Generasi Milenial atau biasa disebut Generasi Y, adalah kelompok manusia yang lahirdi atas tahun 1980-an. Mereka terdengar mereka sering dikaitkan dengan generasi yang paling dekat dengan teknologi. Generasi ini juga sering dipandang tidak memerdulikan kondisi politik saat ini, terutama saat pesta demokrasi nanti. Tapi tahukan kamu, berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU), jumlah pemilih milenial mencapai 70 juta-80 juta jiwa dari 193 juta pemilih. Artinya, sekitar 35-40 persen memiliki pengaruh besar terhadap hasil pemilu dan menentukan siapa pemimpin pada masa mendatang.

Dalam hal ini, partisipasi politik generasi milenial tentu sangat substansial karena dari persentase jumlah pemilih, generasi milenial menyumbang suara cukup banyak dalam keberlangsungan Pemilu 2019. Generasi milenial menjadi sasaran empuk bagi politisi-politisi yang ingin mengajukan diri sebagai anggota dewan karena kondisi idealis pemuda yang mudah sekali dipengaruhi tentang keberpihakan.

Generasi muda sering kali dianggap sebagai kelompok masyarakat yang paling tidak peduli dengan persoalan politik. Mereka juga dianggap kerap mengalami putus hubungan dengan komunitasnya, tidak berminat pada proses politik dan persoalan politik, serta memiliki tingkat kepercayaan rendah pada politisi serta sinis terhadap berbagai lembaga politik dan pemerintahan (Pirie & Worcester, 1998; Haste & Hogan, 2006). Pandangan ini sering kali dibenarkan dengan data yang menunjukkan bahwa generasi muda yang bergabung ke dalam partai politik relatif sedikit. Mereka juga cenderung memilih menjadi golput dalam pemilu.

Namun, sejumlah studi menunjukkan kekeliruan pandangan sebelumnya yang menganggap generasi muda tidak tertarik pada politik. Studi tersebut menyebutkan bahwa generasi muda adalah kelompok yang dinilai paling peduli terhadap berbagai isu politik (Harris, 2013). Penelitian yang dilakukan EACEA (2013) terhadap generasi muda di tujuh negara Eropa menghasilkan kesimpulan bahwa generasi muda mampu mengemukakan preferensi dan minat mereka terhadap politik. Sebagian dari mereka bahkan lebih aktif dari kebanyakan generasi yang lebih tua. Mereka juga menginginkan agar pandangan mereka lebih bisa didengar.

Di samping itu, generasi milenial diharapkan mampu membawa dinamika politik yang sehat dan dinamis tanpa adanya unsur SARA. Tahun 2019 merupakan momentum politik yang membutuhkan para generasi milenial yang kritis, tanggap, kreatif, dan advokatif. Langkah-langkah yang dapat mereka lakukan dalam mengisi pesta demokrasi dapat dengan beragam cara, misalnya mendorong gerakan anti golput, saling menghargai satu sama lain, atau ikut berkampanye hashtag yang positif demi pemilu berkualitas.