbul.

Apalagi bagi para remaja yang masih berusia 15 tahun ke atas, kesehatan mental menjadi prioritas utama yang harus diperhatikan oleh orang tua. Karena di masa inilah anak-anak mengalami perkembangan dan perubahan yang signifikan sebagai peralihan dari anak-anak menuju remaja. Dengan begitu, banyak hal yang kemungkinan membuat mereka mengalami culture shock atau tidak siap dengan keadaan yang harus dihadapi. Terlebih lagi jika lingkungan sekitar mereka tidak baik, besar kemungkinan seseorang tidak sehat secara mental. Sering kali remaja mengalami gangguan kecemasan, depresi, serta trauma akibat lingkungan sekitarnya, seperti terjadinya bullying. Orang tua harus bisa menjadi orang yang mengayomi anak mereka, teman cerita, sehingga kehidupan anak mereka bisa menjadi lebih baik ke depannya dengan kesehatan mentalnya terjaga.