KEDIRI. Hutan yang rimbun dan diwarnai hijau daun, menambah suasana asri di Desa Blimbing. Ditengah-tengah hutan ini terdapat areal perkebunan cengkeh milik warga setempat dan disinilah ada salah satu tempat yang dikeramatkan warga. Tak lain dan tak bukan, ditempat inilah bersemayam dua orang yang berjasa atas terciptanya desa di lereng Gunung Wilis. senin (29/10/2018)

Mbah Jogati dan Mbah Gaung Melati adalah cikal bakal keberadaan Desa Blimbing. Belum jelas tahun berapa dan abad ke berapa secara pasti Desa Blimbing ini ada. Menurut sang juru kunci makam keramat ini, Mbah Misdi (83 tahun) warga Desa Blimbing, kedua makam ini sudah ada ratusan tahun yang lalu, hanya saja tahun berapa tepatnya, ia mengakui tidak tahu, dan ia hanya meneruskan perawatan kedua makam tersebut secara turun temurun, dari kakek buyutnya hingga ia sendiri.

Bangunan makam yang terletak di tengah perkebunan cengkeh milik warga ini, sudah berulangkali direnovasi oleh warga, entah berapa kali perbaikan dilakukan, tetapi yang jelas, kedua makam ini terlihat sangat terawat dan bersih.

Tim ekspedisi lereng Gunung Wilis, Penrem 082, berusaha menggali potensi desa di sektor budaya, terkait keberadaan TMMD yang ada di Desa Blimbing dan Jugo saat ini. Saat melakukan penelusuran, sumber informasi akurat dan terpercaya adalah dasar utama dalam menggali apa saja yang ada di kedua desa tersebut.

Bersama Babinsa Desa Blimbing, Pelda Kambali dan Yakub salah satu warga yang tinggal berhadapan dengan keberadaan kantor balai desa, penelusuran diawali dengan mendatangi Mbah Misdi. Dari keterangan Mbah Misdi inilah, terkuak sosok Mbah Jogati dan Mbah Gaung Melati.

Tiap bulan Suro atau Bersih Desa tepatnya, warga selalu Nyadran ke tempat makam kedua sosok yang berjasa besar membuka lahan ditengah hutan, dan selanjutnya pelan tapi pasti berubah wujud menjadi areal pemukiman dan perkebunan.

Menurut keterangan Mbah Misdi, setiap orang yang Sowan ke tempat pemakaman ini, dari pejabat hingga pengusaha, niscaya segala permintaannya terwujud, dan terlepas akan kebenaran hal itu, kedua makam ini memang sangat disegani, sekaligus dihormati oleh warga setempat. Hal ini bisa dibuktikan dari bangunan makam yang terlihat terawat dan terpelihara, serta kondisi sekitarnya yang bersih.

Budaya tetap budaya, dan budaya itulah yang menjadi identitas warga Desa Blimbing, sekaligus membedakannya dengan warga desa lain. Budaya ini sudah turun temurun dilakukan, dan sudah semestinya tetap terjaga oleh generasi berikutnya. (dodik)