Sepak bola merupakan cabang olahraga yang peminatnya relatif banyak. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua. Bahkan, sepak bola bukan hanya olahraga yang banyak diminati oleh orang banyak, akan tetapi sepak bola sudah menjadi industri yang menjanjikan dan bisa menjadi sumber penghasilan.

Hedi Pudjo Santosa dalam bukunya yang berjudul SPORT, KOMUNIKASI, DAN AUDIENS Arena Olahraga dalam Diskursus Ekonomi-Politik, Bisnis, dan Cultural Studies (2014) mengatakan bahwa daya pikat sepak bola yang begitu tinggi, digambarkan mampu menghipnotis miliaran pasang mata di bawah kolong langit, mampu menyedot selera dan keinginan orang untuk lebih memilih menonton sepak bola ketimbang pergi mengikuti kebaktian di gereja. Di Eropa, khususnya di mana industri sepak bola begitu mendominasi, telah membuat para jemaat lebih suka menonton pertandingan sepak bola daripada pergi ke gereja pada akhir pekan.

Akhir-akhir ini, pencinta sepak bola sedang disoroti dengan adanya kejuaraan antarnegara yakni Piala Eropa 2020 dan Copa America 2021, yang dimana Piala Eropa 2020 dijuarai oleh Negara Italia dan Copa America 2021 dijuarai oleh Argentina.

Selain adanya kejuaraan sepak bola antarnegara, kejuaraan sepak bola antarkampung pun kian ramai diminati. Jika kamu menyusuri kampung-kampung di Indonesia, tak bisa dipungkiri bahwa sering kali kejuaraan antarkampung menjadi kompetisi pesta olahraga yang sering dinanti. Wajar saja, di tengah kerasnya hidup, warga pelosok negeri ini menjadikan sepak bola antarkampung sebagai hiburan dan perhelatan megah. Layaknya kompetisi liga domestik atau turnamen antarklub regional, kejuaraan sepak bola antarkampung pun memiliki daya tarik tersendiri.

Fajar Junaedi dalam bukunya yang berjudul SPORT, KOMUNIKASI, dan AUDIENS Arena Olahraga dalam Diskursus Ekonomi-Politik, Bisnis, dan Cultural Studies (2014) menyebutkan bahwa sepak bola Indonesia telah menjadi jiwa dari bangsa ini, pertandingan antarkampung yang kita kenal dengan istilah tarkam, merupakan kegiatan yang terjadwal di masyarakat Indonesia. Ritual ini biasa berlangsung dalam beberapa kesempatan misalnya perayaan kemerdekaan Indonesia, menjelang pemilihan daerah dan lain sebagainya. Kita dapat merasakan bagaimana euforia pertandingan antarkampung yang terjadi. Sepak bola menjadi sarana silahturahmi antarkampung walau terkadang dibumbui konflik-konflik kecil tetapi orang-orang kampung tetap dapat mengelola konflik secara arif dan bijaksana.

Aksi pemain saat mengikuti kejuaraan sepak bola antarkampung biasanya lebih ngotot dan berkarisma dibanding biasanya. Bagaimana tidak, mereka bermain di kampung yang dikelilingi oleh penonton dari kampung mereka sendiri dan penonton dari kampung lawan, tidak jauh beda dengan pemain sepak bola yang bermain membela negaranya di Piala Eropa 2020.

Bukan hanya pemain yang menjadi sorotan di tengah serunya pertandingan, suporter pun kian jadi daya tarik dalam kejuaraan antarkampung. Mereka berkumpul menjadi satu untuk mendukung kampung mereka. Mereka ibarat pemain ke-12 untuk menyemangati tim kampung mereka yang sedang bermain.

Turnomo Rahardjo dalam bukunya yang berjudul SPORT, KOMUNIKASI, dan AUDIENS Arena Olahraga dalam Diskursus Ekonomi-Politik, Bisnis, dan Cultural Studies (2014) menyebutkan bahwa suporter adalah pemain keduabelas yang dibilang paling fanatik dan antusias dalam membela klub yang dicintainya. Susah maupun senang, hati mereka melebur menjadi satu saat tim mereka berjuang meraih kemenangan. Inilah sepak bola yang telah membuka mata mereka bak seperti pahlawan yang sedang berjuang dengan mengusung gengsi dan harga diri mereka dipertaruhkan di stadion hanya untuk menyandang gelar sang pemenang.

Kompetisi ini kerap dilaksanakan pada hari-hari besar nasional. Bagaikan ritual khusus dalam menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Hari Sumpah Pemuda, dan lain sebagainya. Walaupun tidak menutup kemungkinan kompetisi sepak bola antarkampung digelar pada event-event tertentu. Tidak hanya itu, masa-masa menjelang pilkada pun kompetisi sepak bola antarkampung kerap diselenggarakan. Berbagai partai politik mulai memanfaatkan momen ini sebagai ajang kampanye dengan cara mendanai atau menjadi sponsor pertandingan sepak bola tersebut, yang diharapkan masyarakat mengetahui sumber dana kompetisi itu berasal dari mana.

Tayangan sepak bola antarkampung mampu menjadi hiburan dan membuat warga menjadi senang dan bahagia setelah merasakan lelah atas rutinitas mereka. Orang yang tadinya tidak tertarik dengan sepak bola, bisa ikut menyemarakkan euforia dalam kompetisi sepak bola antarkampung ini. Tak jarang, saat menonton sepak bola antarkampung kita menemui penonton berteriak keras akibat pemain lawan bermain kasar, memarahi wasit yang dinilai berat sebelah, hingga bersorak-sorai saat pemain dari kampung mereka mencetak gol. Kompetisi sepak bola antarkampung juga membuat masyarakat saling berinteraksi. Baik itu antar pemain dengan pemain, penonton dengan penonton, dan lain sebagainya.

Meskipun banyak sisi positifnya, kompetisi sepak bola antarkampung juga memiliki sisi minusnya. Sepak bola antarkampung salah satu olahraga yang menggunakan interaksi fisik, yang terkadang berujung emosi pada pemain maupun penonton. Perselisihan yang sering terjadi dalam kompetisi sepak bola antarkampung tidak hanya perselisihan antarpemain, melainkan perselisihan antarkampung pun kerap terjadi. Perselisihan antarkampung juga sudah menjadi salah satu bekal dalam kompetisi sepak bola antarkampung.

Meskipun kompetisi sepak bola antarkampung menuai berbagai sisi negatif, akan tetapi kompetisi sepak bola antarkampung tetap menghadirkan keseruan tersendiri bagi pemain maupun penontonnya.

Harapannya, kompetisi sepak bola antarkampung tidak lagi memicu perselisihan antar pemain yang tanpa disadari melibatkan perselisihan antar penonton dan kampung itu sendiri, akan tetapi kompetisi sepak bola antarkampung dapat menjadi jembatan antar kampung untuk saling gotong royong, memberikan relasi baru, memperkuat persaudaraan yang terjalin, dan membangun harmonisasi yang indah di tengah kerasnya dunia.

Oleh: La Ode Ahmed Yudha, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.