×
Sign in

Hello There

Sign In to Brilio

Welcome to our Community Page, a place where you can create and share your content with rest of the world

  Connect with Facebook   Connect with Google
Kenduri Banyu Udan, wujud syukur warga desa atas berkah hujan

0

News

Kenduri Banyu Udan, wujud syukur warga desa atas berkah hujan

Tarian Riris Mangenjali / Foto: Istimewa

Prosesi Kenduri Banyu Udan merupakan tradisi tahunan yang menggambarkan wujud rasa syukur atas turunnya hujan.

Disclaimer

Artikel ini merupakan tulisan pembaca Brilio.net. Penggunaan konten milik pihak lain sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Silakan klik link ini untuk membaca syarat dan ketentuan creator.brilio.net. Jika keberatan dengan tulisan yang dimuat di Brilio Creator, silakan kontak redaksi melalui e-mail redaksi@brilio.net

Sulistyawan Ds

26 / 10 / 2020 09:55

Sebanyak sembilan orang penari tampil secara memesona membawakan Tarian Riris Mangenjali. Tarian ini merupakan salah satu bagian dari prosesi Kenduri Banyu Udan yang dilaksanakan oleh Komunitas Banyu Bening Sleman pada Sabtu (24/10/2020).

Prosesi yang berlangsung di halaman Sekolah Air Hujan Banyu Bening yang ada di Tempursari Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman itu cukup menarik perhatian masyarakat desa setempat. Selain tari-tarian tradisional, pada kesempatan ini juga disajikan Kirab Bregada Pangeran Cempa dengan pakaian tradisional khas keprajuritan.

Menurut Ketua Komunitas Banyu Bening, Sri Wahyuningsih, prosesi Kenduri Banyu Udan merupakan tradisi tahunan yang diselenggarakan oleh Komunitas Banyu Udan. Tradisi ini menggambarkan wujud rasa syukur atas nikmat air hujan yang dilimpahkan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Kenduri Banyu Udan, wujud syukur warga desa atas berkah hujan

Tarian Riris Mangenjali / Foto: Istimewa

Loading...

“Warga desa ini memaknai hujan sebagai sebuah berkah. Sebab, dengan datangnya hujan, maka warga desa yang sebagian besar berprofesi sebagai petani bisa kembali memulai bercocok tanam.“ Ujar Sri Wahyuningsih yang biasa dipanggil dengan sebutan Yu Ning kepada wartawan Sabtu (24/10/2020).

Selanjutnya, Yu Ning menambahkan prosesi ini sekaligus sebagai sarana kampanye kepada masyarakat untuk cinta terhadap lingkungan serta menjaga kelestarian sumber air. Oleh karena setiap hujan turun, warga menyikapi dengan pola 5 M, yaitu menampung, mengolah, minum, menabung, mandiri. Kemudian, dengan Kenduri Banyu Udan ini selaku pimpinan Komunitas Banyu Bening pihaknya mengajak masyarakat untuk mengimplementasikan falsafah "hamemayu hamemayu hayuning bawana", yakni sikap untuk mencintai dan memelihara lingkungan alam ciptaan Tuhan.

Sikap mencintai lingkungan alam ini perlu diwujudkan dan dikampanyekan oleh seluruh komponan dan elemen warga masyarakat bersama dengan pemerintah secara terpadu dan berkesinambungan.

Di antara sikap nyata yang mendukung konsep tersebut, lanjut Yuning, adalah tetap menjaga lingkungan hidup, melakukan penghijauan lingkungan, tidak menebang pohon secara sembarangan, menjaga kebersihan sungai, selokan dan lingkungan sekitar sehingga tidak terjadi bencana banjir dan bencana alam lainnya. (*/Sulistyawan ds)





Pilih Reaksi Kamu
  • Senang

    0%

  • Ngakak!

    0%

  • Wow!

    0%

  • Sedih

    0%

  • Marah

    0%

  • Love

    0%

Loading...

RECOMMENDED VIDEO

Wave white

Subscribe ke akun YouTube Brilio untuk tetap ter-update dengan konten kegemaran Milenial lainnya

-->
MORE
Wave red