Gandrung merupakan tarian khas yang berasal dari Banyuwangi. Daerah yang berada di ujung timur pulau Jawa ini memang menjadikan Gandrung sebagai kesenian unik yang identik dengannya.

Bagaimana tidak, Gandrung bahkan telah hadir di Banyuwangi sejak tahun 1700-an, tepatnya saat perjuangan lare-lare Blambangan melawan penjajah. Saat itu Gandrung hadir sebagai media hiburan dan perjuangan rakyat Blambangan agar bisa bersembunyi dan terhindar dari serangan VOC.

Di sisi lain, Gandrung turut dikaitkan sebagai sebuah pertunjukan atas upaya syukur terhadap Dewi Sri atau Dewi Padi mengenai kesuburan panen masyarakat setempat. Kondisi demikian disebabkanoleh saat dilakonkan pada masa penjajahan, para pelaku seni Gandrung sering mendapat upah berupa hasil bumi layaknya padi. Hal demikian yang menyebabkan Gandrung turut dikaitkan dengan kehadiran Dewi Sri.

Akan tetapi, merunut pada sejarahnya, kehadiran Gandrung di Banyuwangi pernah mengalami proses pasang-surut. Tentunya hal tersebut dipengaruhi atas situasi politik yang terjadi pada kurun waktu tertentu seperti 1960-1970.

Namun, sejak 2010 telah terjadi sebuah pembaharuan atas Gandrung, yakni upaya melestarikan kesenian khas yang dimotori langsung oleh para seniman dan budayawan Banyuwangi dengan menghadirkannya dalam sebuah pagelaran besar yakni Gandrung Sewu.

Gandrung Sewu pada akhirnya menjadi pesta rakyat, yakni sebuah perlakonan besar yang menjadi angin segar bagi masyarakat Banyuwangi untuk menjaga seni tradisi.Terkhusus, ini menjadi simbol baru bahwa Gandrung masih akan dan tetap hidup di Banyuwangi.Sebab Gandrung adalah Banyuwangi dan Banyuwangi adalah Gandrung.