Apa yang kamu lakukan sebelum membaca artikel ini? Membaca artikel lain? Mengetik pesan di grup chatting? Membaca kandungan skincare yang baru kamu beli? Atau mungkin tanda tangan surat penting?

Sadarkah kamu jika hampir semua kegiatan sehari-hari memerlukan kemampuan literasi? Dapat dibayangkan betapa sulit dan bingungnya kita saat tidak dapat membaca dan menulis.

Maka dari itu, yuk simak fakta literasi dan buta aksara berikut ini.

Sejarah panjang literasi.

Memahami makna sebuah tulisan: Fakta literasi dan buta aksara

Menurut KBBI, literasi didefinisikan sebagai kemampuan dalam membaca dan menulis. Literasi memiliki sejarah yang panjang. Bentuk komunikasi tertulis awal diyakini berasal dari sekitar 3.5003.000 SM.

Buku-buku pertama diketahui berasal dari Roma sekitar 23 SM yang selanjutnya juga dikembangkan di Timur Tengah dan beberapa negara Asia. Pada mulanya, buku-buku ini cukup langka dan mahal hingga ditemukan mesin cetak pada abad ke-15 yang menjadikan buku cetak menjadi lebih umum dan angka melek aksara mulai meningkat di dunia Barat yang kemudian baru disusul negara-negara berkembang pada abad ke-19 dan 20.

Literasi, kesehatan, dan kesehatan mental.

Memahami makna sebuah tulisan: Fakta literasi dan buta aksara

Selain menjadi seperangkat alat untuk menjalani kehidupan sehari-hari, berdasarkan sejumlah studi membaca juga diyakini berdampak positif bagi aspek lain kehidupan, di antaranya bagi kesehatan, kesehatan mental, hingga pengetahuan. Menurut sebuah penelitian dari Yale University berjudul A Chapter a Day Association of Book Reading with Longevityterhadap 3635 responden untuk melihat risiko kematian selama 12 tahun menunjukkan individu yang memiliki kebiasaan membaca memiliki 80% kesempatan bertahan hidup 4 bulan lebih daripada individu yang tidak memiliki kebiasaan membaca.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Dr. David Lewis dari Sussex University menunjukkan membaca 6 menit sehari dapat mengurangi stres hingga 60%, melambatkan detak jantung, meredakan ketegangan otot dan me-refresh pikiran. Masih menurut penelitian yang sama, membaca telah terbukti mengurangi tingkat stres 68% lebih baik daripada mendengarkan musik, 100% lebih baik daripada meminum secangkir teh, bahkan 700% lebih baik daripada bermain video game.

Penelitian-penelitian lainnya juga menunjukkan beberapa manfaat membaca, mulai dari penurunkan risiko kejadian dimensia, memperkaya koskata baru, memperluas pengetahuan, meningkatkan kecerdasan verbal, hingga meningkatkan pendapatan.

Buta aksara: Kesenjangan wilayah dan gender.

Memahami makna sebuah tulisan: Fakta literasi dan buta aksara

Sayangnya esensi penting dan manfaat membaca dalam menjalani kehidupan sehari-hari belum dinikmati semua individu. Meskipun menurut data UNICEF tahun 2019 menunjukkan data yang mengembirakan di mana jumlah generasi muda usia 15-24 tahun yang melek aksara telah meningkat dari 83% menjadi 91% selama dua dekade dan jumlah generasi muda yang buta aksara menurun dari 170 juta menjadi 115 juta. Namun angka tersebut masih tidak merata dan dipengaruhi kesenjangan wilayah dan gender.Terdapat sekitar 70% negara telah berhasil atau hampir memberantas buta aksara pada kaum muda, namun di beberapa negara di Afrika Barat dan Tengah tingkat melek aksara kaum muda masih kurang dari 50%.

Kasus lain menunjukkan kesenjangan gender dalam kasus buta aksara. Perempuan menjadi penyumbang 59% dari total populasi kaum muda yang buta aksara. Data lain menunjukkan, hanya 82,7% perempuan berusia di atas 15 tahun yang melek aksara dibandingkan dengan laki-laki yang telah mencapai 90%.

Masih menurut data UNICEF, di sekitar dua per tiga negara di dunia, melek aksara memiliki rasio yang sama untuk pria dan wanita. Namun, di beberapa negara khusunya di Afrika Barat, Afrika Tengah, dan Asia Selatan, jumlah wanita yang buta aksara jauh lebih banyak daripada pria.

Minat baca Indonesia rendah.

Memahami makna sebuah tulisan: Fakta literasi dan buta aksara

Di Indonesia sendiri angka buta aksara terus menurun setiap tahunnya. Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2019 menunjukkan 4,10% penduduk Indonesia usia lebih dari 15 tahun masih buta aksara.

Meskipun mayoritas penduduk Indonesia telah melek aksara, namun kondisi ini tidak dibarengi dengan meningkatnya minat baca. Menurut riset Worlds Most Literate Nations Ranked oleh Central Connecticut State University menunjukkan minat baca penduduk Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara.

Spektrum dampak buta aksara.

Memahami makna sebuah tulisan: Fakta literasi dan buta aksara

Dalam kehidupan modern, kondisi buta aksara memiliki spektrum dampak yang luas. Individu yang tidak mampu membaca akan kesulitan untuk mengambil keputusan yang tepat dan kesulitan melakukan berbagai kegiatan dasar sehari-hari seperti menulis pesan, baik melalui surat, chatting maupun email; membaca navigasi jalan; mengisi formulir baik pendaftaran pekerjaan atau bahkan kesediaan menjalani pengobatan.

Ketidakmampuan membaca juga akan membuat seseorang memiliki pengetahuan yang terbatas tentang hak-hak dasar mereka serta akan membatasi kemampuan sesorang individu terlibat dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan. Hal ini mungkin menyebabkan individu tanpa kemampuan membaca memiliki harga diri rendah atau memiliki perasaan seperti malu, takut, dan ketidakberdayaan.

Dalam ranah kesehatan, menurut penelitian Literacy and Health Outcomes: Systematic Review Literacy and Health Outcomesmenunjukkan individu yang melek aksara cenderung melakukan skrinning preventif kesehatan serta mematuhi asupan obat yang diresepkan dengan benar. Kurangnya pemahaman tentang informasi kesehatan serta ketidakmampuan membuat keputusan kesehatan yang baik memiliki implikasi yang besar. Diperkirakan lebih dari $ 230 miliar per tahun terkuras untuk biaya perawatan kesehatan terkait individu yang buta aksara.

Banyak pekerjaan yang perlu kita lakukan untuk bersama mengatasi permasalahan buta aksara hingga rendahnya angka literasi ini seperti menyebarkan informasi tentang pentingnya literasi dan fakta masih banyaknya individu yang belum memperoleh hak literasinya hingga terlibat langsung maupun ikut berdonasi pada organisasi-organisasi sosial yang bergerak dalam menciptakan budaya literasi yang optimal. Yuk mulai dari kita, mulai dari yang kita bisa!