Saat melihat judul artikel ini, mungkin ada banyak pembaca yang bingung dan bertanya-tanya, Apa hubungannya bidang ilmu Psikologi dengan bidang olahraga?

Namun, sebenarnya psikologi memiliki peran yang sangat penting pada atlet dalam bidang olahraga. Bidang ilmu psikologi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan prestasi dan motivasi atlet, memperkuat kerja sama antar atlet dalam olahraga beregu, memperkuat hubungan dan kerja sama antara pelatih dan atlet, dan sebagainya (Sarwono, 1999). Bidang ilmu psikologi yang khusus mempelajari tentang hubungan antara psikologi dan olahraga disebut Psikologi Olahraga.

Manfaat utama dari psikologi olahraga adalah untuk menjaga kesehatan mental atlet. Seorang atlet rentan dalam menghadapi kecemasan dan stres. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal seperti masalah pada lingkungan sosialnya (keluarga dan teman), tekanan untuk terus berprestasi, cedera yang dialami atlet, kelelahan, dan berbagai sumber kecemasan dan stres lainnya.Namun, alasan utama yang paling banyak menjadi penyebab kecemasan pada atlet adalah permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan aspek psikologis yaitu tekanan atau pressure untuk terus berprestasi. Tekanan ini bisa berasal dari pihak luar seperti banyak orang yang terus mendorong atlet untuk meningkatkan prestasinya, atau dari dalam diri atlet itu sendiri seperti perasaan berlebihan untuk terus menerus meningkatkan kemampuannya. Kecemasan akan terjadi apabila atlet tidak dapat melakukan coping atau pertahanan terhadap semua tekanan yang ditujukan kepada dirinya (LeUnes, 2011).

Psikologi dan peran pentingnya dalam dunia olahraga

Oleh karena itu, penting adanya pemeriksaan-pemeriksaan psikologis pada atlet untuk mendeteksi kecemasan ini. Hal ini dikarenakan kecemasan pada atlet akan menimbulkan berbagai masalah seperti penurunan performa, kesulitan untuk berkonsentrasi, dan sebagainya. Ada berbagai macam pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh psikolog olahraga untuk atlet, seperti melakukan wawancara dengan atlet, membagikan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan seputar kecemasan yang mungkin mereka alami, observasi atlet, sampai pemeriksaan fisik (LeUnes, 2011).

Wawancara dan kuesioner diperlukan untuk mencari tahu tanda-tanda kecemasan dari aspek psikologis atlet seperti kekhawatiran yang berlebihan, sering merasa kewalahan, sulit membuat keputusan, sulit berkonsentrasi, dan susah mengontrol diri sendiri. Observasi pada atlet artinya melakukan observasi untuk melihat tanda-tanda kecemasan yang mungkin ditunjukkan atlet melalui perilakunya. Tanda-tanda kecemasan ini seperti berbicara dengan sangat cepat, menggigit-gigit kuku, gemetaran, nada suara yang tinggi saat berbicara, dan sebagainya. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa tanda-tanda kecemasan yang ditunjukkan melalui keadaan fisik atlet seperti meningkatnya denyut jantung, tekanan darah yang tinggi, terlalu banyak berkeringat, meningkatnya kebutuhan asupan oksigen, menurunnya alirah darah ke kulit (sehingga atlet menjadi pucat), dan sebagainya (LeUnes, 2011).

Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi kecemasan pada atlet adalah misalnya seperti melakukan teknik relaksasi, memberikan konseling yang bertujuan untuk menghentikan pikiran-pikiran negatif dan menggantinya dengan pemikiran positif, serta manajemen stres.