Setiap manusia memiliki pola pikir dan pemahaman yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat menghasilkan hal positif dan negatif yang akan berdampak pada perilaku manusia. Jika pola pikir atau mindset sudah berubah, apa yang seharusnya salah akan dianggap benar, dan apa yang benar akan dianggap salah.

Pernahkah kalian melihat para pelajar yang seharusnya sibuk mengemban ilmu di sekolah tetapi malahterlihat di tempat yang tidak sepantasnya saat jam belajar-mengajar berlangsung? Atau mungkin melihat tingkah pelajar yang tidak sopan saat berbicara dengan yang lebih tua? Ada juga yang merokok, mem-bully, tawuran, kebut-kebutan di jalan, dan hal-hal buruk lainnya. Nah, sikap milenial seperti inilah yang menunjukkan bahwa milenial memang terjerat krisis moral. Jika sudah tejadi hal seperti ini, maka siapakah yang dapat disalahkan? Lingkungan masyarakat yang tidak memberi contoh dengan baikkah? Atau pelaku krisis moral itu sendiri?

Krisis moral tidak pandang bulu, tidak pandang kasta dan usia. Ia dapat menyerang siapa saja, dapat menyerang setiap individu yang tidak memiliki pendirian teguh pada dirinya sendiri.

Lingkungan berperan besar.

Sadarkah kalian bahwa kita lebih sering menghabiskan waktu di luar bersama teman-teman? Tapi yakinkah kalian kalau lingkungan pertemanan kalian tersebut sehat? Atau malah sebaliknya? Lingkungan yang sehat akan menciptakan dampak yang positif dan dapat membawa perubahan dalam diri kita sendiri. Sedangkan lingkungan yang buruk hanya akan membawa diri kita ke arah yang salah, contohnya seperti mencoba segala hal seperti merokok dan mengonsumsi narkoba agar terlihat keren, tekanan teman dan keadaan agar mendapat pengkauan, gaya bicara yang kasar, dan pergaulan yang terlalu bebas.

Menurut survey yang saya lakukan terhadap 100 responden, terdapat beberapa faktor yang memiliki peran besar dalam krisis moral ini, yaitu:

1. Lingkungan keluarga(keadaan dalam rumah tangga yang tidak harmonis, adanya pilih kasih yang dilakukan oleh orang tua, adanya tindak kekerasan, kurangnya pendidikan dan pengetahuan keluarga, ketidakperdulian anggota keluarga, anggota keluarga yang jarang berkomunikasi dan sibuk).

2. Sekolah dan wawasan(kurangnya perhatian dari guru, lemahnya peraturan sekolah, dan bimbingan konseling yang tidak berjalan semestinya, wawasan siswa yang terbatas dan tidak ditindak lanjuti).

3.Penyimpangan agama(kurangnya rasa beriman, kurangnya kepercayaan, dan tidak takut akan Tuhan).

4.Budaya dan masyarakat (terlalu membuka diri pada budaya luar, memakai pakaian yang tidak layak, gaya hidup yang meniru negara asing, serta melupakan budaya dan ciri khas asli Indonesia).

5. Penyimpangan teknologi(menyalah gunakan teknologi untuk membuka situs porno, hacking,melontarkan komentar yang tidak pantas di sosial media, dan sebagainya).

Mulai dari yang tidak paham sampai yang hanya iseng.

Era milenialyang semakin modern dan semakin luas ini sangat memungkinkan bila setiap orang pernah melakukan tindakan krisis moral, entah yang disengaja maupun tidak disengaja, mengingat pergeseran zaman dan beberapa faktor yang sudah disebutkan di atas.

Berbagai fakta mengejutkan saya dapat saat melakukan survey terhadap 100 responden. Sebagian mengatakan bahwa mereka melakukan salah satu tindakan krisis moral karena pada saa itu tidak memahami apa yang mereka lakukan.

Kemudian ada juga yang melakukannya hanya karena iseng dan untuk seru-seruan karena mengikuti pergaulan dan lingkungannya berada. Hal ini menunjukan bahwa mental tiap individu tidak kuat sehingga cenderung mengikuti arus yang tidak baik dan berdampak negatif bagi diri mereka sendiri.

Yuk, bentuk karakter demi masa depan yang cerah.

Tenang, generasi kita masih bisa diselamatkan loh! Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk krisis moral yang terjadi di kalangan milenialini ialah pendidikan karakter. Pendidikan karakter pada tiap individu akan lebih terbentuk dan menciptakan rasa empati yang tinggi, serta membentuk sikap yang lebih bertanggung jawab dan disiplin diri.

Cara dan pendekatan yang dilakukanpuntidak sulit, seperti melalui keluarga (orang tua memberikan nasihat dan contoh yang sesuai dengan budaya bangsa, seperti sifat toleransi, religius, disiplin, cinta tanah air, dan perduli sesama. Serta melakukan pengawasan terhadap pergaulan anak); Melalui sekolah (sekolah melakukan interaksi dengan siswa agar memahami siswa, guru bimbingan konseling yang memberikan penyuluhan); Melalui regulasi hukum (menegaskan hukum yang ada agar pelaku krisis moral jera); dan melalui nilai agama (menanamkan nilai-nilai agama yang baik dan tidak memprofokasi).

Sebagai masyarakat yang cerdas, kita harus bisa memilah mana yang patut dicontoh dan mana yang tidak. Pemahaman dan kesadaran akan moral harus dipupuk sejak dini. Mulailah dengan pembentukan karakter dan beralih ke lingkungan yang lebih baik. Harus berani membenahi diri dan berani bersuara. Ayo bangkit dan ciptakan perubahan bersama. Karna milenialtidak hanya cerdas, tetapi berani beda! #GUEGAKBUTAMORAL!