Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil, begitu yang sering dikatakan, baik dalam ucapan maupun lewat buku-buku motivasi. Namun, setelah kita bertanya-tanya lebih lanjut, apakah hal tersebut benar adanya? Jikalau memang usaha tidak pernah mengkhianati hasil, mengapa ada saja usaha yang tidak berhasil? Ternyata di sini peran dari keduanya sangat penting, baik dari perencanaan usaha yang kita lakukan, maupun dari penetapan tujuan atau hasil yang ingin kita capai. Dalam hal inilah, mari kita analisis suatu tujuan seperti apakah yang dapat dikategorikan sebagai tujuan yang sehat dan realistis untuk dicapai.

Untuk menganalisis hal tersebut, kita akan menggunakan satu teori yang bernama Goals Setting Theory, yaitu teori yang membahas bagaimana suatu tujuan dapat memengaruhi kinerja seseorang. Menurut Bartholomew (1998), suatu tujuan dapat dianalisis apakah merupakan tujuan yang sehat dan dapat dicapai atau tidak apabila tujuan tersebut mencangkup 4 aspek berikut.

1. Specific.

Suatu tujuan tersebut harus di-setting atau direncanakan secara spesifik. Dalam hal ini spesifik bukan hanya berarti mendetail, namun juga harus berfokus pada Behaviorly Specific atau spesifik perilaku yang mengarahkan pada sesuatu yang ingin dicapai. Sebagai contoh di sini adalah, saya ingin pada semester ini, setidaknya saya dapat belajar selama dua jam di malam hari, akan lebih mudah bagi kita untuk dapat melakukannya karena adanya suatu perilaku yang dapat dilakukan, yaitu belajar selama dua jam, daripada seperti ini, saya berusaha mendapat nilai bagus pada semester ini.

Sebenarnya keduanya jika kita lihat mengarahkan pada satu hasil yang sama, yaitu nilai yang baik. Namun perbedaanya ada pada spesifik tujuan yang dilakukan. Hal inilah yang sering kali membuat kita gagal dalam mencapai tujuan, yaitu karena kita tidak memiliki suatu perilaku yang spesifik yang ingin kita lakukan.

2. Measurable.

Untuk yang kedua adalah Measurable atau dapat diukur. Suatu tujuan yang baik adalah tujuan yang dapat diukur sehingga kita dapat mengetahui sejauh mana kita telah melangkah, dan tinggal sedekat apalagi kita dengan tujuan kita. Di sini, kita ambil contoh lagi pada nomor satu di atas, yaitu saya ingin pada semester ini, setidaknya saya dapat belajar selama dua jam di malam hari. Dalam tujuan yang ditetapkan tersebut kita dapat memantau atau mengukur sejauh mana kita berhasil melakukan usaha kita tersebut, yaitu tolak ukurnya adalah belajar selama dua jam di malam hari, dengan begitu kita dapat memantau sejauh mana kita melangkah.

3. Achievable.

Achievable atau berarti dapat dicapai, dalam artian lain juga dapat disebut dengan realistis. Dalam menetapkan suatu tujuan, tentunya kita terlebih dahulu mengetahui sejauh mana potensi kita agar kita dapat memaksimalkan potensi kita tersebut, bukan malah memaksakan hal yang sudah jelas-jelas bukanlah kapasitas kita dalam melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, sikap realistis sangat dibutuhkan untuk menetapkan tujuan kita. Jangan karena terpaku dengan sikap ideologis kita sehingga memaksakan suatu kehendak atau hal yang tidak bisa kita capai.

4. Challenging.

Menantang, dapat diartikan seperti bahwa suatu tujuan yang ideal adalah suatu tujuan yang berada sedikit di atas apa yang kita bisa sehingga kita dapat lebih tertantang untuk mewujudkannya. Hal ini bahkan secara tidak disadari telah diadopsi oleh konsep video game dari sejak lama, yaitu di mana kita sengaja dibuat penasaran dengan level game yang dibuat sengaja lebih sulit dengan kemampuan player-nya.

Berdasarkan dari uraian keempat poin di atas, tujuan yang sehat dan baik adalah suatu tujuan yang tentunya dapat dilakukan, dapat diukur, realistis, dan menantang. Dengan memenuhi keempat aspek di atas, maka suatu kalimat yang berkata tidak ada usaha yang mengkhianati hasil, tidak hanya menjadi suatu deretan kata indah yang menjadi penyemangat saja, namun dapat benar-benar terbukti dan terwujud ke depannya.