Satu tahun sudah semua kebiasaan dan keseharian kita yang dahulu normal terbatasi oleh keadaan yang mengekang. Hadirnya pandemi Covid-19 berhasil membuat semua orang dari latar belakang berbeda harus memutar otak menembus rutinitas yang harus tetap berlangsung. Kemajuan zaman yang membawa kita kepada era digitalisasi memberikan solusi instan yang mempermudah kesulitan bertatap muka dengan para rekan kerja, teman, dosen, guru, dan pihak tertentu lainnya.

Yaps! Conference Call Meeting merupakan kuncinya!

Kenali Zoom Fatigue, penyakit yang dapat menyerang walau #dirumahaja

Foto: ideas.ted.com

Hadirnya beberapa platform penyedia online meeting seperti Zoom dan Google Meeting menjadi jalan keluarnya. Platform ini dipakai mulai dari anak sekolah, mahasiswa yang berkuliah, hingga rapat rutin para pekerja baik dengan rekan satu instansi maupun klien yang tidak memungkinkan untuk bertatap muka langsung.

Rutinitas baru ini diyakini menjadi salah satu hal besar yang mewarnai masa karantina dan #dirumahaja seluruh masyarakat di berbagai negara terdampak Covid-19, termasuk Indonesia. Ternyata, walau seluruh aktivitas karantina dikendalikan dari rumah yang merupakan tempat teraman untuk terhindar dari berbagai penyakit, masih ada penyakit yang menjadi fenomena masa kini dan memberikan dampak negatif untuk kesehatan.

Penyakit ini disebut "Zoom Fatigue". Kata "Zoom" diambil untuk mewakili meeting online yang menjadi penyebab utama penyakit ini. Kelelahan akibat menghadiri rapat tanpa henti baik menggunakan laptop maupun ponsel sebagai perangkat yang mewadahi pertemuan virtual tersebut memicu Zoom Fatigue hadir di tengah kegiatan masyarakat yang padat.

Keluhan penyakit Zoom Fatigue disebabkan oleh visualisasi video yang ditatap terus menerus di layar perangkat online meeting. Di satu sisi, kita harus tetap menjaga kesopanan dan etika untuk menyalakan kamera dan menatap layar ketika orang lain sedang memimpin rapat atau melakukan presentasi. Namun, di sisi lain aktivitas monoton tersebut membuat kita tidak nyaman dan lelah.

Menurut riset yang dilakukan Liz Fosslien and Mollie West Duffy pada April 2021, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari Zoom Fatigue yang semakin meresahkan dan dapat menurunkan imunitas tubuh ini, di antaranya sebagai berikut.

1. Menghindari multitasking.

Multitasking sering dijadikan solusi untuk setiap kegiatan yang harus dimulai dan diselesaikan dalam satu waktu. Namun, nyatanya, menurut penelitian multitasking harus dihindari. Burnout bisa menjadi dampak selanjutnya setelah Zoom Fatigue berhasil menyerang.

2. Menetapkan waktu istirahat.

Sebaiknya, di sela-sela jadwal online meeting, waktu istirahat tetap dijadikan sebuah prioritas. Istirahatkan matamu sementara. Jika tidak memungkinkan untuk mematikan kamera saat online meeting berlangsung dan me-minimize layar video meeting dapat dijadikan alternatif lain.

3. Mengurangi rangsangan pada layar.

Riset membuktikan bahwa fokus manusia yang dilengkapi indra penglihatan sempurna tidak hanya tertuju pada partisipan di dalam conference call meeting. Namun, kita juga akan cenderung memerhatikan latar belakang yang dipakai masing-masing dari partisipan lain. Otak harus memproses semua isyarat lingkungan visual pada saat yang bersamaan.

Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi stimuli yang masuk? Kita dapat mengatasi kelelahan mental dengan memilih latar belakang yang lebih sederhana.

4. Membuat sesi sosialisasi virtual.

Setelah melewati perjalanan panjang dalam online meeting, sangat normal jika merasa membutuhkan waktu bersosialisasi seperti sekadar berbincang santai atau bertukar cerita dengan teman atau rekan kerja. Walau lagi-lagi harus dilakukan secara daring namun setidaknya sesi sosialisasi tersebut dapat merelaksasi diri kita dari Zoom Fatigue yang memiliki probabilitas tinggi untuk diidap.

5. Mengganti online meetingmenjadi menelepon atau berbalas surel.

Terakhir, langkah ini dapat menjadi solusi terbaik untuk mencegah datangnya Zoom Fatigue, yakni mengalihkan online meeting yang berbasis video conference dengan sekadar berbincang melalui ponsel dan bertukar pesan melalui surel. Jangan ragu untuk mengatakan "Saya sedang dalam tahap istirahat dari video conference call meeting, jika tidak keberatan kita dapat berdiskusi melalui ponsel tanpa adanya video".

Berbagai solusi di atas dapat menjadi refrensi dirikamu dalam mencegah fenomena yang sudah semakin banyak terdengar keberadaannya ini. Kesehatan fisik dan mental harus tetap yang utama di tengah kepadatan yang menuntut. Sejatinya, pekerjaan yang melebihi batas akan mengancam diri bahkan hingga mengguncang kejiwaan.

Mari terapkan pola hidup sehat dan mengurangi rutinitas yang memicu toxic productivity ini!