Personifikasi anthropomorphic. Apa itu? Ada banyak pendapat dan pengertian soal istilah ini. Saya akan menggunakan pendapat sebuah metafora memanusiakan sesuatu atau menggambarkan sebagai manusia sesuatu yang bukan manusia. Rasanya itu cukup pas menggambarkan seperti apa makna personifikasi anthropomorphic.

Bagaimana praktik sebuah personifikasi anthropomorphic? Bangsa Jepang memberikan contoh soal ini dengan baik. Bahkan kadang terlalu baik karena personifikasi yang mereka lakukan sering berisi muatan fan servis. Kadang bersifat seksi, bisa juga imut/kawaii sehingga gemesin.

Personifikasi anthropomorphic jadi hal normal di kalangan mereka, terutama di antara seniman atau penggambar komik. Personifikasi anthropomorphic di Jepang merupakan tradisi lama dan turun temurun. Bisa dilihat sejak abad ke-11 Era Heian dengan kisah Choju giga atau dalam bab-bab kitab literatur klasik Genji Monogatari / The Tale of Genji.

Personifikasi anthropomorphic dalam kultur seni Jepang

Sebuah contoh seni grafis Choju giga (Sumber gambar: Pinterest)

Di era modern seperti sekarang ada personifikasi anthropomorphic dari bendera-bendera negara dunia menjadi lelaki tampan seperti yang terlihat di website ini. Besar kemungkinan untuk menyambut Olimpiade Tokyo 2020. Bendera Jepang contohnya. Bukan bendera yang dipermasalahkan Korea Selatan kemarin. Namun bendera resmi Kekaisaran Jepang untuk hubungan internasional, yaitu kain putih persegi panjang dengan lingkaran merah di tengah (disebut dalam bahasa Jepang sebagai Hinomaru). Bendera Jepang digambarkan atau dipersonifikasikan sebagai seorang Samurai muda. Keren lho! Begitu juga dengan bendera Inggris (atau Union Jack) yang juga digambarkan dalam sosok pria muda berpenampilan menarik.

Personifikasi anthropomorphic dalam kultur seni Jepang

Dari kiri ke kanan: Jepang, Spanyol, Perancis, Russia & Inggris (Sumber gambar: World Flags)

Di Jepang masa kini personifikasi anthropomorphic ada di mana-mana. Untuk promosi produk seperti coffee shop, kereta api, komputer, video game misalnya. Atau untuk apa saja. Mengubah tampilan benda mati atau jasa ke bentuk anthropomorphic (manusia) merupakan seni klasik yang mengikuti kemajuan zaman di sana.

Microsoft, perusahaan software Amerika yang tempo hari sukses menguji coba empat hari kerja dalam seminggu memiliki maskot di Jepang hasil personifikasi sistem operasi Windows 7 yang berbentuk gadis muda menarik dengan nama kreatif Nanami Madobe di mana nama tersebut adalah permainan kata Jepang untuk mado (jendela/windows) dan nana (tujuh). Windows, tujuh, mado, nana, Madobe Nanami. Get it? Kreatif, kan? Sebuah sistem operasi dengan tampilan maskot hasil personifikasi tentu menarik calon pembeli. Terutama untuk penggemar anime karena penampilan Nanami Madobe memang anime banget.

Personifikasi anthropomorphic dalam kultur seni Jepang

Nanami Madobe (Sumber gambar: Amino Apps)

https://www.youtube.com/watch?v=nngGGBkjMpU

Bahkan boleh dibilang karakter Doraemon karya mendiang Fujiko F. Fujio juga merupakan personifikasi kucing rumah yang digambarkan unik dengan sifat dan kemampuannya. Untuk yang lebih modern, ada anime Kantai Collection di mana di sana fokus pada personifikasi kapal-kapal perang era Perang Dunia Kedua / Perang Pasifik. Penggambaran kapal-kapal ini dalam format gadis-gadis muda yang cantik dan seksi menjadikan Kantai Collection sangat menarik untuk penggemar anime (dan mungkin penggemar kapal perang asli juga?).

Personifikasi anthropomorphic yang dilakukan pada Kantai Collection memang bertujuan fan servis karena desain yang dibuat dalam tampilan seksi sehingga menghilangkan kesan tangguh serta menyeramkan sebuah kapal perang asli saat Perang Dunia Kedua.

Personifikasi anthropomorphic dalam kultur seni Jepang

Kantai Collection / KanColle (Sumber gambar: CCPopCulture)

https://www.youtube.com/watch?v=Z3Gmv4_HkN4

Begitu efektifnya metode personifikasi anthropomorphic ini sehingga ikut menarik Pasukan Bela Diri Jepang / Japan Self-Defense Force. Mereka menggunakan personifikasi untuk menggaet minat anak-anak muda Jepang bergabung dengan JSDF.

Caranya? Markas Besar Regional JSDF di prefektur Yamaguchi menggunakan tiga karakter perempuan sebagai personifikasi tiga angkatan SDF Jepang: Laut, Darat dan Udara. Ketiga angkatan ini masing-masing digambarkan dalam sosok bergaya anime yang imut. Tujuannya jelas, untuk menarik minat anak muda penggemar anime agar bergabung dengan JSDF. Apakah efektif? Tidak tahu juga karena hanya JSDF yang tahu jawabannya.

Personifikasi anthropomorphic dalam kultur seni Jepang

Angkatan Udara, Angkatan Darat & Angkatan Laut JSDF (Sumber gambar: Nippon.Com)

Kultur personifikasi jelas bukan hal baru dan bukan trend sesaat di Jepang. Hal ini akan terus berlangsung lama jika dilihat dari sejarahnya sejak abad ke-11 / Era Heian. Tentu bukan hal buruk buat mereka karena kultur ini bisa hidup lama karena ada support dari tiap generasi bangsa Jepang.

Sebuah kultur yang menarik, bukan? Saya melihatnya sebagai sebuah bukti kalau bangsa ini memiliki sense of art tinggi dalam DNA mereka. Menurut saya itu keren. Menurut kamu sendiri bagaimana?