"While we waste our time hesitating and postponing, life is slipping away." - Seneca

Jika kamu pernah mengabaikan suatu tugas penting dengan melakukan pekerjaan lain seperti merapikan catatan, mengelap bagian bawah botol-botol bumbu masak, atau bahkan membalas e-mail yang sudah lewat waktunya, maka tidak adil mengatakan bahwa kamu adalah seorang pemalas. Procrastinator akan lebih cocok disematkan kepada kamu.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali mendapati bahwa kita menunda pekerjaan untuk sesuatu yang tidak jauh lebih penting daripada itu. Makalah wajib berisikan referensi dari artikel jurnal ilmiah yang ditugaskan dosen untuk dua hari ke depan akan kalah penting bagi kamu daripada novel baru yang belum disampul. Kamu mengerjakan sesuatu yang membutuhkan usaha dan waktu, serta memberi hasil, dalam kasus ini novel yang rapi dan terhindar dari kerusakan. Tentunya, kamu tidak dapat dikatakan sebagai pemalas.

Contoh-contoh yang ada di atas merupakan bagian dari seorang diri procrastinator atau si penunda pekerjaan. Procrastination sendiri berasal dari bahasa Latin "Pro-crastinus"yang berarti untuk hari esok atau belonging for tomorrow. Procrastination merupakan sebuah kesulitan untuk mengajak diri sendiri melakukan hal-hal yang harus dilakukan. Bukan hanya sekadar penundaan biasa, ketika seseorang melakukan procrastination, ia akan menikmati diri melakukan aktivitas sepele alih-alih mengerjakan tugas yang bermakna.

Apa penyebabnya?

Salah satu miskonsepsi penyebab utama seseorang menjadi procrastinator adalah mereka memiliki manajemen waktu yang buruk. Ini tidak sepenuhnya salah, tetapi apakah manajemen waktu yang buruk adalah satu-satunya penyebab procrastinating? Tentunya tidak. Beberapa penelitian bahkan mengatakan procrastination erat kaitannya dengan mood atau suasana hati seseorang. Ketika kamu berada dalam tekanan atau situasi yang tidak menyenangkan, kamu akan cenderung tidak tertarik dengan apa yang harus kamu lakukan sehingga kamu akan memilih procrastination sebagai coping mechanism kamu.

Neuroscience mengatakan bahwa ketika kamu mengalami stres karena tugas yang membuat kamu merasa cemas atau tidak aman, amigdala (bagian pendeteksi ancaman di otak) akan menganggap tugas sebagai ancaman, dan untuk menjaga diri maka kamu akan diperintah untuk menghindari ancaman tersebut. Sayangnya, procrastination dianggap psikolog sebagai bentuk "pelarian" yang salah. Hal ini terjadi karena kurangnya keterampilan dalam mengatur emosi yang memengaruhi perasaan. Singkatnya, procrastination terjadi karena suasana hati yang buruk.

Penyebab lain procrastination adalah ketidakmampuan dalam menetapkan skala prioritas sehingga kamu akan merasa bingung mana pekerjaan yang penting dan yang tidak. Kebingungan tersebut menyebabkan hilangnya motivasi untuk menyelesaikan pekerjaan. Kamu juga perlu meluruskan kembali tujuan yang sudah kamu tetapkan di awal. Dengan kata lain kamu harus fokus pada tujuan!

Selain itu, procrastination bisa terjadi karena kamu tidak menghargai waktu. Waktu yang dihabiskan adalah terbatas dan tidak bisa direka ulang. Fakta ini harusnya menyadarkan kamu bahwa komoditas paling berharga adalah waktu. Kesadaran diri bahwa hidup dan waktu merupakan hal yang terbatas membuat kamu akan mengatur waktu dengan lebih baik lagi- dengan penuh perhitungan. Dalam hal ini, kamu juga sering kali memiliki disiplin diri yang kurang, tidak bisa terkait dengan aturan dan juga perintah.

Tidak semua penundaan disebutprocrastination.

Procrastination terjadi ketika seseorang secara sadar dan sengaja menunda pekerjaan wajibnya. Tetapi, ketika ibu meminta kamu membeli bumbu dapur, maka menunda mengerjakan tugas adalah cara terbaik yang bisa kamu lakukan. Penundaan semacam ini mungkin tidak termasuk dalam procrastination. Contoh ini membawa kita bahwa semua procrastination berbentuk penundaan tetapi tidak semua penundaan adalah procrastination.

Sisi lainprocrastination.

Kamu mungkin bertanya-tanya, bisakah procrastination berada dalam bentuk positif? Terkait hal ini, terdapat active procrastination di mana penundaan dilakukan dengan sengaja dengan tujuan mencari tekanan dan motivasi untuk melakukan tugas di menit terakhir dengan perasaan yakin bahwa tugas tersebut bisa dilakukan dengan baik. Singkatnya, active procrastination meyakini seseorang untuk menunda pekerjaan dengan strategi yang baik.

Otak bekerja lebih optimal.

Sejujurnya, sering kali ketika berada dekat dengan waktu pengumpulan atau dalam kondisi tertekan karena tugas harus segera dikumpulkan, kamu merasa otak jauh lebih "encer" dalam mengerjakan tugas tersebut dan hasil yang didapatkan sering kali membuat kamu merasa puas. Hal ini bisa terjadi karena ketika mengerjakan pekerjaan dengan waktu yang sedikit, kamu akan cenderung fokus pada pekerjaan tersebut agar tidak melewati waktu pengumpulan yang telah ditentukan dan tidak terlalu memikirkan hasilnya, sehingga bagaimanapun hasilnya, kamu akan merasa puas.

Faktanya, ketika kamu mengerjakan tugas yang berdekatan dengan waktu pengumpulan, berarti kamu secara sukarela memosisikan diri kamu berada di bawah tekanan yang akan berujung pada stres. Keadaan tertekan akan membuat tubuh memroduksi hormon adrenalin yang secara alami dipersiapkan untuk menghindari diri dari bahaya. Tetapi, ketika hormon adrenalin diproduksi secara berlebihan maka kamu akan rentan mengalami rasa takut dan kecemasan yang berlebihan.

Perasaan tersebut jika dibiarkan terlalu lama dan tidak disikapi dengan baik akan memengaruhi individu, beberapa di antaranya yaitu nilai dan kinerja buruk di sekolah atau tempat kerja, tidak dipercaya terkait tanggung jawab penting, perasaan cemas dan malu, kesehatan fisik yang buruk, serta waktu bersama keluarga yang sering kali terabaikan karena dikorbankan untuk mengerjakan tugas yang sebenarnya bisa dilakukan di waktu-waktu luang lainnya. Dr. Piers Steel, seorang profesor psikologi motivasi di Universitas Calgary bahkan mengatakan bahwa procrastination merugikan diri sendiri, cenderung berbahaya, terkadang tidak berbahaya, tetapi tidak pernah membantu.

Tepat waktu atau kerja lebih dulu?

Menghentikan procrastination tentunya membutuhkan sebuah kebiasaan. Procrastination terus menerus akan membuat kamu frustasi dan bingung bagaimana cara menghentikannya. Ada beberapa strategi yang bisa membantu kamu menghindarkan diri serta mengatasi procrastination, beberapa di antaranya yaitu sebagai berikut.

1. Mengatasi pemicu procrastination.

Hilangnya motivasi dan ambigu tentang tujuan utama harus dihindari demi mengatasi procrastination. Kamu juga bisa membuat tugas menjadi lebih menyenangkan jika pemicu utamanya adalah kebosananyang kemudian bisa mengakibatkan demotivasi.

2. Tetapkan skala prioritas.

Ketika kamu menetapkan skala prioritas, tujuanmu akan lebih jelas. Tujuan yang jelas tentunya membuat kamu terus termotivasi untuk mencapai tujuan tersebut. Jika kesulitan menentukan skala prioritas, kamu bisa memulai dengan cara terkecil; menetapkan enam pekerjaan paling penting yang harus kamu selesaikan besok. Konsentrasikan diri pada uruan pekerjaan sampai pekerjaan kamu benar-benar selesai seluruhnya. Metode ini juga disebut sebagai The Ivy Lee Method.

3. Memaafkan dan memercayai diri.

Jika kamu memaafkan diri karena menunda-nunda di masa lalu, kamu akan memiliki peluang yang lebih rendah untuk menunda-nunda di masa mendatang. Tentunya, kamu juga harus percaya bahwa kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi serta melakukan yang terbaik di masa depan.

4. Self-reward.

Memberi penghargaan pada diri bisa membuat kamu lebih semangat untuk mengerjakan tugas dengan lebih baik lagi ke depannya. Tentu saja, dalam prosesnya, kamu tidak boleh bersembunyi di balik topeng "self-reward"sehingga bisa merugikan dirimu sendiri. Kamu bisa memberi penghargaan dengan cara-cara yang mudah dan sederhana, seperti secangkir teh hangat di sore yang dingin atau es krim vanila di tengah cuaca panas.

5. Mulai.

Langkah terpenting yang perlu kamu lakukan adalah mulai. Entah memulai dari yang paling mudah, sulit, singkat, menarik, maupun dari yang paling kecil. Kamu harus membiasakan diri menghapus pikiran berisi alasan-alasan untuk menunda pekerjaan. Karena jika bukan sekarang, kapan lagi?

Beberapa strategi di atas bisa kamu terapkan berulang kali sehingga menjadi kebiasaan. Dengan itu, kamu akan mengurai procrastination untuk hal yang tidak terlalu penting. Jadi, opsi mana yang terdengar lebih baik? Mengumpulkan tugas tepat waktu di jam pengumpulan, atau lebih dulu dan menjadi yang terbaik di bidangnya?