Pada akhir tahun 2019 masyarakat dunia digemparkan dengan adanya ledakan pandemi virus baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya di Republik Rakyat Tiongkok Provinsi Wuhan. Virusyang menyerang sistem pernapasan ini telah menjangkiti setidaknya ratusan ribu orang dan mengakibatkan korban meninggal sebanyak 16.000 orang di Wuhan. Namun yang lebih buruk lagi, virus ini telah menyebar ke 166 negara di dunia termasuk di Indonesia.

Pada tanggal 31 Desember pemerintah Cina mengungkapkan bahwa ada kasus kesehatan yang menyangkut pernapasan atau semacam pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya. Pada 11 Januari pemerintah China mengonfirmasi kematian pertama dan telah menginfeksi puluhan orang. Pada 20 Januari, negara lain termasuk Amerika mengonfirmasi kasus pertama.Negara di luar Cina yang pertama mengonfirmasi kasus ini adalah Jepang, Korea Selatan, dan Thailand.

Pada 30 Januari WHO mendeklarasikan status darurat kesehatan global. Sementara kasus pertama di Indonesia pada 2 Maret dilaporkan terjadi pada dua orang warga Depok yang terinfeksi karena melakukan kontak dengan seorang warga negara Jepang.

Sampai saat ini wabah ini masih terus berlangsung dan mengakibatkan tersendatnya setiap aktivitas masyarakat. Hal ini tentunya berdampak secara sosial dan ekonomi. Secara sosial mobilitas masyarakat saat ini menjadi sangat terbatas dan setiap anggota masyarakat dianjurkan untuk tidak keluar dari rumah mereka masing-masing. Secara ekonomi masyarakat diharuskan bekerja dari rumah, namun ada juga buruh yang diberhentikan serta para pekerja harian seperti supir angkot, pengemudi ojek online, dan pedagang kaki lima yang mengalami penurunan pendapatan secara drastis.

Di tengah pandemi ini media mempunyai peran yang cukup kompleks. Kita tidak dapat memungkiri perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat turut memengaruhi arus informasi yang lebih cepat dan akurat. Media yang dimaksud bukan hanya media-media konvensional yang hanya menerbitkan berita secara cetak, namun media-media yang sudah bertransformasi menjadi media digital.

Pada tahun 2018 terdapat 47.000 media massa di Indonesia, yang mencakup 2000 media cetak, 674 radio, 523 televisi dan selebihnya media daring. Selain itu berkembangnya media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, Youtube, Whatsapp dan media sosial lainnya juga turut memberi sumbangsih dalam penyebaran berita dan informasi.Pada tahun 2020 setidaknya ada sekitar 175,2 juta pengguna internet di Indonesia atau 64% dari total populasi, dan sekitar 10 juta orang aktif menggunakan media sosial.

Di tengah wabah Covid-19 ini kebutuhan masyarakat akan informasi juga semakin meningkat, baik melalui media konvensional yang telah bertransformasi menjadi media digital maupun media sosial itu sendiri. Media berperan dari awal munculnya wabah ini dengan memberitakan informasi dan berbagai kisah melalui headline berita mereka. Ketika masyarakat saat ini melakukan social distancing, media menjadi alat untuk menjaga setiap orang tetap terhubung satu sama lain. Selain itu media berperan untuk menyampaikan fakta.Ada beberapa isu penting terkait peranan media pada masa pandemi Covid-19 ini, di antaranya:

1. Peranmedia dalam menyampaikan fakta.

Peran media dalam menyampaikan fakta merupakan asas dasar media dalam menyampaikan informasi yang sepatutnya disadari. Namun di tengah wabah ini perputaran fakta yang ada sangatlah dinamis. Terkadang suatu media memberitakan suatu berita yang keesokan harinya bisa jadi berita tersebut sudah kedaluwarsa atau tidak berlaku. Hal ini tentunya dikarenakan pengetahuan terhadap virus ini yang masih sangat terbatas. Sehingga pendapat seorang ahli satu dan ahli lainnya memiliki perbedaan, yang jika diangkat menjadi berita akan sangat dinamis seiring kasus baru yang muncul.

2. Media sebagai sumber informasi sekaligus misinformasi.

Selain menyampaikan informasi media dapat juga sebagai sumber misinformasi, artinya media dapat menyampaikan data yang tidak akurat. Metode-metode pencegahan yang tidak tepat, klaim atas suatu kasus yang tidak sesuai dengan kenyataan, serta informasi-informasi yang saling berbenturan antara satu media dengan media lain. Hal ini yang menjadikan media sebagai sumber informasi sekaligus misinformasi bagi masyarakat, sehingga kita harus jeli dalam membaca berita di suatu media.

3. Media memengaruhi sikap masyarakat dalam merespon wabah ini.

Berita atau informasi yang disampaikan oleh media sedikit banyak memengaruhi sikap masyarakat dalam menghadapi wabah. Hal ini bisa berdampak baik atau buruk. Dampak baiknya adalah masyarakat bisa lebih waspada dan lebih menjaga kesehatan masing-masing, namun dampak buruknya adalah timbulnya kepanikan yang berlebihan, sebagai contoh adalah panic buying.

Di Indonesia setidaknya telah terjadi tiga kali panic buying.Pertama pada 2 Maret 2020 saat pertama kali diumumkannya dua kasus pertama di Indonesia. Kedua pada tanggal 14 Maret 2020 saat mulai diterapkanya imbauan kerja dari rumah (work from home). Dan ketiga pada 19 Maret 2020 ketika pengumuman kasus positif Corona di Indonesia mencapai 308 kasus dan 25 orang meninggal.

4. Pemberian stigma.

Pemberian stigma oleh media menjadi salah satu isu penting. Pada saat awal munculnya virus ini dan belum ditetapkan nama resminya ada beberapa stigma yang muncul seperti Wuhan Virus yang sempat trending di Twitter, atau The Chinese Virus yang sempat muncul di beberapa media internasional.

Pemberian stigma ini tentunya merugikan pihak-pihak tertentu dan akan menyebabkan munculnya diskiriminasi terhadap suatu golongan atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Pemberian stigma juga terjadi bagi mereka yang terinfeksi virus. Framing yang dibentuk oleh media akan memengaruhi pandangan masyarakat terhadap mereka yang terkena virus ini dan menimbulkan diskriminasi. Hal ini akan mengakibatkan orang-orang tidak jujur terhadap kondisi kesehatannya karena takut didiskriminasi. Tentunya hal ini akan mempersulit penanganan wabah.

5. Media berperan dalam menyebarkan hal-hal positif saat merebaknya wabah.

Menyebarkan hal-hal positif di tengah wabah yang terjadi saat ini tentunya sangat penting dalam membangun kembali optimisme dalam masyarakat. Melalui media kita dapat mengorganisir suatu gerakan yang bertujuan untuk menyalurkan bantuan terhadap sesama. Melaui media kita juga dapat menunjukkan hal-hal positif yang ada disekitar kita dan kita juga dapat membangun solidaritas melalui media sosial yang kita miliki.

Selain isu-isu di atas, menurut pakar komunikasi politik Effendi Ghazali, media juga berperan sebagai alat pemerintah dalam menyampaikan suatu imbauan atau informasi. Dari isu-isu di atas kita dapat melihat peran media yang begitu kompleks di tengah wabah. Media berperan dalam menyebarkan berbagai informasi terlepas benar atau tidaknya informasi yang disampaikan media tersebut. Banyak media yang kredibel tetapi tidak sedikit media yang harus kita pertanyakan kredibilitasnya. Yang juga harus kita sadari adalah pemahaman tiap orang dalam mencerna suatu berita atau informasi berbeda-beda sehingga apa yang kita anggap benar bisa jadi tidak oleh orang lain dan sebaliknya.

Sejauh ini dapat disimpulkan bahwa di tengah wabah Covid-19 ini media menjalankan peran yang cukup penting dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Sebagai pembaca harus cermat dalam menanggapi berita atau informasi yang didapatkan, tidak terpatok pada satu sumber berita saja, dan membandingkan informasi dari satu media dengan media lain sehingga mendapatkan informasi yang akurat dan memberikan sikap yang tidak berlebihan.