Covid-19 (Corona Virus Desease 2019) adalah virus baru yang berasal dari Wuhan yang kini telah tersebar secara cepat di seluruh dunia. Karena itu, Covid-19 telah resmi dinyatakan sebagai pandemi global oleh WHO (World Health Organization). Penularan virus yang begitu cepat menyebabkan beberapa negara mengalami kekacauan karena jumlah pasien Covid-19 telah melebihi kapasitas tampung untuk para pasien Covid-19.

Untuk mengatasi hal tersebut, beberapa negara menerapkan kebijakan berupa karantina serta imbauan untuk melakukan physical distancing dan work from home. Artinya, tiap orang dianjurkan untuk menjaga jarak antar satu dengan yang lain serta melakukan segala aktivitas di rumah masing-masing. Dengan begitu, penularan Covid-19 dapat diperlambat sehingga aset-aset kesahatan dapat mencukupi untuk penanganan Covid-19.

Namun tentunya, harus melakukan segala aktivitas di lingkungan rumah selama berbulan-bulan sangat membosankan. Hal-hal yang dapat dilakukan sangat terbatas, belum dengan lingkungan visual yang tidak pernah berganti. Apalagi bagi orang-orang yang memiliki pekerjaan atau hobi traveling, karantina semacam ini pasti akan menimbulkan rasa mati gaya. Seandainya rumah yang dimiliki dapat bergerak dan dapat dibawa berkeliling dunia, pasti karantina tidak akan semembosankan ini.

Lantas bagaimana bila hal tersebut bisa terjadi? Atau, justru sebenarnya sudah terjadi? Bagaimana bila ada sekelompok orang yang memiliki kehidupan seperti itu? Hal tersebut terus timbul dalam pikiran saya hingga pada suatu sore, ketika sedang asik menikmati konten-konten yang disajikan di YouTube, saya menemukan sekelompok orang itu.

SV Delos, adalah sebuah travelblog yang menyajikan konten berupa cerita kru sebuah kapal yang bernama Delos. Mereka telah mengelilingi dunia dan mengunjungi berbagai negara sejak tahun 2008. Hingga kini, mereka telah mengunjungi 45 negara, mengarungi lebih dari 112.000 km, dan membuat lebih dari 200 konten video berupa perjalanannya.

Karantina dengan cara berbeda ala SV Delos

Berawal pada tahun 2008, Brian, seorang warga Arizona dengan latar pendidikan Electrical Engineering, merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya. Kemudian ia bermimpi untuk berpetualang agar menemukan arti kehidupan. Brian akhirnya memutuskan untuk mewujudkan mimpinya dan membuat odessyversinya. Ia kemudian menjual asetnya untuk kemudian membeli kapal bernama Delos. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan orang-orang baru yang turut serta menjadi bagian dari petualangannya, salah satunya Karin, seorang warga berdarah Swedia yang kini menjadi istrinya.

Delos menjadi rumah bagi mereka. Rumah tersebut dapat bergerak ke mana pun jiwa petualang Brian dan Karin ingin membawa mereka. Namun, memiliki kapal sebagai rumah dalam kehidupan bukan berarti mengurung diri jauh dari peradaban. Perkembangan teknologi mampu membuat Delos menjadi kapal yang dapat memenuhi segala kebutuhan primer. Contohnya, Delos memiliki mesin penyuling air laut menjadi air bersih, yang kemudian dapat digunakan untuk minum dan mandi, bahkan toilet di Delos dilengkapi dengan water heater. Lalu Delos juga dilengkapi dengan panel surya serta pembangkit listrik tenaga angin untuk menyuplai kebutuhan listrik kapal. Selain itu, Delos memiliki mesin internet yang terhubung langsung dengan satelit sehingga awak kapal dapat mengakses internet di mana pun Delos sedang berlabuh.

Sejak 2008 hingga kini, Delos masih aktif berlayar menyeberangi samudera. Kehidupan awak yang dominan di dalam kapal dan pesisir kepulauan membuat awak Delos tidak perlu mengkhawatirkan wabah Covid-19 yang sedang merebak. Secara tidak langsung, mereka sudah menerapkah tafsiran dari anjuran physical distancingdan work from homekarena sejak 2008, mereka telah melakukan segala aktivitasnya di rumahnya, Delos. Mulai dari berlayar, diving, memancing, berselancar, atau mengunjungi pulau indah yang tak berpenghuni, semua dapat dilakukan dengan Delos, sebuah pengalaman yang sangat berbeda dengan yang kini dialami oleh hampir seluruh penduduk dunia.

SV Delos hanya satu bagian dari sedikit orang yang mampu menghadapi Covid-19 di tahun ini dengan cara yang berbeda. Keputusan yang diambil Brian pada 2008 telah membuat perubahan pada bentuk kehidupannya. Oleh karena itu, mungkin ada perlunya bagi kita untuk memikirkan lagi dengan matang, tentang mimpi-mimpi kita. Akankah kita menyerah dan mengikuti arus kehidupan yang belum tentu dapat kita nikmati, atau mewujudkan mimpi dan berjuang menciptakan kehidupan yang kita nikmati, sehingga apabila suatu hari nanti kejadian seperti ini terjadi, kehidupan yang kita rasakan aku terus berjalan dengan nikmat tanpa rasa bosan.