Kontes kecantikan atau dalam bahasa Inggris disebutbeauty pageantadalah kompetisi yang diadakan oleh suatu organisasi atau yayasan untuk memilih satu atau beberapa wanita yang dianggap paling cantik. Beauty Pageantmerupakan suatu ajang di mana sejumlah wanita dalam rentang usia tertentu saling bersaing untuk memperebutkan gelar sebagai ratu kecantikan dengan cara menunjukkan keelokan fisik, kemampuan modelling, bakat, kecerdasan, hingga jiwa sosial mereka. Para wanita tersebut berpartisipasi secara independen ataupun mewakili kota, provinsi, atau negara mereka.

Sejarah mencatat bahwa pergelaran kontes kecantikan sudah mulai ada sejak abad ke-19, tepatnya pada tahun 1888. Kala itu sebuah kontes kecantikan digelar di Spa, sebuah kotamadya kecil di Belgia. Dalam kontes tersebut, ada sekitar 350 wanita yang mendaftar. Mereka diminta menyetorkan foto mereka (saat itu kamera adalah teknologi baru dan masih sangat jarang digunakan) beserta deskripsi pendek. Para dewan juri yang kebanyakan adalah pria, memilih 21 kontestan yang nantinya akan tampil di panggungpageant sesungguhnya. Para finalis disembunyikan dari mata khalayak luas di sebuah sisi panggung rumah pribadi dan kendaraan tertutup yang membawa mereka dari dan menuju aula utama.

Saat ini, jumlah kontes kecantikan kian menjamur, baik yang di tingkat kota, provinsi, nasional, hingga internasional. Salah satu faktor utama yang menyebabkan maraknya penyelenggaraan kontes kecantikan antara lain adalah sponsor-sponsor yang ingin mempromosikan produk mereka dengan seorang ratu kecantikan sebagai bintang iklan serta ambassadormereka. Mereka akan membuat kontrak dengan organisasi atau yayasan pemiliki kontes kecantikan tersebut bahwa untuk bermitra dalam beberapa proyek yang melibatkan si ratu kecantikan.

Penyelenggaraan kontes kecantikan tak pernah lepas dari kontroversi dan tanggapan negatif dari kelompok-kelompok tertentu. Sebagian besar dari mereka beranggapan bahwabeauty pageantbukanlah ajang kecantikan, melainkan ajang eksploitasi wanita yang mempertontonkan keseksian tubuh wanita dalam balutan swimsuit dan gaun-gaun seksi. Dalam pandangan mereka, kontes kecantikan tidak akan membuat seorang wanita menjadi terhormat, justru merendahkan martabat dan menjual harga dirinya, yang tak jauh berbeda dengan pelacuran. Pendapat kelompok-kelompok tersebut memang tak sepenuhnya salah. Sebab, pada awal kemunculannya, beautypageantmemang berorientasikan profit, seperti mensponsorkan pakaian renang dan bikini.

Seiring berjalannya waktu, satu per satu yayasan penyelenggara kontes kecantikan mulai mengubah fokus dan format ajang mereka. Meskipun mayoritasbeauty pageantsaat ini masih bersifat komersial dan masih mengadakan sesi atau photoshootkontestan dengan mengenakan bikini atau pakaian seksi dengan dalih ingin mempertahankan esensi kontes kecantikan, yakni mencari seorang wanita yang dianggap paling cantik.

Terlepas dari semua kontroversi dan pemikiran negatif mengenai penyelenggaraannya, setidaknya ada 5 sisi positif dari kontes kecantikan, yakni:

1. Menggalakkan advokasi di bidang sosial.

Saat ini, beberapamajor beauty pageantseperti Miss World dan Miss Universe menggalakkan advokasi sosial yang memberi impact kepada publik di berbagai bidang seperti kemiskinan dan kesenjangan sosial, pendidikan, hingga kesehatan. Di Miss World, setiap peserta diwajibkan membuat satu proyek sosial yang disebut "Beauty With a Purpose" (BWAP), yang berfokus pada problematika tertentu, misalnya pembangunan fasilitas umum di daerah tertinggal, penyuluhan kesehatan dan medis, serta penggalangan dana untuk membangun sebuah sekolah untuk anak-anak yang berada di bawah garis kemiskinan.

Setiap tahunnya, yayasan Miss World bekerja sama dengan banyak oragnisasi sosial untuk menggalang dana yang kemudian akan dialokasikan untuk mereka yang membutuhkan. Bukan main-main, sekali acara amal, Miss World menggalang dana hingga miliaran rupiah yang didapat dari orang-orang kaya yang menghadiri acara tersebut.BWAP sendiri memiliki porsi penilaian terbesar dalam penjurian Miss World dibandingkan sub-kompetisi lainnya seperti top model, sports, talent, dan multimedia challenge.

Sementara itu, Miss Universe Organization (MUO) menjalin kerja sama dengan beberapa organisasi dan yayasan sosial seperti Smile Train yang memberi operasi bibir sumbing gratis, Best Buddies yang berfokus pada orang-orang dengan keterbelakangan mental, serta GMHC yang berfokus pada HIV/AIDS. Sama seperti Miss World, pemenang Miss Universe juga akan menghadiri beberapa acarafundraisingdan amal di beberapa negara. Seorang pemenang kontes kecantikan besar seperti Miss World dan Miss Universe tentunya akan mendapatkan platform yang lebih besar untuk mengkampanyekan serta mengembangkan advokasi dan proyek sosialnya.

2. Menyuarakan emansipasi wanita dan kesetaraan gender.

Kontes kecantikan mengumpulkan wanita dari berbagai belahan dunia, dengan beragam warna kulit, warna mata, warna rambut dan model rambut. Mereka bukan hanya wanita yang memiliki paras jelita dan lihai dalam berjalan di catwalkatau pandai berpose.

Para wanita cantik tersebut datang dari berbagai latar belakang. Selain model, ada yang berprofesi sebagai dokter, pengacara, guru, penulis, manajer, pegawai bank, penyanyi, pembaca berita, desainer, atlet, dan bahkan tentara. Inilah mengapa dikatakan di sini bahwa beauty pageantsecara tidak langsung menyuarakan emansipasi wanita dan kesetaraan gender.

Beauty pageantmengekspos wanita-wanita luar biasa yang berkarier cemerlang, bahkan di bidang yang maskulin. Mereka juga diharapkan dapat menjadi role model atau panutan bagi jutaan wanita lainnya dalam hal bermimpi dan mewujudkannya.Di zaman modern ini, wanita tidak bisa diremehkan lagi, sebab sudah terbukti mereka bisa melakukan pekerjaan yang dahulunya hanya dikerjakan oleh pria.

Selain itu, kontes kecantikan juga mendorong adanya women empowerment,di mana para wanita saling merangkul dan bergandengan tangan, mendukung satu sama lain dalam hal mewujudkan cita-cita dan aspirasi mereka. Meskipun tak dapat dipungkiri bahwa dalam dunia pageantterdapat persaingan sengit yang terkadang membuat para wanita tersebut saling menjatuhkan.

3. Mempromosikan pariwisata dan budaya.

Sisi positif ketiga dari kontes kecantikan adalah mempromosikan pariwisata dan budaya. Dalam setiap beauty pageant terdapat masa karantina yang berlangsung selama beberapa minggu. Tentunya, selama masa karantina tersebut para kontestan tidak hanya akan mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah dijadwalkan. Mereka juga akan berinteraksi dengan satu sama lain dan di situlah akan ada obrolan mengenai budaya dan pariwisata di negara masing-masing peserta.

Mereka dengan bangga akan menceritakan banyak hal tentang negaranya, tentang makanan, seni budaya, hingga pariwisatanya. Selain negara para kontestan, negara tuan rumah kontes kecantikan tersebut pun akan semakin dikenal sebab beauty pageant akan disiarkan di banyak negara dan ditonton oleh berjuta-juta pasang mata.

Mereka akan didatangi orang-orang dari negara lain yang ingin menonton malam final kontes kecantikan tersebut secara langsung. Hal ini pastinya sangat berpengaruh terhadap pariwisata negara tersebut. Akan semakin banyak orang yang tertarik untuk mengunjungi negara tersebut. Peningkatan jumlah wisatawan juga akan memberikan pemasukan yang besar bagi negara.

Seperti contohnya penyelenggaraan Miss World 2013 di Indonesia. Meskipun pada saat itu sempat diwarnai protes dari organisasi agama yang menolak keras penyelenggaraan kontes tersebut. Akibatnya lokasi karantina dipindahkan dan malam final dari yang sebelumnya di Jakarta kemudian dipindahkan ke Bali. Menjelang malam final, mulai banyak berdatangan kerabat para kontestan dari berbagai negara yang datang ke Indonesia untuk mendukung perwakilan mereka.

4. Ajang unjuk talenta dan inteligensia peserta.

Kontes kecantikan saat ini tidak melulu fokus pada penampilan fisik kontestan saja. Mereka mencari pemenang yang tidak hanya cantik, tetapi juga memiliki "harga jual tinggi" dengan bakat dan inteligensia mereka.

Biasanya, kecerdasan mereka dan kecakapan mereka dalam berbicara akan diuji di sesideep interviewbersama dewan juri. Mereka akan disodori pertanyaan-pertanyaan yang berat dan hanya bisa dijawab dengan baik oleh kontestan yang benar-benar memiliki inteligensia tinggi serta kaya akan pengalaman.

Tak jarang pertanyaan-pertanyaan itu terkadang membuat peserta emosional dan tertekan sekaligus gugup sehingga tak mampu menyusun kata-kata untuk menjawabnya. Pada malam final pun, di hadapan ribuan penonton mereka yang lolos pada babak tertentu harus menjawab pertanyaan secara spontan dalam waktu yang sangat singkat. Sementara itu, bakat mereka akan dipertunjukkan pada sesi talent showdi mana mereka akan bernyanyi, menari, memainkan alat musik, atau melakukan atraksi unik untuk memukau para juri.

5. Sebagai batu loncatan bagi karir peserta.

Yang menjadi motivasi utama kebanyakan wanita yang ingin mengikuti kontes kecantikan adalah karena mereka ingin mendongkrak karier dan popularitasnya. Sekalipun beberapa dari mereka sudah memiliki pekerjaan mapan dan dikenal banyak orang sebelum mengikuti kontes kecantikan.

Berpartisipasi dalambeauty pageantakan memberi mereka banyak kesempatan untuk berkarier terutama di dunia modelling dan entertainment.Setelah masa menjabat habis, biasanya mereka akan langsung dihujani tawaran job seperti menjadi model photoshoot, iklan, bahkan film.

Tak sedikit jebolan pageant yang sukses mendobrak karier mereka seperti Aishwarya Rai dan Priyanka Chopra, dua wanita India yang berhasil menyabet gelar Miss World 1994 dan Miss World 2000. Mereka sukses berkarier di dunia Bollywood dan pada akhirnya bisa go international.Selain mereka, ada juga Miss Universe 2015 Pia Wurtzbach asal Filipina yang tak henti-hentinya mendapatkan tawaran bermain film, mengisi acara TV, hingga menjadi brand ambassadorbeberapa produk.

Itulah tadi lima sisi positif penyelenggaraan kontes kecantikan yang selama ini kurang disadari oleh banyak orang. Kebanyakan dari kita melihat kontes kecantikan dari satu arah saja yang mengekspos kecantikan wanita secara berlebihan. Padahal, di balik semua anggapan itu terdapatimpactyang besar dari gelaran kontes kecantikan, baik bagi kontestan, negara yang terlibat, dan pihak-pihak yang mensponsori maupun mereka yang membutuhkan.